26. Killer

965 125 13
                                    

Entah sudah berapa lama ia melamun, terduduk dilantai. Suara bel lagi - lagi terdengar disertai suara seseorang yang ia tunggu.

Ia dengan lemas melangkah dan membuka pintu, nafasnya kembali tercekat.

"Carol..." Carol mundur tak ingin melihatnya,

"Kumohon, aku hanya menjelaskan ini semua, hanya sebentar, beri aku waktu" Gumam Harry pada polisi.

"Carol..."

"Go away!" Ia menutup wajahnya dan Harry memeluknya dari belakang "Lepaskan! Kau pembunuh, Harry! Kenapa kau melakukan semua itu? Kenapa? Apa kau tidak mempunyai otak? Dimana kau simpan otakmu, sinting? 3 bulan lagi anak kita lahir dan kau malah melakukan tindakan bodoh! Apa yang ada dipikiranmu! Siapa yang kau bunuh?!" Carol terus menerus memukul Harry dan melemparinya apa saja yang ada didekatnya.

Harry hanya terdiam "Maafkan aku..."

"Maaf katamu?! Aku tak menyangka kenapa kau bertindak seperti itu! Apa nanti kau juga akan membunuh aku?"
"CAROL! Aku tak sengaja! Aku tak berniat melakukan itu semua! Itu diluar dugaanku!"

"Lalu siapa yang kau bunuh?!" Mereka saling berteriak satu sama lain.

"AKU TAK MEMBUNUH SIAPAPUN!" geram Harry, matanya menggelap dan dadanya naik turun.

"Aku tak siap dengan ini semua" Gumam Carol "Begitupula aku,"

"Aku membencimu, Harry" Harry mengangguk lemah "Kau pantas membenciku" Harry memeluk erat Carol tak perduli jika perut Carol besar. Carol sedikit meringis namun ia membalas pelukan Harry.

Mata mereka saling bertemu, Carol memejamkan matanya saat bibir Harry menyatu dengan bibirnya, melumatnya perlahan. Kemudian Harry melepaskannya "Aku hanya meminta satu hal padamu, jika nanti aku dihukum seumur hidup atau..."

"Harry, jangan berbicara seperti itu" Carol terisak, menenggelamkan kepalanya didada Harry "Shh, jangan menangis. Aku minta kau jaga anak kita setelah lahir nanti, sampai ia tumbuh menjadi gadis yang baik dan tidak cerewet sepertimu"Harry terkekeh berusaha mencairkan suasana.

"Harry, kita bisa merawat anak kita bersama - sama"

"Shh, sayang... Kita masih bisa bertemu, kau ingat. Jika aku masih harus melakukan sidang"

"Jangan tinggalkan aku, Harry."

"Ingat pesanku, aku mencintaimu... Kuharap teman - temanku bisa membantuku"

"Harry..."

"Jangan menangis, kumohon. Hapus air matamu. Itu percuma, tak akan membuahkan hasil. Aku seorang pem---"

"aku mencabut semua kata - kataku, kau bukan pembunuh, aku percaya padamu!" Carol semakin terisak, dan ketukan disertai bel semakin terdengar.

"Lebih baik kau pindah kerumah orang tuamu, Aku akan menyuruh teman - temanku membantumu. Maafkan aku, jika nanti aku tak ada disampingmu saat kau melahirkan." mata Harry berkaca - kaca.
Harry melepaskan pelukan mereka.

"Harry... Jangan tinggalkan aku"

"Aku mencintaimu"

Itulah kata terakhir yang Harry katakan sebelum ia dibawa oleh oara polisi, ia merasa jantungnya ditusuk oleh ribuan belati. Ia menangis sejadi - jadinya, mengejar Harry, namun seorang polisi menghalanginya. Harry mengulas senyum sebelum ia masuk kedalam mobil tahanan.

Para penghuni apartemen dan beberapa wartawan menyaksikan itu semua.

***

3 months later

Ini sudah memasuki bulan terakhir kehamilan Carol, ia hanya tinggal menunggu kapan bayinya akan keluar, sidang sudah selesai dan Harry dinyatakan bersalah dengan tuduhan pembunuhan tidak berencana dengan hukuman 5 tahun penjara, teman - teman Harry audah berusaha keras membantu namun hasilnya nihil. Jaksa tetap memutuskan jika Harry bersalah seratus persen.

