5. tears

1.5K 171 8
                                    

Aku melangkah terbirit - birit keluar dari rumah menuju rumah sakit Ibu menghubungiku jika jantung Ayah berhenti, itu membuatku kalut.

"Abs, cepatlah" teriakku gelisah dari teras rumah "Ayo Carol" dia berlari kearahku dengan matanya yang sudah memerah. ya Tuhan selamatkan Ayah, aku tidak ingin kehilangannya. Aku membutuhkannya, merindukannya berkumpul bersama kami.

"Carol... Ak--aku tidak ingin kehilangan Ayah hikss..hikss" Abby menangis disebelahku saat sedang menunggu bis lewat "Shh... Tenangkan dirimu Abs, Ayah tidak apa - apa" kataku dengan suara bergetar.

"apa yang kau katakan? Jelas jantung Ayah berhenti Carol! Kau tidak bisa menenangkan aku dengan cara seperti itu" katanya semakin menangis "sudahlah... Itu ada bis, hapus air matamu" kataku kepadanya dan kita segera menaiki bis nya.

***

Kami berlari masuk kerumah sakit menuju ruang ICU. Tubuhku semakin bergetar saat terlihat Ibu sedang berdebat dengan seorang dokter "ya Tuhan. Ada apa ini?" gumamku dengan mengusap air mataku. "Ibu..." Abby berlari langsung memeluk Ibu.

"Help my Dad, please! " Abby berbicara pada dokter itu dengan air mata yang sudah mengalir deras, aku hanya bisa menangis tanpa mengucapkan apa - apa. Aku bingung. "kumohon tolong Ayahku, aku janji setelah itu aku segera melunasinya" kataku dengan suara bergetar.

"Tetap tidak bisa, kami hanya melakukan bantuan dengan alat - alat yang bisa membantu nafas buatannya" aku mendesah berat  "Kalian hanya mementingkan prosedur!  Kalian tidak perduli nyawa pasien kalian sendiri!! Lantas, untuk apa kalian jadi dokter?!!" teriakku kepadanya dan menangis.

"sudah Carol" kata Ibu "tidak bisa bu, lihat kondisi Ayah sekarang" kataku menutup wajahku dengan kedua tanganku
"Lakukan sesuatu kumohon! Kali ini saja" ujarku kepada dokter itu "tapi, kami---"

"SHUT UP! Biar aku saja yang menolong Ayahku" aku menerobos masuk keruang ICU "Ms. Chane! Jangan lakukan itu! Kami bisa dituntut" aku tak memerdulikan perkataanya.

"Jika kau tidak ingin dituntut! Bantulah Ayahku!!" teriakku. Aku mulai menekan tombol - tombol yang ada dimonitor ini, aku sudah tak tahu apa yang harus aku lakukan "Ayah... Bangunlah"

"Carol! Kau jangan bertindak ceroboh" kata Abby.

"Ms. Chane kau keluar sekarang, kami akan melakukan yang terbaik" dua orang perawat menyeretku dari sini "lepas!!" teriakku "kami akan menolong Mr. Chane!" kata dokter itu, dan kemudian setelah aku diseret keluar, pintu ICU segera ditutup.

Aku duduk dikursi tunggu dan menenggelamkan wajahku dilipatan tanganku yang aku taruh dipahaku. Aku terisak, sama halnya dengan Ibu dan Abby. Aku tak ingin kehilangan Ayah. Aku sangat menyayanginya.

Jantungku berdebar kencang, tubuhku bergetar hebat "Kalian harus yakin Ayah akan sembuh, Tuhan memberkati Ayah" kata Ibu.

Tiba - tiba aku dengar suara ponselku membuatku mengerang kesal.

Curlyhead is calling

Aku tak mengangkatnya, dan aku kembali memasukkan ponselku kesaku celanaku "kenapa tak kau angkat?" tanya Ibu, aku hanya menggeleng dengan air mata yang selalu keluar.

Lagi - lagi ponselku berbunyi "angkat Carol" kata Ibu.

"Shit!" umpatku dan segera mengangkatnya.

"datanglah ke kantorku sekarang, ini urgent" katanya "dan aku tidak bisa, aku lebih darurat dari apa yang akan kau sampaikan" kataku dengan menghapus kasar air mataku dan ingusku.

"fuck! Kau harus datang! Kau telah menandatangi kontrak itu!"

"aku tidak bisa, tolol! Ayahku sekarat dirumah sakit!!" teriakku kemudian menangis lagi, tak ada jawaban darinya "jangan mengataiku tolol, bedebah! Setelah itu kau harus datang" aku mendengus kesal, jika dia ada dihadapanku, tak segan aku untuk menamparnya "mengertilah situasi, Ayahku sekarat. Dan ketahuilah, aku sedang berpikir untuk mendapatkan uang untuk Ayahku" kataku dengan suara serak. "Fine! Tapi, jika kau datang sekarang. Aku akan melunasi biaya rumah sakit Ayahmu. Itu impas" aku berpikir sejenak.

Sweet Creature [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang