Part 44

2.2K 382 45
                                    

Budayakan vote sebelum membaca ya gaissss. Happy reading:)

"Aww!"

"Syif, kamu gapapa nak?"

"Tante Lusi?"

"Aduh, kok bisa jatuh sih. Ayo sini bangun." Tante Lusi yang menemukan Syifa terjatuh di depan kantor Rizky membantu Syifa untuk bangkit berdiri.

"Ya Ampun non Syifa, maaf saya tadi baru aja mau turun dan nganterin non masuk ke dalem tapi non keburu jatuh. Maaf banget ya non." Pak Bejo yang melihat Syifa kesandung dan terjatuh meminta maaf kepada Syifa dan merasa ketakutan setengah mati.

Syifa menerima uluran tangan Tante Lusi dan langsung bangkit berdiri seraya memegang perutnya yang agak sedikit nyeri.

"Gapapa pak, ini juga bukan salah bapak. Ini salah saya karena saya kesandung sendiri. Udah, gapapa pak." Syifa berusaha membuat Pak Bejo tenang. Ia tahu Pak Bejo sangat ketakutan apabila Rizky mengatahui kalo barusan ia terjatuh.

"Makasih ya tan. Tante kok ada disini?" Syifa beralih berbicara kepada Tante Lusi.

"Yaudah non, kalo gitu, saya parkirin mobil dulu ya non. Non tunggu sini sebentar, nanti saya antarkan ke dalam." Pak Bejo yang masih panik pun ingin segera memarkirkan mobilnya karena sedari tadi terdapat bunyi klakson di belakang mobil Syifa akibat Pak Bejo yang tadi tiba-tiba berhenti karena melihat Syifa terjatuh.

"Iya pak. Gapapa, nanti saya masuk sendiri aja. Tenang aja pak."

Mendengar Syifa berbicara seperti itu, Bejo langsung pergi untuk memarkirkan mobilnya dengan benar.

"Baik non."

"Kamu gapapa kan, Syif?" Tante Lusi bertanya, memastikan Syifa baik-baik saja. "Aduh, ini kaki kamu ada yang lecet berdarah, diobatin dulu yuk sini." Tante Lusi membawa Syifa duduk di kursi tepat depan kantor Rizky.

Syifa sedikit meringis kesakitan, merasa ngilu dan perih.

"Tante beli betadine sama hansaplast dulu yaa di apotik samping, kamu jangan kemana-mana. Tunggu disini." Tante Lusi langsung berjalan tanpa mendengar jawaban dari Syifa.

Lima menit kemudian, Tante Lusi kembali dengan betadine dan hansaplast di tangannya.

"Aduh tante, gausah repot-repot tan. Aku gapapa kok." Syifa merasa tidak enak kepada Tante Lusi.

"Apaan repot sih, Syif. Ini sama sekali ngga repot kok. Lagian itung-itung tante bales kebaikkan kamu sekali-kali." Tante Lusi meniup-niup luka yang terdapat di kaki Syifa, lalu membersihkannya dengan air dan kapas, lalu ia memberikan betadine dengan hati-hati, lalu menutup luka itu dengan hansaplast.

"Makasih banyak ya tante." Syifa menarik Tante Lusi duduk di sebelahnya yang tadinya berjongkok untuk membersihkan luka di kakinya.

"Sama-sama Syif. Kamu beneran gapapa?" Lagi-lagi Tante Lusi bertanya, memastikan.

Syifa menggeleng. "Gapapa tan."

"Syukurlah." Tante Lusi merasa lega Syifa baik-baik saja.

"Iya. Tante lagi apa? Kok bisa ada disini?"

"Tante mau berterima kasih sama Rizky, Syif. Karena dia udah ngasih tempat tinggal yang layak buat tante. Tante tau, Rizky ngga mau ketemu sama tante lagi sejak dulu, tapi gimana pun juga, tante bener-bener pengen ngucapin terima kasih secara langsung." Tante Lusi menyampaikan niatnya untuk bertemu dengan Rizky.

"Oalaah, ya ampun. Yaudah ayuk tan, masuk bareng aku aja." Ajak Syifa kemudian.

"Kayanya nanti aja deh, Syif. Tante takut ganggu waktu kamu sama dia. Kamu ke kantor Rizky mau bawain dia makan siang kan?" Tante Lusi tau karena Syifa memang sedang membawa paper bag yang berisi rantang makanan untuk Rizky.

Another Side - CompletedWo Geschichten leben. Entdecke jetzt