33.

761 16 0
                                    

Nyakitin nggak sih pas lo sudah cinta-cintanya banget sama seseorang dan tiba-tiba orang itu pergi sebelum orang itu tau perasaan lo? -Seli

Dan lo tau? Gimana tersiksanya liat orang yang lo sayang nangis gara-gara lo? -Raka

-----

Tepat pukul 7 pagi, Seli memutuskan untuk pulang. Seluruh tubuhnya terasa nyeri karna tidur di sofa kamar rawat Raka. Lagi pula, dirinya baru tertidur tadi shubuh. Dan sekarang dirinya masih sangat mengantuk.

Memang, dari semuanya yang semalam datang kesini. Hanya dirinya yang tidak ikut pulang ke rumah, dirinya hanya ingin menemani Raka.

"Tan, saya pulang dulu yah" pamit Seli pada Rani yang sedang duduk di sisi ranjang Raka.

"Yasudah, kalau begitu kamu hati-hati di jalan" Seli mengangguk dan berlalu dari hadapan Rani.

"Raka nggak salah pilih calon menantu buat saya" gumam Rani sambil memandang punggung Seli yang kini telah lenyap di balik pintu.

------

Pagi ini, Devan sengaja menjenguk Raka. Hanya ingin tahu bagaimana keadaan cowok itu.

"Tan, boleh saya ketemu Raka?" tanya Devan pada Rani.

Rani mengangguk, "Boleh"

Devan membuka pintu kamar rawat yang ranjangnya diisi oleh laki-laki yang menjadi rivalnya. Rivalnya untuk mendapatkan hati Seli.

Devan mendekat ke sisi ranjang, mengamati wajah Raka yang pucat dan terpejam. Seakan-akan mimpinya lebih indah dari pada dunia nyata.

"Bangun lo ... Lo gak kasian sama ibu lo? Sama teman-teman lo? Dan juga ..." Devan menghembuskan nafasnya. "Seli" bisiknya.

"Gue tau lo lagi marah sama Seli. Gue tau karna dia sempat cerita sama gue. Gue emang gak tau masalah lo sama Seli apa. Tapi, gue kasih tau satu hal sama lo," Devan menatap Raka yang terpejam.

"Sesalah-salahnya dia, lo nggak berhak bikin dia sedih dengan cara seperti ini. Dia itu cewek yang butuh perlindungan lo dan cewek yang butuh lo sayangi. Kalo lo nggak bisa bikin dia tersenyum tanpa air mata. Kenapa lo bikin dia jatuh cinta sama lo sampai-sampai dia nggak nganggep gue ada. Sekarang lo udah bikin dia khawatir, bikin dia tertekan. Lo puas? Lo bahagia setelah membuat cewek yang gue sayang nangis gara-gara khawatir sama lo?

"Kalo emang lo cowok ayo kita berantem! Jangan jadi pengecut. Buka mata lo. Ayo kita berantem!" Devan memukul pelan lengan Raka yang sedari tadi hanya diam tak menjawab.

"Lo pengecut Ka" lalu Devan menjauh dari ranjang Raka, memilih untuk keluar.

Sebelum Devan membuka pintu, samar-samar ia mendengar percakapan di luar yang diyakininya adalah percakapan antara Rani dan dokter yang menangani Raka.

"Bu, anak ibu harus mendapatkan donor ginjal secepatnya. Karna kecelakaan itu, salah satu ginjalnya yang rusak sudah tidak berfungsi sama sekali"

Deg..

"Apa ada yang bersedia untuk mendonorkan ginjalnya dok?"

"Sejauh ini belum ada. Tapi akan kami usahakan mendapatkan pendonor ginjal yang sesuai"

"Tolong ya dok"

Devan mulai membuka pintu. Percakapan yang Rani dan dokter terhenti, mereka langsung menatap Devan kaget.

"Bu, saya akan bantu cari pendonor secepatnya."

-----

Sore ini. Seli kembali ke rumah sakit dengan satu kantong kresek buah-buahan yang baru di belinya tadi saat di jalan. Seli menaruh kantong keresek itu di nakas samping ranjang Raka. Rani sedang terlelap di sofa, sepertinya Rani sangat kelelahan dan Seli tidak ingin membangunkan wanita itu. Kasihan.

Seli duduk di sisi ranjang Raka sambil menggenggam lembut tangan Raka yang terasa kaku. Sambil mengusap punggung tangan Raka, Seli berkata,

"Kapan lo bangun? Apa mimpi lo terlalu indah sampai-sampai lo lupa untuk bangun" lirih Seli. Air matanya sudah berada di pelupuk mata.

"Maaf. Kalo selama ini gue bikin lo bingung sama sikap gue. Apa sekarang gue udah terlambat buat memperbaiki semuanya?" tanya Seli yang pastinya tidak ada jawaban dari Raka.

"Ayo kita berjuang sama-sama. Biar kita sama-sama tau gimana rasanya di perjuangin" bisik Seli sambil menempelkan punggung tangan Raka pada pipinya yang halus.

"Gapapa gue nunggu lama. Yang penting lo pasti dateng" ujar Seli tetap optimis.

Dengan nada yang berganti ceria Seli bercerita bahkan senyumnya sampai terbit, tentunya senyum palsu untuk menutupi kesedihannya, "Tadi ada kejadian lucu loh disekolah. Masa tadi pas Free class karna Bu Dian gak masuk karna ada kondangan, si Dion joget dangdut di depan kelas sambil nyanyi lagu Look What You Made Me Do. Gak sinkron banget kan sama jogetannya? Terus abis itu dia di sawer sama anak-anak sekelas pake uang gope. Andai lo liat gimana kocaknya Dion tadi, pasti lo orang pertama yang neriakin Dion karna malu-maluin." Seli terlihat seperti orang gila yang berbicara sendiri.

"Terus, tadi gue ketemu sama Oliv. Gak tau kenapa dia malah senyum ke gue, padahal dulu dia gak suka banget sama gue" tak ada respon dari Raka.

Seli mencoba kembali, "Terus ada yang aneh juga, Dias sama teman-temannya gak gangguin gue lagi. Malah mereka terkesan gak peduli lagi sama gue. Apa karna mereka kasian liat penampilan gue yang berantakan pas ke sekolah? Bukannya gue mau di gangguin lagi sama mereka, cuman gue merasa aneh aja mereka gak gangguin gue lagi."

Seli segera menghapus air mata yang meluncur ke pipinya. Dirinya, tidak mau terlihat cengeng di depan lelaki ini.

"Rak, gue takut ...." bisik Seli. "Gue takut kehilangan lo."

"Gue tau gue udah terlambat buat ngucapin ini. Tapi, gue berharap gue gak terlambat untuk ini."

"Sebenarnya ... Gue ...."

"Cinta sama lo ...."

"Dan gue baru sadar sekarang ...."

"Maaf." lalu Seli keluar dengan perasaan lega. Akhirnya kata-kata itu bisa juga ia ucapkan.

Mungkin Seli tidak tahu, Rani tidak tahu, dokter juga tidak tahu. Jika Raka...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Mendengar semua yang di ucapkan Seli di dalam tidurnya.

-----

Omg.. Raka  ):

Maapkan saya yang buat Raka begini ):

Raka : Lo mah gitu thor. Bikin gue nelangsa gini

Author : Maapkan saya (;

Itu Kamu (Complited)Where stories live. Discover now