Part 40

2.6K 380 36
                                    

Budayakan vote sebelum membaca:) Happy reading:*


"Waaaah! Selamat Kamod!" Syifa memeluk Maudy begitu Maudy mengeluarkan undangan pernikahan dirinya dengan Adipati.

"Makasih sayang." Maudy membalas pelukan Syifa.

Syifa melihat lagi undangan yang ada di tangannya itu.

"Minggu depan?" tanya Syifa setelah ia baru melihat tanggal di undangan itu.

"Iya. Dipercepat karena orang tua aku yang minta." jawab Maudy seraya tersenyum.

Rizky mengeryit dan menatap wajah Adipati penuh makna.

Adipati yang mengerti apa maksud Rizky melempar tissue ke arah Rizky.

"Woy! Biasa aje ngeliatinnya! Gue tau, pasti lo mikirin gue sama Maudy yang engga-engga kan? Pernikahannya dipercepat karena Papa nya Maudy minta kita untuk tinggal disana, di Australia, biar orang tuanya Maudy deket sama kita, secara Maudy anak semata wayang. Dia juga minta gue buat kerja di perusahaannya dia aja, walaupun gue sebenernya udah dapet kerja dari temennya bokap yang perusahaannya ada disana juga tapi yaa berhubung ini Papanya Maudy jadi ya kenapa engga." Adipati menjelaskan panjang lebar, membuat Rizky mengangguk-ngangguk mengerti.

"Jadi kalian nanti tinggal di Australi?" Syifa menatap Maudy dan Adipati bergantian.

Maudy mengangguk. "Iya dek."

"Kalian gimana? Udah berapa persen persiapannya so far?" Adipati bertanya kepada Rizky dan Syifa.

"Mungkin udah sekitar tujuh puluh lima persen kali yaa. Nih, abis ini gue sama Syifa mau fitting baju yang buat resepsi. Mau jalan sekarang aja, sayang?" Rizky beralih bertanya Syifa.

Syifa terlihat menimang, sebenarnya ia masih ingin mengobrol dengan Maudy. "Hmm."

Rizky melirik arloji di tangannya. "Udah sore juga. Kita mau ke tempat catering juga kan?" tambah Rizky.

"Iyasih. Yaudah kita duluan yaa, Kamod, Bang Adi." Syifa menyetujui perkataan Rizky.

"Masih kangen padahal. Lancar-lancar yaa, jangan lupa minggu depan dateng." Maudy mencium kedua pipi Syifa.

"Iyanih masih kangen. Kakak juga lancar-lancar yaa. Siaaap pasti kita dateng." Syifa mencium tangan Maudy.

"Yuk, Bang Adi kita duluan yaa." Syifa bertos ria dengan Adipati, diikuti Rizky yang juga melakukan tos dengan Adipati dan Maudy. Kemudian mereka berjalan keluar dari restoran tersebut.

**

"Hey!" Salsa memeluk Jefri ketika kekasihnya itu sampai di Changi Airport. "I miss you." bisiknya disela pelukannya.

Jefri membalas pelukan Salsa. "I miss you more."

Senyum mengembang di wajah Salsa mendengar Jefri juga merindukannya. "Gimana Bang Adi sama Bang Ali? Papa kamu sehat kan?" Salsa melepaskan pelukannya lalu membantu Jefri membawa kopernya.

"Gapapa. Alhamdulillah sehat semua." Jefri tersenyum, berjalan mengikuti Salsa yang sudah menggandeng tangannya.

"Is it everything alright?" tanya Salsa sekali lagi. Memastikan. Ia ragu karena melihat wajah Jefri yang sedikit murung.

"Sure." jawab Jefri mantap. Berusaha tersenyum lagi agar dapat meyakinkan Salsa, membuat gadis itu bernapas lega dan ikut tersenyum.

"Bryan can't wait to see you." Gadis itu memberikan koper dan tas yang dibawa Jefri kepada supirnya, dengan sigap supirnya itu mengangkat koper dan tas Jefri untuk dimasukkan ke dalam mobil.

Another Side - CompletedWhere stories live. Discover now