PART 12

3.4K 122 0
                                    

"Patah hati membuatku malas untuk mengenal dan merasakan kembali kata cinta"
~Karina Oliver Henzu

🐼🐼🐼

1 bulan kemudian..

Tak terasa ulangan kenaikan kelas sudah berakhir dan besok Karin akan berangkat ke Cambridge bersama Roland.

Saat ini Nevy dan Alexa sedang membantu Karin packing untuk keberangkatan Karin besok pagi.

"Rin lo jangan lupa hubungin kita terus yah" ujar Alexa sambil menitikan air mata.

Karin yang melihat Alexa menangis pun mengangguk dan memeluk Alexa diikuti Nevy yg berlari dan memeluk Alexa dan Karin. Alexa dan Nevy menitikan air mata karena tak ingin berpisah dengan Karin begitu pun Karin ia juga menitikan air mata.

"Ya udah kita balik dulu yah Rin" ujar Nevy sambil melepaskan pelukan mereka.

"Iya makasih yah udah bantuin gue packing buat berangkat besok" ujar Karin.

"Ya elah lo kayak sama siapa aja Rin, kita kan sahabat jadi saling membantu dalam persahabatan itu wajib" ujar Alexa.

"Iya Rin, eh Exa lo udah banyak berubah yah" ucap Nevy sambil memandang Alexa.

"Berubah gimana maksud lo? Berubah jadi power ranger gitu" tanya Alexa polos. Nevy pun lalu menjitak kening Alexa membuat Alexa meringis.

Karin yang melihat pertengkaran sahabatnya pun tersenyum, Karin yakin ia pasti akan merindukan masa-masa seperti ini nantinya.

"Maksud gue bukan berubah jadi power ranger tapi berubah jadi bijak oon" ucap Nevy kesal.

"Lo ngatain gue oon? Ngaca dong lo itu lebih oon dari gue tahu" ucap Alexa tak mau kalah.

"Apa lo bila.." ucapan Nevy terpotong oleh Karin.

"Udah deh dari tadi ribut mulu" ucap Karin menengahi.

"Iya juga Rin, ya udah kita pamit jangan lupa hubungin kita terus" ujar Nevy.

"Iya gue bakal hubungin kalian terus kok. Oh iya kalian nanti bakal anter gue di bandara kan?" Tanya Karin yang dibalas Nevy dan Alexa dengan anggukan dan setelah itu Karin mengantar Nevy dan Alexa sampai di gerbang rumahnya.

Setelah Nevy dan Alexa pulang, Karin duduk di sofa yang ada di balkon kamarnya sambil menatap bintang yang berkelap kelip.

"Dek lo beneran mau pindah di Cambridge?" Tanya Roland yang tiba-tiba sudah duduk disamping Karin.

"Eh sejak kapan lo disini kak?" Tanya Karin mengabaikan pertanyaan Roland.

"Sejak tadi saat lo melamun sambil liatin bintang, jadi lo beneran pengen pindah?" ucap Roland lalu menyandarkan punggungnya disandaran sofa sambil memejamkan matanya.

"Keputusan gue udah bulat, gue bakal pindah" ucap Karin tegas.

"Apa alasan lo pengen pindah dek? Setahu gue lo lagi nggak ada masalah sama sahabat-sahabat lo disini" ucap Roland masih tetap memejamkan matanya.

"Emang pindah harus ada alasannya kak?" Tanya Karin sambil melirik Roland.

"Iya lah harus ada, atau jangan-jangan lo pindah karena lagi ada masalah sama orang yang lo suka, orang yang pernah mama ceritain ke gue tentang cowok yang lagi lo suka" ucap Roland sambil menatap mata Karin tajam.

"E-eh itu anu gue nggak lagi suka sama siapa-siapa kok, emang mama cerita apa aja sama lo?" Tanya Karin sambil menyembunyikan kegugupannya.

"Alah nggak usah bohong deh, gue udah tahu semuanya. Saran gue yah dek lo itu masih kecil jadi jangan jatuh cinta dulu deh nanti misalkan patah hati udah males buat ngapa-ngapain lagi. Kayak gini nih karena cowok yang lo suka nggak bales perasaan lo jadi lo pindah di Cambridge. Tebakan gue bener kan?" Tanya Roland sarkatis.

