23

760 17 0
                                    

Aku yang susah berjuang buat dapetin kamu. Tapi malah dia yang gampang dapetin kamu.

👇👇👇

Matahari sudah muncul di ufuk timur. Suara kicauan burung saling bersahutan. Meramaikan indahnya pagi ini. Membuat Seli terbangun dari tidur nyenyaknya sejak jam lima pagi tadi.


Pukul 06.00 Seli menuruni anak tangga sambil bersenandung. Sekarang 'hobinya' sudah tidak ia lakukan lagi semenjak Raka melihat hobinya pagi itu.

Saat ia menuruni anak tangga telinganya mendengar suara keluarganya yang sedang mengobrol hangat, memang keluarganya adalah keluarga yang harmonis.

Saat Seli menarik kursi makan untuk di duduki, dia melihat keluarganya menatapnya tidak percaya. Dahinya berkerut.

"Apa?"

"Nggak" ucap ayah,ibu dan kakaknya berbarengan. Lalu mereka melanjutkan aktivitasnya masing-masing.

Ting tong...

Suara bel yang membuat Seli tersenyum. Saat Sandra akan berdiri untuk melihat siapa yang bertamu pagi-pagi begini, Seli langsung menahannya.

"Biar aku aja mah" lalu Seli pergi dengan senyum untuk menyambut 'tamu' yang dia tunggu-tunggu.

Seli membuka pintu dengan senyum yang merekah dan menampilkan sesosok lelaki tinggi, hidung mancung, rambut blonde dan berwajah Eropa. Senyumnya memudar berganti dengan tubuh yang mematung.

"Hai" sapa lelaki itu.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Seli setelah susah payah merubah raut wajahnya. Sengaja dia tidak hiraukan sapaan dari lelaki yang ada di depannya ini.

"Nemuin bidadari gue" ucap lelaki itu sambil tersenyum.

"Kok lo tau alamat gue si?" tanya Seli.

"Apasih yang gue gak tau dari lo" ucap lelaki itu sambil tersenyum miring.

"Pergi lo bangsat" ucap Seli agak menjaga nada suaranya supaya tidak terdengar sampai ke ruang makan.

"Woah... Bahasa lo. Ck..ck.. Ini yang lo pelajari dari kedekatan lo sama Raka?" lelaki itu mendekat perlahan ke arah Seli.

"Jangan bawa-bawa Raka Di" ucap Seli.

"Jangan bawa-bawa Raka yah?" ucap Dias terlihat berpikir. "Sayangnya gak bisa tuh" lanjutnya.

"Apa yang lo mau?" ucap Seli. Dias tersenyum lebar, memang pertanyaan ini yang dia tunggu sedaritadi keluar dari mulut mantan kekasihnya ini.

"Apa mau gue?" tanya Dias. "Gue mau lo" lanjutnya yang membuat Seli menelan ludah dengan susah payah.

"Gak!! Gue gak mau balik sama lo lagi!! Mening lo tanggung jawab apa yang udah lo perbuat ke cewek itu. Bajingan" caci Seli.

"Kalo lo gak mau balik lagi sama gue. Berarti lo harus kuat buat liat cowok lo itu menderita" bisik Dias tepat di telinga Seli.

"Gue gak bakal biarin lo nyakitin Raka" ucao Seli.

"Gue punya kartu as dia kok" ucap Dias. "Gue punya koneksi banyak supaya dia..." ucapannya terpotong oleh Raka yang datang dari arah belakang.

"SELI" teriak Raka menghampiri Seli.

"Oh ini si pahlawan tengah bolong" Dias tersenyum miring melihat Raka yang sedang menenangkan Seli.

"Jangan bikin dia tertekan" ucap Raka sambil menatap tajam Dias.

"Gue gak menekan Natha kok" ucap Dias.

Bahkan dia masih berani manggil gue Natha. Batin Seli menjerit.

"Tapi lo udah neken dia pake perkataan lo" ucap Raka.

"Terserah lo mau nganggep gue neken dia atau nggak. Yang penting gue mau ngasih ultimatum pertama ke lo" ucap Dias.

"Kalo lo masih deket-deket sama Natha" Dias sengaja motong ucapannya. "Gue gak bakal biarin lo idup" setelah memberikan ultimatum kepada Raka, Dias masuk ke mobilnya lalu meninggalkan Raka dan Seli yang sedang memandang mobilnya dengan benci.

"Jadi joging gak nih?" ucap Raka setelah menenangkan Seli.

"Jadilah"

"IBU, AYAH, KAK ARVEN, AKU JOGING DULU YAH" Seli berteriak. Raka yang melihatnya hanga geleng-geleng kepala melihat tingkah Seli.

"SAMA SIAPA?" balas Arven dari dalam dengan teriakan juga.

"SAMA RAKA" balas Seli.

"YAUDAH ATI-ATI NANTI JANTUNGAN" di susul oleh gelak tawa dari keluarganya.

"Udah yok" ucap Seli. Lalu mereka berjalan mengelilingi komplek.

▪◾▪

Beberapa jam sebelum Dias datang ke rumah Seli...

"Gue udah nemu kartu as-nya si Raka" ucap Dias pada teman-temannya.

"Apaan tuh?" tanya Aril penasaran.

"Sini kuping lo bertiga" ucap Dias. Lalu Aril, Bagas dan Sam mendekatkan telinganya pada Dias. Dias membisikkan sesuatu pada ketiga temannya. Saat Dias sudah selesai menyampaikan apa yang dia maksud mereka berempat langsung tersenyum.

"Oh jadi gitu toh" ucap Sam sambil berpose seperti orang yang sedang berpikir.

"Gue punya ide" ucap Aril tiba-tiba.

"Apa apa?" tanya Bagas penasaran.

"Gimana kalo lo dateng ke rumah Seli buat kasih tau kalo lo punya kartu as si Raka. Lebih seru lagi kalo ada si Raka, makin sempurna deh tuh" ucap Aril. "Lo kasih ultimatum pertama ke tuh cowok, biar gak berani deketin Natha lo lagi" lanjutnya.

"Bagus juga ide lo" ucap Dias. "Yaudah gue bakal ke rumah Seli nanti pagi" lanjutnya.

"Untung si Indri kagak jadi ikut sama lo yah Ril" ucap Sam.

"Kenapa emang?" tanya Aril.

"Kalo ada Indri otomatis lo bakal bareng dia dan gak bareng kita. Kalo lo bareng dia, lo gak bakal kasih ide ke Dias" ucap Sam.

"Bener juga lo" Aril menabok bahu Sam.

"Eh jangan coal-coel gue. Nanti lo naksir lagi" ucap Sam.

"Gue bukan nyoel lo tapi nabok lo bego" Aril menoyor kepala Sam.

"Kalo lo suka sama gue ya bilang. Jangan sok ngusap kepala gue" ucap Sam.

"Gue gak ngusap kepala lo tapi gue noyor kepala lo oon" Aril mengusap bahu Sam.

"Wah... Lo jangan nabok bahu gue dong" ucap Sam.

"Serah lo bangsat" Sam terkekeh.

"Hahaha....selow" ucap Sam.

👇👇👇

Hola...

Part ini selesai🙌 yeay...

Author pengen gak ada yang silent reader )':

Di tunggu coment + votenya.

Salam hangat

  Author

Itu Kamu (Complited)Where stories live. Discover now