4. Dillema

1.5K 168 9
                                    

Aku bingung, sangat bingung, sedari tadi aku hanya duduk dimeja makan sambil mengetuk - ngetukan jariku ke meja makan dan menopang daguku dengan lipatan tangan kiriku dimeja, dipikiranku hanya ada kata 'Tidak' dan 'Ya' dan aku bingung yang mana yang harus aku.pilih.

Aku sangat Dillema, andai saja aku kerja dari dulu, aku tidak kuliah, dan aku akan bisa menunjang kesehatan Ayah, tidak dengan pekerjaan konyol itu. Dan sekarang, apa yang aku dapat? Di keluarkan dari kampus karena telat membayar 3 bulan, karena uang pensiun Ayah dipakai untuk pengobatan Ayah,

Tidak terasa air mataku jatuh dan dengan segera aku menghapusnya, aku akhirnya memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum berangkat kekantor Harry, untuk menyepakati pekerjaan ini tentunya.

Jika aku punya kantung ajaib seperti doraemon, aku akan mencari uang yang sangat banyak didalamnya, ahh!  Sudahlah aku sedang pusing, jangan panggil aku orang stress.

***

Aku sampai di Styles co. Dan segera masuk kedalamnya, lalu meminta resepsionis menyebalkan itu untuk segera menghubungi Harry.dan dengan lancangnya dia berkata,

"Apa kau orang ketiga dari hubungan Mr. Styles dan Alexa?" ucapnya pelan membuatku membulatkan mataku lebar dan menatapnya horor "apa yang kau katakan?" kataku mengintimidasinya, terlihat jelas dia terkejut dan ketakutan, biar saja! Dia sangat kurang ajar berkata seperti itu kepadaku, dia pikir aku ini gadis apaan?

"Cepat hubungi Mr. Styles" kataku ketus dan dengan segera dia menghubunginya, sungguh menyebalkan. Untuk aku ini bukan semacam drama queen yang akan langsung menamparnya saat berkata seperti itu.

"Kau tinggal keruangannya" katanya tanpa melihatku, aku sedikit berbisik kepadanya "lain kali jaga ucapanmu itu nona" kataku menatapmya tajam dan segera berlenggang meninggalkannya, bisa aku lihat saat aku berbalik lagi dari kejauhan dia menatapku benci, dan aku tidak perduli.

***

"Hi, Carol?" sapa seseorang membuatku berbalik. Liam. "He--ey Liam" kataku tersenyum canggung "kurasa dua hari ini kau sering datang kesini, kau bekerja disini? Atau... Kau menjadi sekretaris Harry? Tapi kurasa disini tak ada penerimaan karyawan" tuturnya panjang lebar.

"ya, aku tak bekerja disini, aku sedang ada beberapa urusan" kataku sambil tersenyum "Uhm... Okey" katanya ragu. "boleh aku meminta nomer ponselmu? Aku akan mengundangmu dipesta pertunanganku nanti" aku membelalakan mataku dan tertawa "seriously? Apa hubungannya meminta nomer ponselku?" kataku masih tertawa "untuk menghubungimu, kapan aku akan bertunangan" katanya kikuk "oh baiklah" aku segera mengambil kertas dan pena yang sedang dia genggam dan menuliskan nomer ponselku.

"terimakasih, aku permisi" dia tersenyum dan kemudian berjalan menjauh, aku segera berjalan kearah ruangan Harry.

Mengetuk pintunya beberapa kali akhirnya pintu dibuka, biar kutebak pasti dia sedang sendiri. Baguslah.

Hey!

Maksudku, ya... Bagus bukan? Dia sendiri dan aku tak akan lagi melihat adegan menjijikkan itu yang akan membuatku mual.

"kenapa diam saja? Masuk!" katanya dan aku segera masuk, dia mengintrupsiku untuk duduk disofa panjang disusul olehnya "jadi, apa keputusanmu?" katanya datar.

Aku hanya menggaruk tengkukku yang tidak gatal "ak--aku bingung, ya... Aku masih bingung" kataku kepadanya "kenapa? Kau jangan menggantungnya, jika kau tidak mau, kau bilang saja. Aku bisa mencari orang lain!" aku tersentak saat ia menggebrak meja dihadapan kami,

"Aku tidak bilang aku tidak mau. Aku bilang aku bingung, bingung dengan apa yang akan aku ceritakan kepada keluargaku" tuturku kepadanya "kau hanya tinggal bilang kau bekerja disini" katanya acuh tak acuh.

"tidak semudah itu, lalu bagaimana jika pekerjaan konyol ini akan sampai aku dan kau menikah? Apa yang aku katakan?" tanyaku sambil bersidekap "memang seperti itukan? Ugh... Bilang saja kau dan aku sudah lama menjalin hubungan, apa susahnya seperti itu?" katanya dengan mengibaskan kedua tangannya keatas.

