DIRTY BABY-03

389K 19.7K 1K
                                    

Rex menurunkan Litzi di dekat wastafel, posisi gadis itu duduk diatas keramik yang membentuk seperti meja. Pria berpakaian formal itu mengeluarkan sebuah sapu tangan berwarna putih dari saku jas bagian dalam. Kemudian Rex menyelipkan rambut Litzi ke belakang telinga, lalu tangannya bergerak menghapus coretan lipstik merah dikedua pipi dan kening Litzi. Litzi terbengong melihat wajah tampan itu. Ada kecemasan di wajah Rex, sangat jelas.

"Aku tidak terima sikap mereka padamu," gumam Rex.

Rex membasahi sapu tangan itu dengan air yang keluar dari keran, lalu mengelap sisa noda lipstik yang masih mengotori wajah cantik Litzi. Ketika tangan Rex menyapu pipi kiri Litzi, tangan mungil gadis itu mencekalnya. Kedua mata abu-abu Rex yang tajam, bertemu dengan kedua mata abu-abu Litzi yang teduh.

"Kenapa kau ada disini?" tanya Litzi.

"Bagaimana bisa aku meninggalkanmu ketika kau merasa takut?" timpal Rex dengan cepat.

Litzi menggeleng, "Tidak. Seharusnya kau pergi, bagaimana dengan urusanmu yang lain?"

"Kau prioritasku, Litzi!" balas Rex dalam satu tarikan nafas.

Ucapan itu berhasil membuat nafas Litzi tercekat. Rex menangkup sisi wajah Litzi dan posisi Litzi masih mencekal lengan Rex yang menangkupnya.

"Aku bisa lihat ada penderitaan dikedua matamu," gumam Rex, "Aku bisa merasakan kesakitan itu," tambahnya.

Entah kenapa, perkataan Rex begitu mengena dihati Litzi. Setitik bening jatuh dari sudut matanya. Rex menghapusnya dengan ibu jarinya. Bibir pria seksi itu berkatup dan menggelengkan kepalanya, dia berkata kepada Litzi untuk tidak menangis.

"Aku juga bisa melihatnya," gumam Litzi.

Rex mengerutkan dahi.

"Aku bisa lihat ada penderitaan dikedua matamu," ucap Litzi, "Namun aku tak mengerti. Mengapa? Sebelumnya aku melihat sesuatu terbesit disana, tapi aku tidak tahu apakah itu. Dan sekarang.. aku lihat disana terpatri jelas penderitaan," sambungnya.

Rex menghela nafas berat, "Aku sedih melihat keadaanmu. Mereka membullymu dengan separah itu. Aku tidak terima, Litzi."

Litzi tersenyum getir dan melepaskan cekalannya.

"Mereka menyindirmu, menghinamu dan memfitnahmu! Tapi kenapa kau tidak berbuat apa-apa?" Rex menggenggam kedua bahunya, dia terlihat marah.

"Karena aku lemah!" balas Litzi, "Aku tidak berdaya. Di dunia ini aku tidak memiliki apapun sebagai kekuatanku. Aku ini sebatang kara! Kepada siapa aku mengadu selain kepada Tuhan? Berulang kali ku lakukan itu, tetap saja kesialan ini terjadi. Jika keluargaku masih hidup, aku akan memeluk dan menangis pada mereka. Bahkan aku akan mengadu, sehingga orangtuaku datang kesini untuk mengatasinya. Tapi apa? Nasibku buruk!" pertegas Litzi yang tanpa sadar bersikap terbuka padanya.

Tatapan Rex menajam, "Jangan berkata seperti itu, Litzi! Bagaimana jika Tuhan marah? Kau ingin merasakan karma? Tuhan selalu mendengarmu! Kau menunggu pengaduanmu padaNya terbalas bukan?"

Kedua mata Litzi berkaca-kaca. Tiba-tiba saja Rex menggenggam tangan Litzi dan menariknya agar menyentuh dada bidangnya.

"Lihat aku! Aku ada di depanmu! Aku ada dalam hidupmu! Inilah garis takdir yang membawamu! Mungkin ini rencana Tuhan, dengan Dia menitipkanmu padaku, Litzi!" kata Rex tak kalah tegas.

Litzi terdiam, perkataan Rex lagi-lagi menyentuh hatinya.

"Litzi, kau tidak sendirian. Aku ada disini! Aku bersamamu! Okay?" ucap Rex dengan serius.

Litzi sesaat menunduk lalu kembali menatapnya. Rex membantu Litzi turun, lalu membawanya pergi dengan menggandengnya. Sepanjang jalan Litzi melihat genggaman tangan Rex dan sosok Rex dari belakang yang tinggi dan gagah. Langkah kaki Rex begitu cepat, kemana pria itu akan membawanya? Sepanjang jalan, Rex dan Litzi menjadi pusat perhatian. Para murid yang tengah berada di dalam kelas, menoleh ke jendela untuk melihat mereka.

DIRTY BABY [Rexford Mackenzie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang