Ch.3 - Saudara Sepersusuan

7.6K 282 4
                                    

Dengan ngos-ngosan Awa dan Quimby berlari menuju Fakultas, tepatnya di lantai 3 karena gedungnya tidak memiliki lift sama sekali.

"Huft... akhirnya dikumpulin juga" Awa duduk selonjoran didepan ruangan dr.Dimas.

"Sumpah, haus plus panas banget Wa" Quimby mengipas-ngipas hijabnya dengan buku.

Tiba-tiba dari belakang Awa muncul seseorang, lalu dia menutup kedua mata Awa dengan telapak tangannya.

"Ih, resek deh ... Siapa sih ? Nggak tau orang lagi capek apa?" Awa meraba-raba tangan siapa yang berani menghalangi pandangannya.

"Tebak siapa hayo???" Quimby malah mendukung orang itu.

"Males ah ..." Awa menunjukkan wajah juteknya.

"Icha? Widya? Ranti?" Tebakan ngasal Awa.

"Enggak tuh" Quimby seneng bisa bikin Awa cemberut.

Seseorang itu menunjukkan isyarat kepada Quimby untuk tidak membongkarkan jati dirinya.

Karena kekesalannya sudah di ubun-ubun, dengan sejadinya Awa mencubit keras jari orang tersebut.

"Aw ... sakit" reflek dia melepaskan tangannya.

Awa menoleh kebelakang.

"Ah ... Ello, Nggak lucu tau!" Menghempaskan tas yang ada disampingnya.

"Gue seneng banget liat lo jutek gitu, ha ... ha ... ha ..." Tertawa lepas karena dia berhasil membuat Awa kesal.

"Minum gih!" Ello menyodorkan minuman dingin kepada Awa, tapi Awa menepisnya. Quimby langsung menyerobot minuman itu.

"Maachih ... Ello nggak latihan?" tanya Quimby. Karena biasanya Ello melatih anak SMP karate dengan gratis, nggak dipungut biaya. Ello melakukannya dengan sepenuh hati.

"Ni gue baru mau pergi", jawabnya.

"Ya udah pergi sana!!!", Awa mengusir cowok berbadan atletis itu.

"Iya iya gue pergi", sambil mengelus pelan kepala Awa.

Awa berusaha menghindar, dia paling nggak suka kepalanya dielus-elus.

"Emang gue kucing, apa?" bentaknya.

"Gue duluan ya", pamitnya.

"Yup Rafello" Ujar Quimby melambaikan tangan. Sementara Awa hanya diam sembari memperbaiki hijabnya.

"Awa kok terusan jutek sih ama Ello? Dia baik tau, perhatian sama Awa" kini Quimby duduk disebelah Awa.

"Jangan ngarep! mentang-mentang bokapnya yang bayarin kuliah gue, trus gue harus manis-manis gitu ke dia" Awa membelalakkan mata bulet nya yang kecoklatan.

"Calm down Rajwa" Quimby memegang pundak Awa.

"Sini minumnya, gue juga haus". Awa meraih botol minuman ditangan kanan Quimby.

"Mmm ... tapi kok Awa nebaknya tadi Icha, Widya ama Ranti, kan cewek semua. Awa nggak bisa bedain tangan cewek ama cowok?"

"Tangannya Ello tuh kecil, badannya aja yang gede, kayak dinosaurus". Awa menunjukkan jari kelingkingnya.

Quimby tertawa, dia nggak menyadari kalo tangan Rafello ternyata kecil. Lalu Awa teringat pertemuan pertamanya dengan Rafello di kampus.

Flashback

Siang itu saat semester satu, hujan turun dengan lebatnya. Awa yang tidak suka membawa payung, terpaksa menunggu hujan reda di halte depan Fakultas tetangga, Fakultas Kedokteran Gigi.

Seorang cowok berbadan tinggi memberhentikan motor gedenya dan ikutan berteduh di halte. Dengan helm yang masih melekat di kepalanya, dia menatap layar handphone yang basah, lalu dia mengusap-usapnya. Awa hanya menatap cowok itu, mereka berjarak tiga orang.

Tanpa sengaja cowok itu mengalihkan pandangannya ke kanan dan mendapati sesosok cewek yang sepertinya dia kenali.

"Awa ??? Lo Awa kan?". Sambil nunjuk gadis Arab-Indo itu. Dia tak menyangka satu kampus dengan Awa.

"Iya, gue Awa. Emang lu siapa?" Awa tak mengenal cowok yang mengenakan helm.

Lalu dia membuka helm hitamnya, terlihat cowok yang berwajah tampan, model rambut buzz cut dan memiliki hidung mancung, tapi masih lebih mancung hidung Awa sih.

"Rafello" ucapnya dengan cool.

"Saudara sepersusuan Lo", dia meyakinkan Awa.

"Oh ... Ello, Lo kuliah disini juga?"

"Gue di FK, btw udah lama banget kita nggak ketemu, kalo nggak salah SMP waktu Papa ke desa."

"Hmm ... gimana kabar Papa?". Awa memang sudah lama tidak bertemu dengan Papa Ello yang sudah dianggapnya seperti Papa kandung sendiri.

"Papa baik, sibuk kayak biasanya. Gue udah lama nyari nomor handphone lo, tapi nggak nemu, handphone gue yang lama rusak".

Padahal Awa menyimpan nomor ponsel Ello, tapi dia tak mau menghubunginya duluan. Hujan pun reda, mahasiswa yang tadi memenuhi halte, satu per satu mulai pergi. Yang tersisa kini hanyalah Awa dan Ello.

"Lo mau kemana? gue anterin". Ello memasang helmnya kembali.

"Deket kok, nggak usah". Awa siap-siap melangkah keluar halte.

"Udah naik!" Ello meraih tangan Awa dan diapun tak bisa menolak.

🔹🔹🔹

*Jleb !!! Tetiba Author speacless 😲

IG: @pahilafiravaka

email: Pahilafiravaka@gmail.com

Jagoan kita "Rafello" 😘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jagoan kita "Rafello" 😘

Aku Bukan Dokter [SELESAI]Where stories live. Discover now