Tiga Sembilan ; Ritual Pemanggilan (b)

12.1K 2.3K 328
                                    

"Kemungkinan, mata Tsukumi tertinggal."

"Aku tidak mengerti."

"Biasanya, ritual pemanggilan membutuhkan tumbal, minimal sepuluh gadis perawan. Dengan kehebatan Tsukumi dan pendeta itu, dia bisa memanggilmu tanpa menumbalkan siapa pun. Tapi jelas saja resiko ada pada si pemanggil, kau bisa menyebutnya penari utama." Shinigami memberi jeda. "Setiap satu entakkan kakinya yang memakai lonceng, bisa memutus satu syaraf di tubuhnya. Berkatku dia tidak mati, tapi karena terlalu lama, matanya buta."

"Kau mau bilang ada satu orang yang buta karena salahku?"

"Karena sifat cengengmu."

Takahiro berdecak. Dia menggeser pintu. Tertegun melihat Tsukumi yang duduk di atas futon dengan matanya dililit perban. Darah tidak berhenti mengalir, dibersihkan Ikuyoshi perlahan menggunakan handuk hangat agar tidak semakin melukai putrinya.

"Tsukumi."

"Takahiro-sama? Jadi Anda benar-benar sudah bangun?" mantan pelacur Yoshikawa itu tersenyum lebar. Ikuyoshi menahan Tsukumi yang berusaha bergerak dan bersujud pada sulung Eiji. "Saya senang semuanya berjalan sesuai harapan."

"Untuk apa kalian ke sini?" Ikuyoshi menggeram marah. Dia merengkuh pundak Tsukumi. "Keadaan putriku sekarang, bukan untuk tontonan."

"Ayah, jangan seperti itu. Aku sudah bilang, aku baik-baik saja." Tsukumi mengelus lengan Ikuyoshi agar lebih tenang.

"Kita sudah tidak punya apapun untuk diberikan pada mereka. Sebaiknya mereka cepat pergi saja."

"Ayah." Tsukumi memanggil tegas. Dia tahu kesedihan ayahnya, dia pun memahaminya. Tapi jangan sampai pilihan yang Tsukumi sendiri kehendaki menjadi beban untuk para tamu mereka. "Maaf, Takahiro-sama. Anda harus beristirahat, jika ada yang Anda butuhkan, biar saya yang pergi ke kediaman Anda."

"Aku tidak suka hutang budi, Shinigami. Apa tidak ada cara untuk menyembuhkannya."

"Biarkan aku menyentuh matanya." Shinigami menjawab. Takahiro setuju. Dia mendekat, mengabaikan protesan Ikuyoshi lalu perlahan menyentuh mata Tsukumi. Wanita itu meringis pelan, namun tetap bertahan.

"Bagaimana?"

"Penglihatannya memang tertinggal di perbatasan. Tapi belum terlambat, kurasa jika dia dimandikan di kolam seratus teratai emas, penglihatannya akan kembali."

"Di mana aku bisa mendapatkan seratus teratai emas?"

"Itu tidak mungkin." Ikuyoshi menggeleng. Dia tahu pilihan tersebut, begitu juga dengan Tsukumi. Tapi wanita itu memaksa agar mereka tidak mengatakan apapun. Jangankan seratus, satu saja mereka tidak akan mampu.

"Apa maksudmu?" Takahiro balas menatap Ikuyoshi. "Shinigami bilang jika dia dimandikan di kolam seratus teratai emas, penglihatannya akan kembali."

"Sungguh, tidak perlu Takahiro-sama." Tsukumi mengulum sunggingan. "Saya tidak apa-apa. Lagipula sejak awal saya sudah siap untuk mati, saya tidak mau lebih merepotkan ayah lagi."

"Kau itu bicara apa, Tsukumi? Aku tidak pernah merasa kau sebuah beban. Kenapa kau berpikir seperti itu?"

Karena dia adalah seorang mantan pelacur.

Karena dia wanita yang tidak berharga.

Karena dia bahkan sudah tidak layak disebut sebagai miko.

Karena hidup lama pun percuma, dia tidak akan bisa menikah dan semua pria pasti merasa jijik padanya.

Ikuyoshi seolah bisa tahu yang putrinya pikirkan. Dia menunduk dalam, menutup wajah dengan telapak tangan. Tsukumi terlihat tegar, namun sepenuhnya dia membenci dirinya sendiri.

Yami No TenshiWhere stories live. Discover now