DIRTY BABY-04

389K 18.9K 745
                                    

"Seharusnya.. kau tidak sekasar itu bicara dengan mereka," suara Litzi memecahkan keheningan disana.

"Mereka siapa yang kau maksud?" tanya Rex yang fokus menyetir.

"Pemilik dan kepala sekolah, guru-guru dan Ayahnya Valerie," jawab Litzi.

Pria itu diam dan keheningan kembali menyelimuti mereka. Sungguh, Litzi tidak mengerti dengan sikap trillionaire itu. Mungkin kasar dan dingin adalah sikapnya, pikir Litzi saat itu. Namun bagaimana dengan sisi manisnya?

Ahhh..., aku belum terlalu mengenalnya. Butuh waktu untuk mengenal orang-orang yang berada disekelilingku, batin Litzi.

"Aku benci tempat seperti itu," gumam Rex.

Litzi menoleh, "Mengapa?"

"Yang mereka andalkan hanyalah technological. Bahkan orang-orang yang dikerahkan untuk mengawasi keadaan sekolah terlibat dalam kasus suap yang didalangi oleh murid. What the fuck!" Rex tampak menenggenggam erat stir sampai otot-ototnya terlihat.

Litzi memilih diam daripada terkena dampratan trillionaire yang sedang menggeram marah.

"Semakin sulit untuk percaya," gumam Rex.

Sorot mata pria itu melayang ke sesuatu yang lain. Benarkah atau hanya perasaanku saja? Ucap Litzi dalam hati.

"Akan ku tebus kegagalan yang pernah ku lakukan," gumam Rex dengan suara pelan namun Litzi masih bisa mendengarnya.

"Kegagalan?" Litzi mengernyit.

Tiba-tiba saja eratan tangan Rex pada stir melemah dan kedua matanya mengerjap, Litzi melihat kedua hal itu dengan rasa yang sama... heran dan aneh.

Sialan! Aku lupa untuk mengontrol amarah ini. Bayang-bayang itu datang dan kembali merasuki pikiranku, batin Rex.

"Kegagalan apa yang kau maksud?" tanya Litzi, masih penasaran.

Rex meliriknya sesaat, "Bukan apa-apa."

"Ambigu..," umpat Litzi dengan suara pelan.

"Kau bilang apa?"

"Egh.. tidak. Oh ya, jangan melamun ketika menyetir. Kau bukan hanya membawa satu nyawa tapi dua nyawa, yaitu aku."

Rex tersenyum, "Kau tenang saja. Sayapku yang kan selalu melindungimu."

"Kenapa kau jadi puitis?"

"Aku CEO, bukan puitis."

"Maksudku kata-katamu barusan, Mr. CEO."

"Kau sudah salah, ya mengaku saja. Dasar kecil!"

Litzi mendengus dan menatap ke arah luar lalu membatin, Menyebalkan! Makhluk satu itu benar-benar susah untuk dimengerti. Sebenarnya maunya itu apa?

Rex menatap gadis remaja yang duduk disampingnya, seutas senyum terukir diwajahnya. Dia suka ketika berhasil membuat Litzi tidak bisa melawannya dan jengkel padanya. Kata-kata Rex terkesan puitis, tapi itu terucap dengan ketulusan hatinya. Sayapnya yang telah rusak, kembali berbentuk sejak gadis itu ada disisinya. Sayap-sayapnya yang mengepak dengan begitu indah, siap untuk melindungi gadis itu dari serangan.

Litzi melihat pantulan Rex dari kaca mobil, ia melihat ke belakang dengan sudut matanya lalu menoleh. Pria itu sudah menatap ke depan dan tidak ada lagi senyumannya.

"Bagaimana jika kau ikut aku ke kantor?" tawar Rex.

Litzi menggeleng dengan cepat, "Tidak! Un.. untuk apa aku berada disana? Itu hanya akan membuatku bosan."

DIRTY BABY [Rexford Mackenzie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang