Chapter 28

7.7K 613 12
                                    

5 bulan kemudian..

"Antar aku terapi hari ini."

"Pasti. Tanpa kau ingatkanpun."

Chorong menutup telepon lalu tersenyum. Ia memakai coat hitamnya lalu berjalan keluar apartemen. Apartemen sementaranya saat tinggal di Kanada. Dia akan mengantar Suho terapi hari ini.

Ting! Tong!

"Oh,kau. Ayo masuk. Aku akan bersiap-siap sebentar," kata Suho membuka jalan untuk Chorong lalu menutup pintu setelah tubuh Chorong masuk kedalam apartemennya dengan sempurna.

Suho berlari kecil ke kamarnya. Lalu kembali setelah memakai hoodie abunya. "Kajja."

"Apa eommonim dan aboenim sudah sampai Korea?" tanya Chorong membetulkan poninya. Suho mengangguk. "Appa dan Eomma baru sampai tadi pagi. Mereka yang menghubungiku," kata Suho sambil berjalan mengambil kunci mobilnya yang tergeletak diatas meja.

Baru beberapa hari yang lalu, Ayah dan Ibu Suho datang ke Kanada untuk menjenguk anaknya. Mereka terdengar sangat khawatir begitu Chorong menghubunginya lewat ponsel Suho. Chorong dan keluarga Suho sudah sedekat ini sekarang.

"Ooh. Ya sudah,ayo!" Chorong melingkarkan tangannya di lengan Suho. Sudah bukan hal asing jika Chorong melakukan hal ini. Selama lima bulan ke belakang, Chorong dan Suho sering melakukan kontak fisik. Kecuali berpelukan. Apalagi berciuman.

"Ini terapi terakhirmu kan?"

"Hmm, iya."

"Sudah beli tiket ke Korea?"

Suho mengangguk.

Sebelum pulang ke Korea kemarin, orangtua Suho menyarankan Suho untuk cepat kembali ke Korea. Dunia yang ditinggalkannya di Korea sangat tidak berarti sekarang.

Suho melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia memperhatikan jalanan dengan serius. Rasa depresi yang di deritanya sudah sembuh karena ia teratur melakukan terapi selama lima bulan terakhir.

"Chorong-ie," panggil Suho.

Bukan panggilan biasa untuk sekadar seorang teman,bukan?

Chorong menoleh. "Ya?"

"Boleh aku menghubungi memberku?"

Chorong menatap tajam. Ia melarang Suho melakukannya kemarin-kemarin,karena ia takut itu dapat mengkhawatirkan membernya.

"Untuk?"

"Kyungsoo saja. Aku ingin menghubunginya."

Chorong menghela napas panjang. Ia meraih ponsel Suho lalu menekan tombol "telepon" pada kontak D.O disana.

"Pastikan dia tidak memberitahu siapapun,ya?" Chorong menyerahkan ponsel itu pada Suho yang tersenyum senang. Suho mengelus puncak kepala Chorong dan berbisik, "Terimakasih." Siapapun yang mendapat perlakuan itu dari Suho,pasti akan merasakan jantungnya berdegup diluar tempo normal kan? Apalagi Chorong, seorang gadis yang mencintai lelaki di sampingnya sejak lama.

*****************

Seperti sudah beribu tahun lamanya ia tidak menginjak tanah Korea. Suho seakan lupa dengan segala hal yang ada disini. Dengan Chorong disampingnya, Suho tersenyum lega setelah menghirup kembali udara di Korea.

"Ayo. Eommonim dan Aboenim pasti menunggu. Kyungsoo juga."

Suho mendengus kesal. "Ish. Bisakah aku menikmati udara ini? Lima menit?"

Chorong menggeleng, "Tidak. Cepat." Chorong menarik tangan Suho lalu menggenggamnya. Suho memanyunkan bibirnya sebal.

Setelah sampai di rumah Suho, Ibu Suho membukakan pintu dengan lebar. "Junmyeon-ah.." Lalu memeluk anaknya.

"Ayo masuk. Appa dan temanmu,Kyungsoo sudah menunggu didalam. Ayo masuk Chorong-ie." Ibu Suho merangkul pundak Chorong dan menuntunnya masuk.

****************

"Apa kamu menjadikanku pacar pura-puramu hanya untuk seperti ini? Menjadi egois dan pengatur?"

Lelaki itu mendekat. Ia menekan pundak Irene hingga terdorong ke tembok. Mereka di ruang tunggu acara musik itu.

"Aku mau menghancurkan seseorang."

Irene mengerlingkan mata. "Siapa?"

"Suho."

Irene mendadak merubah ekspresinya. Ia terlihat bingung. Tapi juga ada sedikit gelisah didalamnya.

"K-Kenapa?"

Bo Gum mendekatkan wajahnya. Ia menatap tajam Irene. Hingga hembusan napasnya begitu terasa di wajah Irene.

"Kenapa apa?" tanya Bo Gum.

"Kenapa kamu ingin menghancurkannya? Lalu kenapa aku? Kenapa aku yang jadi pacar pura-puramu?"

Bo Gum menghela napas. Ia menjauhkan tubuhnya dari tubuh Irene. Lalu berbalik badan. Ia menggertakan gigi.

"Karena kau titik lemahnya. Kau adalah titik lemah dari seorang pecundang." Bo Gum kembali menatap Irene lalu tersenyum getir. Irene menggigit bibirnya. Bo Gum mendekat lalu menyelipkan beberapa helai rambut Irene ke belakang telinganya.

"Apa kau tahu alasan lainnya?" Dia masih membelai lembut rambut Irene dan sesekali mengelus pelan pipinya. Irene terdiam. Dia mati rasa.

"Karena aku mencintaimu."

Hening.

Irene tertawa keras. Bo Gum menatap kesal. Merasa teremehkan karena seorang gadis menertawakan perasaan hatinya. Harga diri seorang Park Bo Gum diinjak dengan mudah oleh Irene.

"Cinta? Ini yang kau sebut cinta?" Irene kini tersenyum miring. Ia mendorong tubuh Bo Gum lalu tergawa lagi.

"Kau menjadikanku pelayan dan pembantumu. Itukah yang kau sebut dengan cinta?"

Bo Gum terdiam. Dia kalah telak dengan perkataan Irene. Dia juga tidak menyangka Irene akan menyerangnya balik seperti ini.

"Kau menyuruhku menunggumu semalaman hanya karena kau melakukan hal yang tidak berguna. Bernyanyi lalu mabuk. Apa itu definisi cinta menurutmu? Jika iya, maka kamu tidak lebih baik dari seorang pecundang,Bo Gum."

Bo Gum mendengus. Ia mendorong Irene lalu menatap tajam.

"Hentikan hubungan ini."

"Tidak bisa,Irene-ssi."

"Hentikan hubungan ini atau aku akan membuatmu semakin malu."

Bo Gum meninju tembok disamping Irene. Matanya memerah. Dia benar-benar kesal sekarang. "Baiklah,tapi—"

Belum sempat lelaki itu meneruskan kalimatnya, Irene sudah mendorongnya jauh lalu pergi keluar ruangan.


hula guys maaf ya ini agak gajelas karena mau mempercepat chapter tamatnya. anggap aja disini bogum dan irene udah pacaran lama dan bogum tuh egois itu. bossy banget. dan irene intinya kayak babu gitu hehehe

jangan lupa vomment guys!

✔️the leader ; irene + suhoNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