"Carol, kau tidak boleh terus melamun." Keluarga Harry sedang berkumpul dirumah Carol. Mereka menginap dirumah Carol.

"aku ingin Harry ada disampingku saat aku melahirkan, aku tqk ingin seorang diri" Carol menangis terisak tanpa suara, semua yang ada dirumah ikut merasakan kesedihan yang dialami Carol.

"Carol! Kau harus belajar tanpa Harry! Kemana Carol yang dulu kejam, menjengkelkan, dan cerewet?!" Abby menyemangati dan Carol hanya tersenyum tipis. 

"Kami semua disini untukmu, nak. Kau tidak sendiri" Des menyemangati Carol.

Tiba - tiba saja Carol terdiam merasakan sakit yang luar biasa didalam perutnya, ia meringis "Argh..." Semua orang yang berkumpul dirumah panik "Carol, sayang. Kau akan melahirkan" Karen, ibu Carol memberitahu. Des cepat - cepat memanggil supirnya membantu Carol naik kedalam mobil.

"Perutku... mom, perutku sakit!"

***

Hari kelahiran putri Carol dan Harry berjalan lancar, Carol menangis kecewa disertai bahagia saat menggendong putrinya, kecewa karena Harry tak ada disampingnya, tak bisa dijelaskan berapa banyak teman Carol dan Harry yang datang, serta ada saja wartawan yang meliput namun keluarga enggan berkomentar dan mengusir para wartawan itu.

"Lucu sekali, Harry begitu hebat! Ia membuatnya langsung tanpa berulang kali! Ia lelaki tulen!" Gemma berseru dan Carol hanya terkekeh kecil sambil menyusui anaknya yang belum diberi nama.

"Aku tak sabar menikah dengan Tommy, kau tahu?" Ujar Gemma dan Tommy tertawa disebelahnya. Carol hanya mengulas senyum tipis.

Oliver Gracy Styles

***

Carol's pov

Akhir - akhir ini kesibukkanku dipenuhi oleh Oliver, aku tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapinya. Setelah melahirkan aku memilih tinggal kembali diapartemen.

"Oliver sayang, kau bisa membuatku depresi" Ucapku dengan frustasi. Ia terus - terusan menangis, padahal aku sudah menggendongnya, memberinya susu tapi tetap saja.

Andai saja Harry berada disisiku saat ini "Kau pasti ingin melihat Ayahmu" Ucapku sedih, Oliver belum pernah aku pertemukan dengan Harry, begitupun sebaliknya, beberapa hari lalu Mom Anne sempat mendatangi Harry, Ia bilang bahwa Harry kecewa kepadaku karena aku tak pernah datang mengunjunginya.

Aku juga merindukan Harry, sangat.
Mungkin hanya sebagian orang yang dapat memahami posisiku.

Suara tangis Oliver kembali terdengar "Oliver, kumohon berhentilah menangis." Lirihku, aku menghapus air mataku dengan satu tanganku.

Suara bel terdengar, aku dengan cepat membuka pintu "Shopia, Liam?" ucapku.

"Kami ingin berkunjung"

"Masuklah" ucapku dan mereka berdua masuk "Kami baru mengunjungi Harry, apa kau tidak ada niatan untuk datang?" aku bungkam, entahlah... Aku sangat bimbang.

"Kau masih mencintainya kan?" Aku membulatkan mataku "tentu saja, selalu."

"Aku tahu kau merasa kecewa pada Harry, tapi kau juga harus memahami keadaanya."

"Sekarang lebih baik kau temui dia. Jam berkunjungnya akan habis jam 5 sore, kau memiliki waktu dua jam untuk menemuinya"
"Tapi..."

"Kami akan menjaga Oliver"

"Aku---" lagi - lagi ucapanku disela "Temui dia atau kau menyesal" seketika nafasku tercekat, aku kemudian mengangguk cepat "Aku akan menemuinya"

Gue cepetin aja yaa,pengen cepet beres soalnya hehe. 👌👌

40+votes
Next

Vomments

Sweet Creature [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang