Empat Satu ; Ambisi (b)

10.9K 2.3K 358
                                    


"Jika kau terus menatapku seperti itu, aku akan memakanmu." Takahiro mengulum senyuman manis. Di depannya Chi berkedip. Gadis itu tampak salah tingkah. Dia membenarkan posisi duduknya, mulai mengambil acar dengan sumpit lalu melahapnya.

Chi yakin tadi dia tidak berhalusinasi. Dia bertemu dengan Takahiro di perkebunan. Walau yang dia temui Shinigami, tetap saja bukankah mereka berbagi satu tubuh yang sama? Atau Shinigami bisa keluar dari tubuh sang Tuan?

Chi menelan makanannya susah payah. Iris kelam itu kembali terarah pada sang Tuan. Dia merangkak mendekat, menarik lengan pakaian sulung Eiji.

"Ada apa?"

Chi menepuk-nepuk dada Takahiro, lalu menunjuk keluar, "Apa tadi Takahiro-sama berada di luar?"

"Kau mengusirku keluar? Kejam sekali. Di luar sedang hujan deras."

Chi menggeleng cepat. Tukan itu maksudnya. Takahiro menyeringai, sebenarnya dia bisa menebak yang Chi tanyakan, dia hanya ingin mempermainkannya sebentar.

Kali ini Chi menggerakkan kedua tangan. Dia menunjuk ke lantai, lalu dia menunjuk keluar.

"Kau mengusirku keluar lalu tidur di lantai? Kejam sekali, Chi."

Chi menggeleng lagi. Kenapa tuannya tidak mengerti juga? Chi tampak panik. Dia pikir Takahiro salah paham. Pria di depannya bertopang dagu. Dia menikmati kegelisahan Chi yang disebabkan olehnya.

"Tadi dia bertemu denganku di luar, Takahiro." Shinigami yang menjawab. "Sepertinya dia bingung karena kau ada di sini padahal sesaat lalu kita bertemu di luar."

"Kau bisa menunjukkan wujudmu pada orang-orang, Shinigami?"

"Hanya dalam waktu tertentu, terutama saat cuaca sedang buruk. Lagipula, kuil ini dipenuhi energi spiritual." Shinigami menjelaskan. "Ya, walau masih membutuhkan bantuan topeng dan tidak bisa bertahan lama."

"Hm..." Takahiro memang menyadari sesekali tubuhnya terasa lebih ringan. Dia juga tahu Shinigami bisa keluar dari tubuhnya walau tidak terlalu lama. Tapi dia tidak menyangka Shinigami bisa menunjukkan wujudnya pada manusia juga.

"Kau bertemu Shinigami, Chi?" akhirnya Takahiro bicara. Membuat Chi tertegun. Gadis itu mengangguk antusias. Dia lebih mendekat, meraih pakaian sang Tuan lalu tersenyum lebar. Senang karena sulung Eiji mengerti yang dia maksudkan. "Kau senang bisa melihatnya?"

Chi mengangguk. "Shi-ni-gam-mi-sam-mah." Chi memaksakan diri untuk bicara. "Sang-ngat mir-rip, deng-an, An-da."

"Hei, kau akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh jika terlalu memaksa." Takahiro menarik pinggang Chi agar gadis itu duduk di pangkuannya. Dua butir air menetes dari pelupuk mata Chi. Sakit di tenggorokkannya benar-benar menyiksa. Seolah akan memutus tenggorokkannya saja.

Chi menggeleng pelan, dia menyandarkan keningnya pada dada sang Tuan. Dia dan Shinigami berpisah tadi meninggalkan kegelisahan. Setidaknya, Chi berharap Shinigami bisa mendengar isi hatinya. Dia bersyukur karena diberi kesempatan agar mereka bisa bersua tanpa perantara.

"Kau... memang gadis keras kepala."

Chi mendongak. Mendapati iris merah yang menatapnya tajam. Takahiro mengulas senyuman manis, tangan besarnya mengelus pipi Chi yang sembab.

"Tapi tadi bukan wujud asliku. Karena aku hidup di dalam tubuh Takahiro, perwujudanku di dunia fana berubah menjadi refleksi tubuhnya." Pria itu menjelaskan. Chi berkedip dua kali, dia tampak kebingungan. "Kau ingin melihat wujud asliku?"

Mata Chi membulat. Kedua iris kelamnya berkilauan tertarik. Dia memang gadis yang benar-benar mudah dibaca.

"Akan kuperlihatkan. Pejamkan matamu." Takahiro mengisyratakan. Tangan bebasnya mengelus mata Chi agar tertutup. Dia menipiskan jarak wajah mereka. Chi merasakan angin kencang yang sesaat menerpa tubuhnya. Kedua tangannya mencengkeram bahu sang Tuan erat. "Kau satu-satunya manusia yang pernah melihat wujud asliku. Tidak Takahiro, tidak siapa pun. Hanya dirimu, Chinatsu."

Yami No TenshiWhere stories live. Discover now