Ch.59 - La Fin [TAMAT]

6.5K 148 43
                                    

Bagiku, kau tak pernah pergi
Kau masih tetap disini
Duduk disampingku sambil tersenyum hanya untukku

0o0

Sepuluh tahun kemudian

Derapan langkah sepasang suami istri, diikuti oleh seseorang gadis kecil berkepang dua, tangannya digenggaman oleh seorang pemuda. Tibalah mereka pada sebuah pusara yang dipenuhi rerumputan Jepang. Sang anak tadi mengikuti kedua orangtuanya yang tengah berjongkok dan berdoa. Diapun menengadahkan kedua tangan, lalu ada suara isak tangis, walaupun pelan tetap saja terdengar olehnya, dia menengok kesebelah.

"Kemaren kata Om Ello, Noura nggak boleh nangis, tapi sekarang kok Om Ello yang nangis?" Dia memanut wajah Ello, spontan Ello mengusap air matanya dan mengelus lembut rambut si imut Noura.

Sang suami mendekap istrinya yang bercucuran air mata, dia tau istrinya masih belum bisa tegar menerima kepergian sahabat terbaik yang dimilikinya. Selalu, ketika sang istri mengenang mendiang, pastikan deraian airmata mengikutinya. Diapun teringat pertemuan terakhir dengan sahabat istrinya itu.

Flashback

Sinar matahari sore terpantul di jendela rumah sakit yang sepi. Berdiri berhadapan seorang anak koas dengan presiden direktur.

Plak!

Tamparan keras melayang di pipi kanannya.

"Berapa kali Papa bilang, kamu jangan macam-macam!!! Siapa yang memberikan izin koas untuk mahasiswa reguler? Tidak ada dalam sejarah IMC, tempat koas untuk mereka disini!!!" Presdir memaki anaknya.

Fathan tak bisa menjawab, dia ingat pesan bunda untuk tidak melawan ucapan Papanya, apalagi ini di rumah sakit.

"JAWAB!!!" Hardik Presdir.

Fathan masih saja diam, percuma dia membela diri, toh semuanya sama saja bagi Papanya, tak akan didengarkan.

Suasana hening, hingga bunyi telpon masuk. Lantas Presdir menjawab dan pergi dengan kekesalan yang masih membekas ditampangnya.

Fathan menyandarkan diri pada tembok, perlahan badannya melemah, diapun terduduk. Dia tau konsekuensi yang harus dihadapinya sebelum memperjuangkan Awa dan Quimby untuk bisa diterima koas di IMC. Tapi semuanya terkalahkan oleh rasa sayangnya pada Awa. Kini wajahnya menggerutu, kekesalan pada orangtuanya sendiri. Sepasang sepatu mendekat padanya.

"An, Lo nggak papa?" Melihat wajah merah Fathan.

"Nggak papa, Wa" dengan pelan.

"Gue tadi liat kok" ungkap Awa perlahan.

Fathan terperangah.

"An, gue nggak nyangka Lo sebegitu baiknya ama gue, Lo rela kena tamparan keras dari Bokap Lo!" Awa tersenyum.

"Asal Lo bisa koas di IMC, tamparan nggak berarti bagi gue Wa!" Fathan menyunggingkan senyuman manisnya.

"Ah... Bisa aja Lo!" Balas Awa.

"Gue juga mau minta maaf, gue tau gue orangnya kasar banget ama Lo, nggak peduliin Lo, padahal Lo baik banget ama gue!"

Aku Bukan Dokter [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora