Tiga Enam ; Perdebatan

10.5K 2.2K 140
                                    


Ryuu tidak punya pilihan. Karena itu, dia memberanikan diri menemui Takahiro yang diam di kediamannya untuk memberi informasi. Berbeda dari biasanya, pria itu tidak banyak bergerak. Hanya diam seperti patung, mendengarkan setiap laporan yang Ryuu katakan.

Takahiro setuju dengan usulan Yumi. Karena yang dia prioritaskan adalah keselamatan Chinatsu.

Semakin hari, kondisi Chi tidak juga membaik. Walau gadis itu berkata tidak terjadi apapun, wajah pucatnya sudah cukup memberi bukti kalau luka di punggungnya masih belum menunjukkan tanda-tanda ke arah yang lebih baik.

Begitu juga dengan kondisi Hirasaki.

Berbekal satu kereta kuda kerajaan, rombongan Takahiro meninggalkan istana.

Ryuu yang menjadi kusir kereta. Takahiro duduk berdampingan dengan Chinatsu. Berhadapan dengan Yumi dan Hirasaki yang bersisian. Reiko duduk di bawah, melipat kakinya, berusaha tidak mengusik ketenangan sang Shinigami yang bisa kapan saja memenggal kepalanya.

Kondisi Takahiro kian mengkhawatirkan. Tadi saja mendadak langkah kakinya sempoyongan. Tapi pria itu tidak mengeluh sakit. Tepatnya... sosok yang berada di dalam tubuhnya sekarang tidak bisa merasakan sakit.

Keluar dari gerbang istana, Ryuu bisa melihat beberapa penjaga yang saling berbisik. Dia memacu dua kudanya lebih cepat. Sengaja mereka menolak tawaran Ritsuka yang hendak mengutus beberapa tentara untuk mengawal mereka.

Sedang tidak ada yang bisa mereka percaya.

Mereka terjebak dalam bahaya.

Melewati ibukota. Matahari sudah beranjak tinggi. Takahiro mulai menunjukkan gejala sulit bernapas. Tidak mengejutkan, mengingat sudah beberapa hari dia tidak minum atau pun makan.

Hirasaki merapatkan bibir. Kehilangan tuan seolah membuatnya kehilangan arah. Dia hanya mengikuti setiap yang dijadikan perintah.

Mereka mulai memasuki kawasan hutan.

Sepi.

Ryuu kian memacu kudanya. Apalagi saat dia sadar kalau mereka sedang dibuntuti.

Satu anak panah menancap di dinding kereta. Yumi dan Reiko memekik saat disusul anak panah yang lain. Mereka berlindung di tengah kereta. Takahiro merangkul bahu Chinatsu, memastikan tidak ada lagi anak panah yang berhasil melukainya.

"Hirasaki-san, turun. Kau bisa terkena hujan anak panahnya." Yumi menarik Hirasaki agar turun dari dudukannya. Pria itu tidak merespons, hanya jatuh terkulai dengan pandangan hampa. Sudah tidak ada harapan. "Ryuu! Kita dikejar!"

"Saya sudah berusaha, Hime-sama!" sahut Ryuu dari luar. Jantungnya berdegup gila. Berapa orang yang mengejar mereka? Kalau begini terus, lama-lama mereka akan terkejar.

Satu anak panah berhasil menerobos dinding kereta yang retak dan nyaris mengenai kepala Chinatsu. Takahiro menangkapnya, merenggangkan jari dan anak panah itu terbagi dua. Dia memberi perintah, "Hentikan keretanya!"

"Tapi Shinigami-sama-"

"Atau kau ingin aku menghentikan detak jantungmu saja?"

Spontan Ryuu menarik tali kudanya agar berhenti. Takahiro bergerak turun, melepaskan genggaman Chi yang tampak sangat mengkhawatirkannya.

"Takahiro-sama?"

"Kau tunggulah." Takahiro berbisik. Sesaat langkahnya, terhuyung. Dia menarik katana keluar lalu menebas semua anak panah yang terarah padanya. "Aku tidak akan membiarkan satu kesalahan yang sama untuk kedua kalinya."

Disaat Takahiro berlari.

Di detik yang sama, yang bisa Chi dengar hanya jeritan orang-orang menjelang mati.

Yami No TenshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang