Bab 23 - Kabar Kehadiran Al-Fatih Kedua

4.3K 540 16
                                    

Pemberhentian kedua kisah Raf dan Rae resmi dimulai saat mereka sudah tiba di Jerman. Di hari pertama, Raf dan Rae langsung menuju lokasi apartemen yang sudah ia sewa secara online. Apartemen itu letaknya dekat dengan kampus di mana Raf akan kuliah magister. Ruangannya tidak terlalu besar. Hanya sebuah kamar berisi tempat tidur, lemari, televisi, meja di sudut ruangan, dan juga dilengkapi dapur kecil dan kamar mandi.

Raf dan Rae memang telah setuju untuk hidup sederhana selama di Jerman. Selain karena Raf mengandalkan beasiswa, Raf juga belum tahu pekerjaan apa yang akan ia lakukan di sela-sela aktivitas kampusnya. Akan tetapi, laki-laki itu sudah merencakan beberapa hal. Raf memiliki banyak kenalan teknisi dan ia sudah dikenalkan oleh salah satu manajer perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi rangka pesawat di Jerman. Raf akan ke sana untuk melamar pekerjaan atau melakukan proyek riset terbarunya.

Dua minggu awal kepindahan mereka, Raf lebih banyak disibukkan oleh urusan administrasi di kampus. Sementara itu, Rae mulai mencoba beradaptasi, ia mengenal beberapa orang di lingkungan apartemennya dan hanya bertegur sapa jika bertemu. Sejujurnya Rae merasa kurang nyaman dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Jerman tidak seramah Turki. Beberapa kali, Rae mendapati dirinya ditatap sinis hanya karena pakaian muslimah dan cadar yang ia kenakan. Petugas keamanan juga sering melontarkan tatapan penuh curiga. Jika bukan karena Raf, rasanya Rae ingin kembali ke Indonesia saja.

Untuk membunuh kejenuhannya, Rae mulai melakukan beberapa aktivitas. Awalnya ia berniat untuk les bahasa Jerman seperti yang disarankan Raf. Namun, Rae tahu saat ini penghasilan Raf belum stabil. Oleh karena itu Rae memilih menghabiskan banyak untuk membaca buku di apartemen serta terus mengontrol pengumpulan dana untuk pembanguan Sekolah Kita. Hampir dua tahun menjalani platform tersebut, sudah banyak tanggapan positif yang Rae dapatkan. Beberapa donatur yang tertarik akan programnya pun menghubungi Rae dan mengatakan siap untuk menjadi bagian dari misi mulia tersebut.

Memasuki bulan pertama kuliah, aktivitas Raf semakin padat. Laki-laki itu sudah berangkat pagi hari bahkan sebelum memakan sarapannya. Pulang kuliah, Raf biasanya akan langsung ke lokasi tempat ia bekerja secara free lance di perusahaan yang dikenalkan oleh rekannya. IPK tinggi pada ijazahnya dan banyaknya sertifikat lomba yang ia menangkan serta pengalaman organisasi dan hasil wawancara yang sangat baik membuat Raf lolos bekerja di perusahaan tersebut meskipun hanya sebagai pekerja lepas. Akan tetapi, Raf sama sekali tidak merasa bermasalah dengan hal tersebut. Toh, hal itu memang wajar mengingat jam kerja Raf juga tidak penuh selama sepekan.

Waktu melesat cepat seperti anak panah yang terbang menuju bidikannya. Jam berdentang, hari berganti, enam bulan terlewati. Hari ini adalah hari terakhir Raf berangkat ke kampus. Besok, masa liburan telah dimulai.

"Liburan kali ini, kita mau ke mana, Ra?" Raf bertanya disela-sela sarapan paginya.

"Ke Bandung," balas perempuan itu asal. Mendengar jawaban Rae, Raf menghentikan sarapannya. "Bercanda, Mas," ujar Rae sambil tertawa.

Raf bisa mendengar nada skeptis dari ucapan yang Rae utarakan beberapa detik yang lalu.

"Aku juga ingin ke Bandung, Ra," balas Raf pelan. Mata Rae membelak. Ada binar bahagia yang terpancar dari matanya sebelum binar itu kembali meredup saat Raf berkata, "Tapi banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di sini. Kalau kita balik ke Indonesia, waktunya nggak akan lama...."

Rae mendesah pelan. "Nggak apa-apa kok, Mas. Aku cuma kangen Ayah sama Ibu aja."

Raf mengangguk. "Aku juga jangen Bapak dan Ibu, Ra," balas Raf, "yang penting mereka sehat dan kita selalu membangun komunikasi yang baik."

Rae mengangguk sambil tersenyum. Ia rutin menelepon atau melakukan panggilan video setiap pekan kepada Asma dan Yusuf. Hal itu juga berlaku bagi Ima dan Tio. Kalaupun memang tidak sempat, Rae akan mengirimkan pesan singkat, sekadar menanyakan kabar dan pesan untuk menjaga kesehatan baik untuk orangtuanya maupun orangtua Raf. Terakhir kali menelepon, Asma berkata bahwa kondisinya sudah jauh lebih baik. Operasi transplatasi ginjal itu berhasil dan memberi pengaruh yang baik terhadap kesehatannya.

Pemberhentian Terakhir [Published]Where stories live. Discover now