Prolog

4K 283 33
                                    

Sepasang mata laki-laki itu berkaca saat ia melihat foto dalam album yang ia namakan Rihlah Cinta. Matanya terpejam sejenak, lantas air mata yang sejak tadi ia tahan menetes pelan-pelan. Setidaknya ada dua makna dari jatuhnya air mata itu. Pertama, karena perasaan haru dan bahagianya yang tak terkira. Kedua, karena perasaan sedih dan rindunya yang sesak memenuhi hatinya.

Ia menelusuri foto-foto itu dengan jemarinya. Satu foto menyimpan ribuan kata dan setuja kenangan berharga. Ia masih ingat bagaimana suasana gerbong kereta nomor delapan itu ia ambil saat usianya dua puluh satu tahun-sekitar sepuluh yang lalu. Saat itu ia dalam perjalanan kembali ke Bandung setelah menghadiri pekan raya buku Islam terbesar se-Indonesia di Jakarta. Ia sengaja datang dari Bandung untuk memborong habis buku-buku yang menjadi incarannya. Tanpa terduga, ia mendapatkan sesuatu selain buku-bertemunya ia dengan sepasang mata hazel yang membuat hatinya menggebu. Hari itu, untuk pertama kalinya ia percaya bahwa ia telah menemukan separuh agamanya.

Foto selanjutnya membuat air matanya jatuh semakin deras. Foto itu diambil di tahun yang sama dengan foto sebelumnya. Ia menjabat tangan lelaki yang merupakan ayah dari perempuan yang dicintainya. Ada janji suci yang ia buat bersama Rabb-Nya-untuk menjadi imam terbaik yang akan membimbing istri dan anak-anaknya menuju Surga.

Potret Yogyakarta memenuhi halaman selanjutnya. Ada rumah kecil yang ia desain jauh sebelum ia menikah. Rumah yang ia bangun dengan doa-doa panjang setiap malamnya. Rumah yang luas musalanya hampir sebanding dengan luas bangunan rumahnya. Ia melihat foto istrinya berkebun dan menanam sayuran, foto istrinya yang sedang membaca di bawah pohon rindang halaman belakang rumah, serta papan visi mereka yang terpasang sempurna di dinding kamar.

Papan visi itu yang menggerakkan album Rihlah Cinta. Ia punya mimpi besar menjelajah dunia seperti Ibnu Batuta. Perjalanan impiannya dimulai dari Turki dan berakhir di Italia. Semua rutenya sudah ia rancangan dengan baik. Satu hal yang membuat semua perjalanan itu akan sempurna adalah kehadiran seorang istri yang juga memeluk mimpi-mimpinya.

Air matanya jatuh pada foto yang diambil di Hagia Sophia. Di dalam foto itu, ia menggenggam erat tangan istrinya. Ia masih ingat bahwa saat itu, ia berjanji akan kembali bersama Al-Fatih kedua yang dijadikan visi utama pernikahannya. Masih di halaman yang sama, gambar dirinya bersama sang istri-ditambah beberapa penumpang lain-di dalam balon udara membuat bahunya bergetar. Itulah potret Cappadocia. Ia ingat saat itu bersama istrinya, ia bicara tentang makna setia. Ia berjanji tidak akan pernah menambah bilangan. Ia berkata bahwa satu sudah lebih dari cukup. Satu sudah mewakili segalanya.

Dan ia mengingkari janjinya.

Pada foto-foto selanjutnya, sudah jelas bahwa arti kita tidak lagi dua. Makna setia bukan lagi soal angka. Kata ikhlas dan sabar memenuhi jalan cerita. Ia memahami konsep baru tentang cinta lewat dua perempuan yang menjadi tulang rusuknya. Bahwa cinta sejati tak pernah takut untuk berbagi. Bahwa sabar itu bisa dilatih. Bahwa keikhlasan bisa dipelajari. Bahwa tidak pernah ada kecewa jika hati sudah terpaut pada Allah-Sang Pemilik Segala.

Sepuluh tahun berlalu, papan visi itu tidak pernah baru. Ia masih meletakkan potret beberapa negara yang kelak akan dikunjunginya. Potret sebuah sekolah yang didirikan di pelosok negeri juga masih tertempel di sana. Itu adalah salah satu mimpi istrinya. Tidak ada yang berubah dan perjalanannya belum bertambah. Satu fase dalam hidupnya membuat beberapa mimpi tertunda. Hingga kini, ia belum ingin melakukan perjalanan lagi. Pada akhirnya ia tahu bahwa makna rihlah bukan hanya mengunjungi sebuah negara. Rihlah bisa ia lakukan tanpa pergi ke mana-mana. Sebab rihlah itu bukan tentang ke mana, tapi tentang bersama siapa.

Laki-laki itu Rafaz Malik Kavindra, dan ini adalah catatan rihlah cintanya-perjalanannya menemukan definisi pemberhentian terakhir dalam hidupnya.

Catatan Cand:

Assalamu 'alaikum insan-insan! :D

Jadi ini versi baru prolog kisah Raf. Selanjutnya juga akan ada beberapa hal yang berubah. Satu kata pembuka untuk Rihlah Cinta setelah membaca prolognya?

Selamat membersamai cerita ini. 🍁

Pemberhentian Terakhir [Published]Where stories live. Discover now