Enam ; Rayuan si Gadis Penghibur (2)

16.3K 2.4K 125
                                    

Word 1219 (29/11/2016)

***

"Berlian. Aku mendapatkan berlian." Hamada mulai serampangan. Menatap Chi dari kejauhan yang kini tengah duduk sambil melihat-lihat sekitarnya. Gadis itu sesekali menoleh dan mendongak, tersenyum pada Takahiro yang tidak terlihat tertarik.

Kedatangan Chinatsu disambut khusus. Hamada langsung mengutus penari Yoshikawa naik panggung dan memberikan penampilan terbaik. Sorak-sorai kian membahana. Chi bertepuk tangan antusias. Bahkan diberi meja khusus. Akari sadar kalau mereka terlalu diperlakukan spesial.

Seharusnya, Hamada bahkan tidak tahu berapa jumlah uang yang mereka bawa? Kenapa mereka menyambut berlebihan seperti sekarang?

"Takahiro-sama." Akari berjalan menggunakan lututnya, tiba di belakang Takahiro, pria itu berbisik, "Ini mungkin hanya perasaan saya. Tapi sejak tadi tatapan mereka mengarah pada Chinatsu."

Lagi Akari memindai sekitarnya diam-diam. Seperti dugaannya, beberapa pria besar di sekitar mereka selalu menjatuhkan pandangan pada Chinatsu. Sisanya tampak berjaga-jaga. Memerhatikan Hirasaki, Akari, dan Takahiro yang mungkin dianggap paling mencurigakan.

"Jangan jadi korban perasaan, Akari." Takahiro terkekeh sambil meminum sake. Dia lebih menyamankan posisi duduknya, "cukup kau hitung saja. Berapa yang bisa diajak kerjasama? Sisanya biarkan aku membunuh mereka."

"Banyak warga desa yang hanya melakukan perintah di bawah tekanan. Jika benar para gadis penghibur di Yoshikawa itu gadis yang diculik dari desa dan Negara lain, apalagi gadis yang berada di desa Miwa? Jadi, sebaiknya anda tidak membunuh mereka yang tidak berkemampuan." Akari menasihati. "Tujuan perjalanan kita adalah menyelamatkan sebanyak mungkin yang bisa diselamatkan."

"Mereka sudah tidak tertolong lagi."

"Takahiro-sama~" Akari menghela napas. Susah sekali bekerjasama dengan seseorang yang terbiasa membunuh. Wajah Takahiro bahkan masih menunjukkan raut ramah, berbeda dengan niatnya yang selalu ingin membunuh banyak orang. "Saya mohon atas nama Heika."

Mendecih. Takahiro tidak menjawab lagi. Yakin Tuannya mengerti, Akari kembali mundur. Duduk di tempatnya yang mengapit Yumi. Menatap punggung si sulung Eiji beberapa lama, Akari mengukir senyuman kecil.

Takahiro lebih mudah diajak bicara. Pria itu juga bisa menjadi pendengar dan mulai mampu mengendalikan keinginannya untuk merenggut banyak nyawa. Dia terlihat lebih bebas, mungkin karena secara tanpa sadar, dia mulai melepaskan pengawasan pada adik-adik yang disayanginya.

Hamada menatap Takahiro seksama. Rasanya nama itu tidak terlalu asing untuknya. seseorang yang memiliki nama serupa memang banyak, tetapi dengan karakterisik seperti pria itu, cukup nyentrik dan berkesan.

Siapa dia sebenarnya?

Terjebak lama dalam lamunan, Hamada memilih tidak ambil pusing. Siapa pun Takahiro? sekuat apapun dia. Tetap saja jumlah menjadi penyebab kalah. Hanya tiga orang pria, akan melawan ratusan pria warga desa juga para pembunuh bayaran professional yang sudah lama menjadi hambanya.

Ini bukan kejadian pertama kali.

Semuanya pasti bejalan seperti yang sudah-sudah.

"Kau, kemarilah!" dua pria yang bertugas berjaga mendekat. Menunduk hormat pada pemilik Yoshikawa.

"Kami, Nyonya."

"Dapatkan Chinatsu-Hime. Tubuhnya seharga lima puluh koin emas bahkan lebih. Samurai-nya yang terlihat paling berbahaya adalah pria bernama Takahiro. gunakan Tsukumi untuk melumpuhkannya."

"Haii."

Hamada tersenyum lebar. Kualitas Chinatsu bahkan jauh di atas Tsukumi. Satu sampai dua tahun lagi, dia pasti bisa menggeser Tsukumi. Yoshikawa akhirnya mendapat perhiasan lainnya. Gadis-gadis yang menjadi penyebab kenapa para bangsawan dari berbagai Negara memiliki alasan untuk datang mengunjunginya.

Yami No TenshiWhere stories live. Discover now