"kau menyepelekan itu" aku mendengus kesal, ini memang pekerjaan konyol tapi resikonya, aku akan dijadikan daging asap olsh keluargaku, horor bukan? Oh tidak... Aku bercanda, "Hei! Kau yang mempersulit ini, kau banyak bertele - tele" cibirnya dengan memasang wajah ingin buang air besarnya.

"Jika kau tidak tahan lebih baik kau ke toilet dulu, dan sesudahnya jangan lupa pakai sabun" kataku memperingati "APAAN?!" Aku tersentak kebelakang karena teriakannya  membuatku refleks mendorong kepalanya.

"Hei! Kau tidak sopan!" gerutunya "kau yang mengagetkan aku! Lagi pula kenapa kau terkejut seperti itu?" kataku ketus.

"kau mesum, apa yang ada diotakmu?" aku menautkan kedua alisku bingung dan memasang ekspresi polosku "Apaan? Siapa yang mesum?" elakku "Ya! Kau mesum. Kau berkata jijik karena ulahku yang tempo hari kau lihat, tapi omonganmu begitu mesum" dia menunjuk kearahku dengan wajah seriusnya, apa yang sedang bicarakan. Hei! Apakah dia sakit?

"Tidak! Aku tidak! Lagipula kau hanya salah kaprah!" kataku menatapnya sinis "ya... Terserahmu, sekarang cepat beri aku keputusan" dia berdiri dan berjalan kearah meja kerjanya lalu duduk di meja yang terbuat dari kaca itu. Oh tidak!

Aku yakin mejanya akan retak, bahkan sampai pecah mengingat tubuhnya yang besar.

"beri aku waktu 10 menit untuk berpikir" kataku kepadanya "5 menit" protesnya, aku yang tidak terima segera protes "8 menit" kataku.

"5 menit atau tidak sama sekali" katanya dingin dan tegas, aku hanya memajukan bibirku mengikuti gaya bicaranya. Dengan tiba - tiba dia melemparku dengan bolpointnya "hei! Kau ini!" gerutu kesal, untung tidak tepat sasaran "dimulai dari sekarang!" aku memutar bola mataku kesal.

Jadi, bagaimana ini? Aku menggigit bibir bawahku seraya berpikir "Hei! Kau sudah 15 menit berpikir. Kau Melanggar perjanjian" katanya, aku membulatkan mataku  "ini baru 2 menit,  bodoh. Kau tidak bisa menghitung, hah?" kataku kesal.

"Kau jangan menggertakku!" sentaknya dan aku memutar mataku "ya...ya... Baiklah aku mengalah" kataku mengibaskan kedua tanganku keudara. "cepat putuskan itu, sebelum aku tutup kesempatanmu"

Aku masih berpikir, kau tahu? Aku sedang stress sekarang.

"aku menerima tawaranmu" kataku tegas setelah mantap. "kau serius?" tanyanya dengan menautkan kedua alisnya "Apa aku terlihat bercanda?" tanyaku segera bangkit dari sofa ini, ia hanya menggeleng "baiklah, aku ingin pulang. Sampai bertemu kapan-kapan Mr. Styles" aku berjalan kearah pintu dan membukanya.

"hei! Aku meminta nomer ponselmu" dia menyodorkanku sebuah note dan pena "untuk apa? Aku tak punya banyak pulsa untuk membalas semua pesanmu" kataku menggeleng "apa yang kau bicarakan? Jangan terlalu percaya diri! Cepat mana?" dia terus menyodorkan note kearahku dan aku mendengus "bukankah aku sudah menghubungimu tempo lalu?" tanyaku kepadanya "aku lupa save nomermu" aku hanya memutar bola mataku kesal dan merebut note dan pena ditangannya.

"oh jangan lupa tanda tangan disini" dia berjalan kearah mejanya dan mengambil sebuah kertas selagi aku menuliskan nomer ponselku "apa lagi ini?" kataku bingung "tanda tangan saja"

Belum jadi artis saja sudah mempunyai 2 penggemar, ya itu, yang satu Liam dan yang kedua Harry, wow! Hebat bukan? HAHA.

Jangan pikirkan omonganku, aku gila.

Cast by :

Barbara Palvin as  Carolina Chane
One Direction as  Themselves
Elle Fanning as  Abby Chane
Taylor Hill  as  Alexa Mardine
Logan Lerman  as  Gail Avan

Ini hari terakhir update yaa karena mau menghilang dulu sampai antara minggu - senin minggu depan. Jadi jgn pada kabur wkwk

Sweet Creature [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang