Ch.16 - Labioschisis

3.6K 182 3
                                    

Fathan membalikkan badan, dia melihat cowok yang tadi mengendong Awa sekarang berada didepannya.

"Sorry, gue cuma lewat aja" jawab Fathan dan langsung pergi.

Ello kemudian masuk dan dia melihat Awa telah sadar.

"Wa, Lo masih pusing nggak?" Tanya Ello kemudian.

"Udah nggak" jawab Awa.

"Awa mau minum?" Tanya Quimby.

Awa mengangguk dan Ranti menolong menegakkan badan Awa.

"Gue kedepan dulu" Ujar Ello sambil melangkah keluar.

Ello berencana mau membayar tagihan RS. Dia tahu Awa akan minta segera pulang, Awa paling tak betah lama-lama di rumah sakit.

"Mbak, saya mau bayar kamar VIP ruang 3" Ello mengeluarkan kartu dari dompetnya.

"Barusan udah dibayar Mas" ucap suster sambil menyodorkan bukti pembayaran.

"Udah dibayar ? Sama siapa?"

Tanya Ello penasaran, karena tidak ada nama orang tertulis di kertas tersebut.

"Maaf Mas, orangnya minta dirahasiakan".

"Makasih mbak" kata Ello dengan wajah bingung. Siapa yang melunasinya? ini kan kamar mahal, rumah sakit internasional lagi, batin Ello.

🔹🔹🔹

"Lo kemana aja ?" Kiki menunggu lama Fathan di parkiran.

"Tadi gue ada urusan bentar" jawab Fathan dan segera masuk kedalam mobil.

"Than, Lo kenal cewek yang pingsan tadi?" Kiki yakin benar Fathan mengenalnya.

Fathan terdiam sesaat.

"Apa dia cewek yang selama ini lo cari?" Kiki sekilas melihat wajah Awa yang seperti orang Arab.

"Iya, dia Awa"

Fathan tak ingin melanjutkan cerita tentang Awa. Perasaannya bercampur antara bahagia dan sedih. Dia belum bisa menerima kenyataan, kalo ada cowok yang sebegitu dekat dengan Awa. Apakah dia terlambat? katanya dalam hati.

"Pantesan lo nyari dia mulu. Emang cinta itu nggak kemana ya?" Kiki tertawa, tapi tidak dengan Fathan.

Sepanjang perjalanan Fathan hanya diam membisu. Padahal Kiki sudah mengeluarkan guyonan yang biasanya ampuh membuat Fathan tertawa terpingkal-pingkal.

🔹🔹🔹

Flashback

Fathan kecil dikerumuni anak-anak TK, dia duduk jongkok sambil memejamkan mata. Dia tak mau mendengar dan melihat mereka.

"Kamu aneh banget ya mulutnya" ucap seorang anak yang bertubuh bongsor.

"Iya, beda dengan kita" tambah gadis kecil yang berponi.

"Kamu nggak boleh main bareng kami!" ujar anak kecil berkacamata.

"Iya ... Iya ... Benar, jangan main sama kita!" ucap yang lainnya.

Lalu datanglah seorang anak perempuan, dengan beraninya berbicara ditengah-tengah mereka.

"Kalian mau ngapain? Nggak boleh kayak gitu sama Aan!" Belanya.

"Bubaaaar!!!! Jangan ganggu Aan!!! Teriak keras gadis kecil.

Akhirnya kerumunan anak-anak kecil bubar.

Dia menjulurkan tangan kanannya pada Fathan dan Fathan pun meraihnya.

"Makasih Awa" dengan pelan Fathan berucap.

Fathan kecil menderita penyakit labioschisis atau yang lebih dikenal dengan bibir sumbing. Membuat anak-anak sering menertawakannya. Fathan belum bisa di operasi saat itu, karena kondisinya yang lemah.

Barulah ketika kelas 1 SD, dia berhasil dioperasi. Papa Fathan yang seorang dokter berupaya agar bekas jahitan dimulut anaknya bisa hilang, dia pun membawa Fathan ke Korea. Sehingga wajah Fathan sedikit mengalami perubahan, hal itu membuat Awa tak mengenalnya. Ditambah lagi setamat TK, Fathan dan Awa tak pernah bertemu, karena Awa melanjutkan sekolah di desa.

🔸🔸🔸

Aku Bukan Dokter [SELESAI]Where stories live. Discover now