5. わかる (End)

376 39 6
                                    

"Hyera, kau di panggil Woozi ke ruangan nya."

"Woozi?"

"Iya. Woozi Seventeen, idol producer itu loh,"

Aku hanya mengangguk.

Jujur, aku sering mendengar nama nya, karna dia itu kesayangan Sajang-nim. Juga kata nya dia itu producer untuk Seventeen yang sebenarnya agak menghemat uang perusahaan untuk menyewa komposer atau membeli lagu.

Pertama kali melihat nya tersirat perasaan canggung pada ku. Dia terkesan dingin dan profesional, walau baru debut beberapa saat yang lalu.

"Bisa berikan pada ku list lagu yang akan di luncurkan?"

Kami selalu berbicara seputar pekerjaan. Tidak lebih.

Hingga waktu itu dia tiba-tiba berbicara sesuatu yang cukup membuat ku terkejut.

"Aku takut akan mengecewakan fans kami. Bagaimana kalau kami juga produk gagal? Bukankah Pledis akan bangkrut? Lalu bagaimana dengan kami, apa yang harus kami lakukan setelah itu?"

"Apa kami akan menjadi pengangguran? Jisoo hyung akan kembali ke LA tentu nya. Jun dan Minghao juga akan kembali. Seungkwan akan pulang ke Jeju. Lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Apa yang akan ayah dan ibu ku katakan kalau aku gagal? Walau mereka berusaha menghiburku, bukankah jauh dalam lubuk hati mereka juga merasa kecewa padaku?"

Di umurnya yang baru menjelang angka legal, dia bahkan sudah berfikir sejauh itu.

Mungkin tekanan nya berat. Banyak masa depan orang yang berada di tangan nya. Kalau ia salah melangkah saja, mungkin masa depan mereka akan gelap selama nya.

"Tidak usah khawatir Woozi-ssi. Karya mu hebat, dan aku akan membantu kalian untuk menjadi sukses," dengan itu ia hanya tersenyum kecut.

Aku tau banyak yang berada di pikiran nya. Bukan deadline yang perlu di kejar, atau latihan yang perlu di sempurnakan.

Tapi sekedar kalimat 'jika' mampu membuat nya berhenti bekerja dan memikirkan itu siang dan malam.

Bagaimana jika mereka selama nya hanyalah Seventeen dari Pledis Entertainment, sebuah grup yang mempunyai sunbae yang gagal?

"Sudah putuskan konsep foto?"

Hyera mengangguk. "Ini, silahkan di lihat. Akan kami luncurkan minggu depan, per member," lelaki itu mengangguk.

"Kau tau, aku suka sekali kinerja mu," puji nya. "Ah, kamsahamnida. Karna Seventeen sudah bekerja keras tentu aku juga harus bekerja keras," senyum ku.

"Aku juga suka senyum mu," bisik nya.

Aku hanya bisa menerjapkan mata ku. Haruskah aku berpura-pura tidak mendengar nya?

"Bisa kau jelaskan kenapa kalian memilih foto yang ini?"

"Oh," aku mengambil ahli kertas di tangan nya dan mulai menjelaskan setiap detail hasil rapat kami kepada nya.

"Tapi aku tidak bisa menjelaskan kepada mu kenapa aku menyukai mu," kata nya sambil menatap lurus ke mata ku.

Aku membisu. Bagaimana bisa ia mengatakan hal seperti itu pada ku?

"Mau menemani ku untuk seterusnya?"

Kenapa pertanyaan itu terasa ambigu sekali?

✔ Seventeen Lovelife [Series] 1.0Where stories live. Discover now