38.

877 17 17
                                    

Tunggulah sebentar lagi. Aku janji, aku akan datang. Kita buat kenangan yang indah untuk bisa kita kenang bersama-sama.

------

Seli terdiam sejenak. Mencerna baik-baik perkataan Devan. Apa itu hanya candaan Devan atau itu adalah sebuah kebenaran?

"Asal lo tau, gue gak bakal baper sama gembelan lo itu." decak Seli.

"Kalo gue serius, gimana?"

Seli menautkan kedua alisnya. Ia mulai bingung sekarang bagaimana cara membedakan perkataan yang diucapkan Devan itu hanya candaan atau kebenaran.

"Candaan lo mulai garing." seru Seli sambil menghindari tatapan kedua mata Devan dan tertawa garing.

Devan menarik wajah Seli untuk menatapnya, "Ini benar. Gak ada candaan sedikit pun."

"Kalo misalnya bener. Kenapa harus gue? Kenapa harus gue? Kenapa harus gue?" tanya Seli menaikkan suaranya.

"I don't know. Yang gue tau gue punya perasaan itu. Dan perasaan itu murni buat lo." jawab Devan lirih.

"Dari kapan?" tanya Seli.

"Saat pertama kali kita ketemu." jawab Devan.

"Selama itu?" tanya Seli yang di angguki Devan. Seli sekarang merasa sangat emosional, tidak menyangka bahwa kakak kelasnya dulu itu menyukainya sejak pertama kali mereka bertemu. Kalo gak salah sih, saaf Seli terlambat dan terpaksa harus menyelinap untuk bisa masuk.

"Kenapa lo gak jujur dari dulu?" tanya Seli.

"Karena, nyatanya gak semudah itu nyatain cinta. Gue fikir, nyatain cinta itu gampang tapi nyatanya itu ... susah dan gue gak tahu harus ngapain." jawab Devan.

"Sebenernya, gue gak mau nangis. Tapi gak apa-apa yah gue nangis di depan lo?" Devan terkekeh dan mengangguk.

"Hm, apa perasaan itu masih ada?" tanya Seli ingin tahu. Bukan bermaksud untuk memberi harapan pada Devan. Seli hanya ingin semuanya clear tanpa ada masalah lainnya. Jika Seli harus menjauh dari Devan, Seli akan melakukan itu. Kalau itu yang terbaik.

Devan mengangguk, "Gak akan pernah berkurang dan akan selalu penuh." membuat Seli merasa takut. Setelah ini, apakah ia dan Devan akan bermusuhan? Saling mengasingkan diri? Seli takut itu.

"Gue bingung mau bilang apa." ucap Seli jujur sambil menyeka air matanya.

"Tenang. Gue tau hati lo itu gak akan ada buat gue, hati lo cuma buat Raka kan?" Devan terdiam sejenak, lalu melanjutkan. "Gue ngutarain perasaan gue biar gue bisa lancar move on dari lo. Karena, gue tahu kebahagiaan lo itu bukan gue tapi Raka." jelas Devan.

"Kebahagiaan gue ikut terenggut saat dia ninggalin gue. Kebahagiaan gue udah hilang." lirih Seli.

"Itu cuma paham yang lo tanam sendiri ke diri lo. Sebenarnya, kebahagian itu gak hilang, itu cuma spekulasi lo aja." jelas Devan.

"Terus gue harus gimana? Supaya gue merasa bahagia." tanya Seli.

Devan tersenyum kecil, "Sabar nunggu. Karena, sabar adalah kunci kebahagiaan." Devan berdiri dari tempat duduknya.

"Ayo ke dalem. Anak-anak pasti bingung kita kenapa lama banget di luar. Takut di pikir macem-macem." Seli berdiri lalu melangkah masuk bersama Devan.

Ia bersyukur, dikelilingi oleh orang-orang seperti Devan yang sanggup mengeri kemauannya. Devan terlalu bodoh mencintai dirinya padahal diluar sana banyak perempuan yang lebih dari dirinya, tapi kenapa Devan malah memilihnya sedangkan dirinya tidak bisa membalas perasaan tulus Devan padanya. Devan salah menaruh perasaannya.

Apa kelebihan yang ia punya? Dirinya tidak ada apa-apanya dari cewek di luaran sana. Seli hanya gadis biasa dan sederhana. Apa yang Seli bisa banggakan selain nilai fisikanya yang rendah?

"Jadi gimana?" tanya Adam tidak sabar. Belum juga duduk dan bernafas, Seli dan Devan langsung diserobot pertanyaan yang dilontarkan Adam.

Devan mengangguk, "Iya, gue mau." Mendengar itu Adam, Aji, Fadli dan Isel langsung berseru.

"Gue menang." teriak Isel melompat kecil.

"Licik lo."

"Pokoknya gue menang."

"Dasar cewek, gak mau ngalah. Pengennya menang terus."

Seli dan Devan saling berpandangan. Ini ada apa?

"Eh, ini ada apaan sih?" tanya Seli.

"Jadi, selama kalian berdiskusi di luar. Kita taruhan, kalau Devan mau gantiin Fivers Boys banfu Seli, yang kalah harus traktir yang menang. Gak tanggung-tanggung, traktirannya Sturbucks sama Pizza Hut, guys. Dan seperti yang kalian dengar, Adam, Aji dan Fadli kalah. Otomatis mereka bakal traktir gue sepuasnya." jawab Isel panjang lebar.

Bukannya marah karena di jadikan bahan taruhan, Devan dan Seli malah tertawa, "Wihh, enak tuh. Gue mau dong di traktir." ucap Devan menaik turunkan alisnya.

"Gak mau. Bisa tekor entar gue." sahut Adam keras yang Fadli dan Aji angguki.

"Yaudahlah, gue aja yang traktir lo." ujar Seli yang membuat mata Devan berbinar.

"Wih, serius lo?" tanya Devan.

Seli memutar matanya, "Iya. Itung-itung upah lo nemenin gue manggung nanti." sontak Devan melompat sambil berteriak 'YES'

"Menang banyak lo." Adam meninju pelan tangan Devan.

"Rezeki orang ganteng."

"Huek ...."

"Ada kresek?"

"Mendadak pengen boker gue."

"Aduh, upil gue nyangkut."

***

Sedangkan ditempat lain ada seorang laki-laki yang sedang memandangi sebuah foto seorang perempuan yang sangat sekali ia rindukan.

"Ka, mau sampai kapan kamu pandangi foto itu?" tanya seorang wanita paruh baya yang baru masuk ke ruangan itu.

Raka tersenyum miris, "Sampe aku bisa ketemu sama yang aslinya." Raka menatap foto itu.

"Kamu sayang dia?"

"Iya."

"Kamu cinta dia?"

"Sangat."

"Kamu rindu dia?"

"Sangat sangat rindu dia."

"Yasudah ambil ini." Rani mengulurkan amplop coklat yang ia bawa pada Raka.

"Apa?" Raka mengambil amplop itu ragu.

"Buka." ucap Rani memerintahkan anaknya untuk membuka amplop itu.

Raka membuka amplop itu dengan pelan dan menarik isinya. Setelah melihat isinya, Raka langsung melotot tidak percaya seraya menatap mamanya yang tersenyum.

"I-ini serius?"

----

Maapkan saya yang baru apdate sekarang. Maapkan yah?

Bulan-bulan ini saya emang lagi sibuk banget, ujian terus menerus, tugas numpuk gak kelar-kelar dan saya lagi tergila-gila sama korea termasuk boyband dan drakornya.

Salam, calon istri V

Itu Kamu (Complited)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora