Dua Satu ; Serpihan Kesadaran

18.8K 2.4K 205
                                    

Ini malam terakhir mereka di tepi Hutan Ao. Chi mendongak, menatap hamparan kelam bertabur bintang. Terlalu banyak yang dia pikirkan, tentang arogansinya yang ingin menggenggam sang tak tergapai.

Setelah makan malam, dia memutuskan pergi ke sungai untuk membersihkan diri, ingin mendinginkan kepalanya yang panas. Bersandar ke batu, gadis itu merangkak ke tengah sungai. Memejamkan mata rapat, membiarkan tubuh telanjangnya di manja tusukan kecil dari air yang mulai sedingin es.

Berpikir-berpikir-berpikir, dia tidak mendapat jawab.

Mulai menggigil, Chi memutuskan kembali. Matanya terbuka, terkejut saat melihat Takahiro di tepi sungai tengah menatapnya.

Cepat-cepat Chi kembali duduk, menutupi tubuhnya dengan helaian rambut juga kedua tangan. "Takahiro-sama!"

"Aku mencarimu, kupikir kau terbawa arus sungai sampai tidak juga kembali." Takahiro menyahut tanpa rasa menyesal. Dia menatap Chinatsu dalam, "cepatlah kembali."

"Haii." Chi mengangguk, dia memeluk dirinya sendiri semakin erat, "saya akan segera kembali."

Tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi, Takahiro berbalik kemudian melangkah pergi. Di bawah purnama yang menyinari sekitar, wajah Chinatsu berubah pucat. Dia mendadak teringat perkataan Ryuu tadi sore.

Takahiro tidak akan memandangnya sebagai wanita.

Melihat Chi telanjang pun ekspresi wajahnya tidak berubah.

Jangankan menyentuh Chi, pria itu seolah sudah terbiasa melihat Chi tanpa mengenakan busana.

Menelan ludah -pedih. Chi tersenyum kecil, dia memutuskan segera kembali. Merangkak menuju sisi sungai, lagi dia terkejut saat seseorang keluar dari semak-semak. Sedetik saat Chi memungut pakaiannya yang tergeletak sembarang.

Mata pemuda itu membola. Cepat-cepat dia berbalik dan membungkuk memohon maaf, "Maaf, Chi-chan. Aku tidak tahu kau mandi di sini. Aku sedang mencari Takahiro-sama agar segera meminum obat. A-aku. Aku benar-benar minta maaf."

Chi tidak bereaksi. Kenapa Ryuu dan Takahiro bersikap berbeda?

Lalu gadis itu menyimpulkan sesuatu. Tidak membuang waktu, dia segera mengenakan pakaiannya.

"Tidak apa-apa, Ryuu-kun." Chi melangkah keluar sungai. Rambut panjang kelam yang basah itu menjuntai, menutupi sebagian wajah Chi yang tampak tertekan, "aku, hanya anak-anak."

***

"Chi, kemarilah." Takahiro menepuk-nepuk futon yang dia jadikan tempat berbaring. Kou sengaja meninggalkan futon tersebut untuk kakaknya. Pria itu tersenyum manis, "tidur di sampingku."

"Baka-hiro dan segala kegilaannya." Yumi mendecih jijik, "bisa-bisanya kau meminta wanita masuk ke dalam futonmu."

"Tenang saja." Takahiro menjawab dingin, "kau tidak pernah kuanggap sebagai wanita, Jalang."

"Kau-!"

"Chi, kemarilah." Takahiro tidak menggubris. Chinatsu duduk memeluk lutut di sisi pintu. Gadis itu menggeleng menolak sopan.

"Tidak perlu, Takahiro-sama, saya akan tidur di sini saja."

Hening. Untuk pertama kali, Chinatsu menolak keinginan Takahiro. gadis itu berbaring sambil meringkuk. Membuat Takahiro mengangkat sebelah alis tidak paham. Ada apa dengan Chinatsu?

"Kau itu bicara apa?" Takahiro menahan napas, "di sana dingin. Kalau kau tidur di tempat tidak nyaman. Kau tidak akan tumbuh."

"Tidak apa-apa."

Yami No TenshiWhere stories live. Discover now