Part 31

2.4K 363 53
                                    


"Jadi gimana dok?" tanya Rizky tidak sabaran kepada seorang dokter yang baru saja memeriksa Syifa.

Mereka kini sudah berada di Rumah Sakit untuk memeriksa bagaimana keadaan Syifa. Ini juga termasuk ulah Rizky yang tidak berhenti membujuk Syifa untuk mengecek kesehatannya saat ini.

"Alhamdulillah Mba Syifa baik-baik saja. Hanya saja berdasarkan informasi dari Mba Syifa tadi yang mana Mba Syifa telah mimisan tiga minggu terakhir ini, saya harap Mba Syifa mengurangi kegiatannya yang membuatnya menjadi terlalu melelahkan. Mengenai keluhan pada sakit di kepalanya, itu juga efek dari stress dan lelah itu sendiri. Ini saya berikan resepnya ya. Semoga cepat sembuh." Dokter paruh baya yang berhijab itu mengakhiri bicaranya dengan senyuman.

Wajah Rizky sudah berubah saat Dokter tadi menjelaskan keadaan Syifa. Rizky baru tahu gadis itu sudah sering mimisan akhir-akhir ini, sedangkan Syifa tadi bilang bahwa ia baru saja mimisan hari ini. Syifa berbohong kepadanya. Usai Dokter itu memberikan resep kepada Syifa, Rizky langsung bangkit dan keluar berjalan meninggalkan Syifa terlebih dahulu.

Syifa yang melihat perubahan raut wajah Rizky langsung mengerti. Rizky kini sudah mengetahui bahwa Syifa telah berbohong kepadanya. Ketika tadi Syifa dibaringkan di ranjang rumah sakit untuk diperiksa, Syifa sudah berusaha berbicara sangat pelan sekali dalam memberi tahu apa yang selama ini ia keluhkan kepada Dokter, agar Rizky tidak dapat mendengarnya. Pada saat itu, Syifa hanya bertiga dengan Dokter dan juga suster yang ada di sampingnya. Sedang Rizky, berada di ruangan lain yang hanya terdapat meja kerja Dokter tersebut.

Rizky melangkahkan kakinya dengan cepat saat ia sudah keluar dari ruang periksa dokter tersebut.

Syifa yang melihat itu langsung mengejar Rizky, ia memegang tangan Rizky, menahannya.

"Ka Rizky....." Syifa berhasil membuat Rizky berhenti melangkah. Gadis itu enggan menatap Rizky yang sudah siap memarahinya.

"Kenapa kamu bohongin aku, Syif? Kenapa kamu ngga bilang ini dari kemarin-kemarin saat kita lagi kabar-kabaran?" suara Rizky hampir memenuhi lorong sepi yang berada di rumah sakit tersebut.

Syifa masih belum menatap Rizky. "Aku ngga mau kakak kepikiran sama aku disini kak. Aku cuma ngga mau bikin kakak jadi ngga fokus disana." ucapnya gemetar.

"Sekecil apapun itu hal tentang kamu, aku harus tau Syifa. Apalagi ini kesehatan kamu." Rizky berbicara masih dengan amarahnya.

"Maafin aku kak." Syifa sudah mulai menangis. Masih menunduk, tidak menatap Rizky.

"Sekarang bilang sama aku, kamu ngapain sih sampe kamu kecapekan gini, hah?"

Syifa terdiam. Ia belum bisa jujur kepada Rizky bahwa ia telah mengambil mata kuliah tambahan di semester ini, yang membuatnya kelelahan. Rizky bisa-bisa sangat marah dengannya saat ini. Syifa berkutat dengan pikirannya sendiri. Hingga akhirnya secara tak sadar, ia menggelengkan kepalanya.

"Syifa?" panggil Rizky yang melihat Syifa menggelengkan kepalanya sembari memejamkan matanya.

Syifa tersadar. Matanya terbuka, bertemu dengan mata Rizky.

"Jawab aku Syif. Jujur sama aku. Kamu ngapain sampe kamu kaya gini?" Rizky akhirnya melunak, karena melihat Syifa yang sedari tadi ketakutan.

"Kak...." Syifa menghela napasnya, menyeka air matanya, lalu berbicara kembali. "Ak.. aku.. ngambil mata kuliah tambahan kak." Syifa kembali menunduk, takut Rizky akan semakin marah kepadanya.

Benar saja, Rizky sangat marah detik itu juga. Ia mengusap kasar wajahnya lalu berusaha untuk menahan amarahnya. "Buat apa, Syif?! Buat apa kamu ngambil kuliah tambahan? Aku tanya, buat apa?! Kamu tau sendiri Syif, tubuh kamu itu...." belum selesai Rizky berbicara Syifa sudah memotongnya. Gadis itu mendongak, matanya membalas menatap mata Rizky.

Another Side - CompletedWhere stories live. Discover now