DIRTY BABY-22

303K 14K 1.3K
                                    

"Aku tanpamu, memudar. Doaku tulus untukmu. Bangunlah! Sebut namaku, ku rindu suaramu. Tersenyumlah, agar aku merasa sedikit lega. Sekedar membuka mata, itu sudah cukup. Aku merindukanmu. Sangat...."

Rexford Mackenzie

*****

Sudah lima hari lamanya gadis itu berbaring koma. Meskipun dokter mengatakan kondisinya berangsur membaik, tetap saja Rex merasa cemas melihat fakta keinginannya belum terkabul. Pria itu ingin gadisnya bangun, ia sangat merindukannya. Rasanya rindu itu menggebu dan brutal dalam jiwanya. Dengan setianya dan mencoba sabar, Rex terus berada disisinya. Tanggung jawabnya pada perusahaan, ia kerjakan dengan setengah hati. Penyemangatnya dalam kondisi antara hidup atau mati. Rex pun merasakan diposisi itu, ia hidup tapi serasa mati meski kedua matanya terbuka.

Allard, ya pria paruhbaya yang mana adalah Ayah Rex itu ada di Madrid. Ia datang dari Swiss bersama isterinya ketika mendapat kabar bila Litzi koma. Allard dan Harsha sudah tahu apa yang telah terjadi. Mereka ikut terpukul saat mengetahui kondisi Litzi. Kelihatannya Litzi sehat, tapi sebenarnya dia sakit. Memang kondisi manusia tidak sepenuhnya bisa dilihat dari luar saja. Bukan hanya Allard dan Harsha, anak-anaknya yang lain juga sempat datang ke Madrid untuk melihat langsung kondisi Litzi. Laiv, Elroy dan Allcia sudah kembali ke kota mereka karena tuntutan karir meski tidak enak pada Rex, tapi Rex tidak masalah. Justru Rex meminta mereka untuk tidak memikirkan masalahnya, ia bilang semuanya kan baik-baik saja.

Allard menatap puteranya seraya menutup pintu ruang perawatan berkelas VVIP itu. Rex yang duduk di sofa tampak melamun di depan laptopnya. Allard melirik sang isteri, ia tersenyum melihat Harsha yang tidur disisi ranjang Litzi seraya menggenggam tangan Litzi. Lal pria paruh baya itu melirik arlojinya yang menunjukan pukul 2 pagi.

"Kau tidak tidur?" tanya Allard seraya berjalan ke arah Rex.

Rex menoleh dan menggeleng sekilas. Allard menaruh kedua gelas berisi kopi diatas meja.

"Kopi bisa membuatmu lebih segar. Kau terlihat kacau," gumam Allard.

Rex diam. Allard tahu bila putera tertuanya itu suka kopi dibandingkan vodka, bir atau sampanye. Rex memang beda dari ketiga adik laki-lakinya, bahkan paling banyak memiliki perbedaan, dari kebiasaan dan sikapnya.

"Kau lebih banyak diam akhir-akhir ini." Allard menyesap kopinya yang panas.

"Aku merasa sedikit lebih baik ketika diam," jawab Rex tanpa menatap sang Ayah.

(.....)


(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(.....)

💜 Maaf, isi chapter telah dihapus.
Selengkapnya bisa dibaca di aplikasi
DREAME/INNOVEL 💜

*****

Allard Mackenzie

Allard Mackenzie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harsha Mackenzie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harsha Mackenzie

Harsha Mackenzie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katie Jonathan

Katie Jonathan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

👉 Please, give me vote and comment 👈

PuspitaRatnawati

03.Desember.2017

(00:15)

*_ _NEXT TO PART 23_ _*

DIRTY BABY [Rexford Mackenzie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang