Empat Dua ; Hal Yang Tidak Mereka Tahu

11.2K 2.2K 186
                                    

"Tadaima, Taka-chan."

"Siapa kau?"

Hirasaki tertawa. Wajar kalau Takahiro sampai tidak mengenalinya, walau sebenarnya Hirasaki yakin sang Tuan sudah tahu kalau dirinya yang datang.

Pria itu bermandi darah, dari ujung kaki sampai kepala, semuanya berubah merah. Tubuhnya bau anyir, dengan terpincang, Hirasaki mendekat menghadap sang Tuan yang sedang duduk di beranda kamar. Menikmati fajar yang mulai menyingsing di ufuk timur.

"Jangan begitu Taka-chan. Jangan lupakan aku yang selalu mencintaimu."

"Kau membuat perutku sakit, Aho." Takahiro menyesap tehnya pelan. Dia menatap hambanya malas, "Kau mendapatkannya?"

"Ya. Karena merampok para bandit dari satu tempat ke tempat lain itu merepotkan, jadi aku langsung merampok rumah pemilik toko teratai emasnya sekalian."

"Jangan menyakiti warga sipil, Aho-saki."

"Tidak, Taka-chan. Pemilik toko ternyata salah satu bandit terbesar di Negara ini. Aku hanya membunuh para penjaga saja. Para pelayan cantik, para gadis, dan calon gadis cantik, kubiarkan hidup."

"Intinya kau hanya membiarkan hidup gadis yang kau anggap cantik?"

"Hahaha. Tidak juga, pelayan laki-laki dan anak-anak pun kubiarkan. Kalau beberapa tersambar katana-ku anggap saja tanganku kelepasan. Lihatlah sebaik apa aku ini?"

Takahiro menatap Hirasaki dengan pandangan jijik, "Tidak ada yang baik dalam penampilanmu saat ini."

Hirasaki menjelaskan kalau teratai emas dan uang hasil rampokan sudah dibawa Ryuu ke tempat Ikuyoshi. Ikuyoshi dan para putrinya tidak lama lagi akan melakukan ritual penyucian untuk mengembalikan penglihatan Tsukumi.

Selain itu, Hirasaki juga melaporkan tentang kegentingan yang terjadi di Kerajaan Ame karena sudah beberapa hari Takahiro pergi. Tidak bisa dipungkiri, karena perbaikan ketatanegaraan baru dijalankan setengahnya, semuanya bisa kembali hancur seperti semula kalau sampai si pengatur menghilang terlalu lama seperti sekarang.

Masih banyak yang harus Takahiro selesaikan. Namun dia ragu untuk pergi ketika menyadari kondisi Chinatsu saat ini masih membutuhkan pengobatan. Lagipula, Takahiro sendiri belum sehat sepenuhnya. Shinigami dan Takahiro masih mudah bertukar peran dan itu cukup membahayakan orang-orang di sekitar mereka.

Shinigami sekarang tenang karena tidak banyak orang berlalu-lalang, tidak banyak orang yang mengusiknya. Namun jika mereka kembali ke istana, bukan tidak mungkin Shinigami mengamuk karena sesuatu hal yang kecil.

"Ngomong-ngomong, Taka-chan. Ada yang membuatku penasaran." Hirasaki berkedip. Mengabaikan rambut hitam basahnya berubah kemerahan saat terkena cahaya matahari. "Gadis itu, salah satu adik Tsukumi bilang, tubuhku berwarna hitam. Dipenuhi dosa dan jeritan mereka yang sudah kubantai. Tapi tubuhmu justru bersih padahal kau membunuh lebih banyak dariku."

"Apa yang kau bingungkan? Di dalam tubuhku ada Dewa." Takahiro menjawab tidak tertarik. "Tidak peduli sebanyak apapun orang yang kubunuh, atau kebahagiaan yang kuambil dari orang-orang di sekitarku, selama Shinigami ada di dalam tubuhku, itu bukanlah kesalahan."

Shinigami adalah salah satu Dewa perkasa. Bukan dia yang mengikuti aturan dunia, tapi dunia yang berjalan sesuai keinginannya. Semua yang dia lakukan adalah benar. Entah itu membunuh atau pun memberi kebahagiaan, hanyalah sebuah pilihan.

"Enak sekali menjadi Dewa, ya, Taka-chan."

"Menurutmu begitu?" Takahiro menatap langit dengan tatapan hampa. Dia tersenyum kosong. "Bukankah itu sedikit membosankan?"

Yami No TenshiWhere stories live. Discover now