Bab 15 - Keluh-Kesah di Yogyakarta

5.5K 683 56
                                    

Kepindahan Raf dan Rae ke Yogyakarta mengubah beberapa rencana yang semula sudah mereka berdua buat. Awalnya, Raf sudah merencakan untuk tinggal di Yogyakarta selama enam bulan sambil menunggu informasi beasiswa S2-nya di Jerman dan beberapa universitas luar negeri lain. Raf berencana mengambil kelas di summer sesion yang dimulai bulan April. Akan tetapi, aplikasi beasiswanya belum diterima dan karena itulah Raf mencoba lagi untuk penerimaan mahasiswa bulan Oktober mendatang. Sebetulnya, dengan paper, nilai, serta prestasi Raf yang gemilang, laki-laki itu bisa dengan mudah memasuki seleksi pascasarjana di universitas luar negeri manapun. Akan tetapi, Raf masih mencari beasiswa yang bisa ia dapatkan agar lebih meringankan biaya hidupnya jika ia tinggal di luar negeri. Maka satu tahun terakhir, aktivitas Raf adalah memburu beasiswa, mengisi kajian Islam, menjadi pembicara seminar, mengikuti kursus bahasa Jerman, dan mengurus platform edukasi online-nya yang semakin berkembang pesat.

Berbeda dengan Raf, Rae mengisi setahun di Yogyakarta dengan mengajar anak-anak di sekolah PAUD yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka. Awalnya, Rae tidak pernah terpikirkan untuk menjadi guru PAUD selama di Yogyakarta. Yang ia rencanakan adalah mendaftar Pendidikan Profesi Guru atau pascasarjana di Universitas Negeri Yogyakarta. Namun, setelah ia banyak berdiskusi dan berdialog dengan Raf, Rae mengurungkan niatnya. Ia masih menunggu hasil kelolosan beasiswa Raf. Jika suaminya diterima di salah satu kampus luar negeri yang sudah ia daftarkan, mungkin Rae akan ikut kuliah di sana juga. Dan sambil menunggu waktu itu, Rae memutuskan untuk mengajar.

Selain mengajar, Rae juga menyibukkan dirinya untuk melakukan pertemuan dengan komunitas-komunitas yang sering melakukan bakti sosial, salah satunya dalam dunia pendidikan. Ada satu mimpinya yang harus diwujudkan dan Rae tidak bisa melakukan itu sendirian. Maka dari itu, Rae mulai menggarap mimpinya itu dengan serius. Ia melakukan perencanaan matang, mengajak banyak sukarelawan dan praktisi pendidikan, serta mempublikasikan proposal rencananya ke berbagai pihak.

Rae senang melakukan semua kesibukan ini. Ia merasa produktif dan memberikan manfaat bagi orang lain. Jauh dari itu, dengan memiliki banyak kesibukan, Rae jadi sedikit melupakan ucapan-ucapan Ima yang beberapa kali menyinggung perasaannya. Sebenarnya, Ima berlaku baik kepada Rae. Ia selalu menampakkan senyum, menanyakan kabar Rae, serta mengajaknya pergi bersama-sama. Akan tetapi, mertuanya itu selalu menanyakan hal-hal yang menurut Rae sangat menganggu—mulai dari jenis kajian apa yang Rae ikuti, cerita-cerita muslimah bercadar yang terjaring terorisme, sampai hal-hal sensitif seperti kapan Rae akan hamil.

Di depan Rae, Ima menuturkan semua itu dengan lembut meskipun tetap terdengar menyebalkan. Akan tetapi, di belakang Rae, di hadapan tetangga-tetangga yang lain, beberapa kali Ima menyudutkan Rae—menstigmatisasi bahwa Rae adalah perempuan yang fanatik dan diduga memiliki pemahaman Islam yang menyimpang.

Beberapa kali Rae sempat menangis—tentu saja Raf tidak pernah mengetahuinya. Rae hanya merasa bahwa hal yang menurutnya sepele ini tidak perlu sampai ke telinga Raf. Lagipula, Raf benar-benar menanyangi ibunya. Rae sudah bisa menebak apa respons Raf. Laki-laki itu pasti tidak jauh dari memberikan pelukan lantas memberi Rae saran untuk sabar. Sampai di suatu malam, ketika Rae berkunjung dan menginap di rumah orangtua Raf, ia mendengar pembicaraan Ima dengan Raf.

"Istrimu itu sepertinya bermasalah, Raf. Setiap kali Ibu minta ditemani ke pasar atau jalan-jalan, dia selalu menolak. Alasanya banyak sekali. Mulai dari mengajar, bertemu dengan orang-orang komunitas, akan mengikuti kajian, melakukan ini, melakukan itu, sibuk sekali! Ibu curiga dia mengikuti kajian-kajian atau pertemuan-pertemuan yang aneh, Raf."

"Nggak mungkin, Bu. Raf tahu istri Raf seperti apa. Rae punya misi mulia, Bu. Dia akan membangun sekolah-sekolah di daerah pelosok Indonesia. Maka dari itu mulai dari sekarang, Rae sedang mencari pihak sponsor dan donatur yang bisa mewujudkan mimpinya."

Pemberhentian Terakhir [Published]Where stories live. Discover now