"Gue pindah bukan karena dia nggak bales perasaan gue kak" teriak Karin tak terima. Tanpa di ketahui Roland perkataannya telah membuat mata Karin berkaca-kaca.

"Jadi?" Balas Roland santai. Tiba-tiba Karin memeluk Roland erat sambil membenamkan mukanya di dada bidang kakaknya.

Roland yang mendapat pelukan Karin secara tiba-tiba pun kaget. Tak lama ia merasakan bajunya basah yang ia yakini basah karena air mata adik kesayangannya itu. Roland pun membalas pelukan Karin sambil mengelus punggungnya lembut untuk menenangkan Karin.

"Di-dia yan-yang nyuruh gu-gue buat per-pergi dan men-menjauh dari kehi-kehidupannya kak" ucap Karin disela-sela tangisannya.

Roland yang mendengar ucapan Karin merasa iba dengan kisah cinta adik semata wayangnya itu. Roland pun mengelus puncak kepala Karin sampai Karin terlelap di pelukannya.

Roland pun langsung mengangkat tubuh Karin dan meletakannya di ranjang kamar Karin. Sebelum Roland pergi ia menaikkan selimut Karin dan mengecup kening adiknya.

"Good night my little sister" ucap Roland pelan lalu keluar dari kamar Karin.

                         ***

"Mah, pah Roland sama Karin pamit dulu yah?" Ujar Roland sambil memeluk orang tuanya bergantian diikuti Karin.

Pagi ini Zara Monica Henzu (mama Karin), Angga Morelez Henzu (papa Karin), Nevy, Alexa, dan Navy sedang berada di bandara untuk mengantar Roland dan Karin.

"Mama sama papa jangan lupa jaga kesehatan. Kalau ada apa- apa hubungin kita" ujar Karin.

"Seharusnya mama sama papa yang ngomong gitu Karin" ucap mama Karin sambil memutar bola matanya.

"Hehehe.. nggak papa kali mah" ujar Karin sambil cengengesan.

"Roland jaga adik kamu baik-baik" ucap papa Karin tegas.

"Biar papa nggak kasih tau juga pasti Roland bakal jaga adik Roland yang cerewet ini kok" ucap Roland mantap.

"Nevy, Alexa, Navy makasih yah selama gue disini kalian selalu nemenin dan support gue. Kalian emang sahabat gue" ujar Karin sambil memeluk mereka bergantian.

"Iya sama-sama" ucap Nevy, Alexa, dan Navy bersamaan.

"Nevy, Alexa, Navy gue minta buat kalian jagain mama sama papa gue yah" ujar Karin sambil menatap Zara dan Angga.

"Iya lo tenang aja kita bakal jagain orang tua lo kok" ucap Navy.

"Iya Rin kita kan udah nganggep orang tua lo kayak orang tua kita, iya nggak Nev?" Tanya Alexa meminta persetujuan Nevy.

"Iya Rin" ucap Nevy membenarkan.

"Ya udah kita pamit yah semuanya" ujar Roland. Lalu Roland dan Karin pun masuk ke dalam pesawat.

Di dalam pesawat mereka di sambut dengan senyum ramah salah satu pramugari. Kemudian pramugari tersebut menunjukan tempat duduk Roland dan karin.

Karin duduk di dekat jendela, ia menatap keluar jendela tanpa disadarinya air mata Karin menetes saat mengingat kenangan waktu ia berusaha mendekati Rafael.

Roland yang menyadari adiknya sedang menangis langsung menghapus air mata adiknya dan menyandarkan kepala Karin di bahunya sambil mengelus kepala Karin.

"Jangan nangis lagi dek, gue tau lo adik gue yang paling kuat dan tegar. Jangan hanya karena cowok lo jadi lemah dan cengeng kek gini buktiin ke dia kalau lo masih bisa tersenyum walau tanpa dia" ujar Roland sambil masih mengelus kepala Karin.

Karin tak berniat membalas ucapan Roland, ia hanya memejamkan matanya. Tak lama tangisan Karin berhenti dan Karin pun sudah masuk ke alam mimpi.

                        ***

Jangan lupa vote and coment😅

RAFAELKARINA [COMPLETED]✅Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin