9. The end

1.2K 163 8
                                    

Harry hanya bisa terdiam sama halnya dengan Carol. Kerjasamaku dan Harry selesai. TAMAT. dan setelah ini aku gila mencari uang untuk biaya rumah sakit Ayah. Batin Carol menangis. "Mana kuncinya?" ucap William dan Harry memberikannya tanpa berbicara sedikit pun.

"Har---" Alexa terkejut saat menyadari dimana dia, dan wajahnya jadi pucat. Kebohongannya telah terbongkar "KAU! GADIS KOTOR!" pekik William dan Alexa hanya menutup mulutnya rapat. "Wi--William. Ak--aku---"

"Shut up! Kau! Kau menjijikkan Alexa!" kali ini Harry yang bersuara "kau sama halnya dengan gadis ini Harold!" bentak William. "S--stop! Ak--aku minta maaf Mr. Styles umph... Will. Aku tak bermaksud membohongimu. Ak--aku... Kau tahu Ayahku jatuh sakit, dan aku ha--"

"kau mengecewakan, kau tahu! Istriku telah menyayangimu! Jika saja dia ada disini!"

"Maafkan aku" Carol tiba - tiba menutup wajahnya dan berbalik membelakangi Harry, William, dan Alexa "Hars, bagaimana ini?" bisik Alexa "kau selingkuh dariku Alexa! Sudah berapa lama kau melakukan itu?!!" bentak Harry, William hanya tertawa "itu akibat ulahmu Harry" Ucapnya. Nafas Harry memburu dan rahangnya mengeras tangannya mengepal kuat.

"Harry, kerjasama kita selesai" ucap Carol tiba - tiba membuat Harry terkejut "tap--"

"tidak, aku tidak ingin berbohong lagi. Maafkan aku William. Aku menyesal" ucap Carol lalu berlenggang mengambil tas nya dan keluar dari ruangan Harry. "kalian dua orang jahat" ucap William menunjuk Harry dan Alexa, "kau membuat orang lain mengorbankan perasaannya" lanjut William.

"aku kecewa padamu Harry, dan kau! Pergi dari sini sekarang!" bentak William menunjuk Alexa "Ha--Harry, dengarkan penjelasanku. Aku bohong tadi"Rengek Alexa namun Harry menghiraukannya "keluar!!" teriak William dan Alexa segera pergi dengan menghentakkan kakinya.

"Dad... Lalu, bagaimana dengan besok?" kata Harry "Batal!" William keluar meninggalkan Harry seorang diri dan kemudian membalikkan kembali badannya "ingat! Perusahaan ini akan jatuh pada pamanmu!" membuat Harry mengepalkan tangannya kuat dan giginya saling beradu. "persetan!" umpat Harry lalu melempar barang dimejanya kelantai.

•••

Carol terus menangis dan merutuki dirinya sendiri, dia berjalan tanpa tujuan sesekali duduk dipinggiran trotoar jalan. Marah, itulah yang dia alami. Ia marah kepada dirinya sendiri, dari kejadian tadi ia merasa dirinya manusia bodoh, tiba - tiba seseorang mengulurkan tangannya memberikan tissue kepada Carol membuat Carol mendongak.

"Mau apa kau?" tanya Carol ketus sambil memalingkan pandangannya kearah lain "memberimu tissue tentu saja" Carol tersenyum miring "tidak perlu" Carol berdiri dan berjalan menjauh darinya.

"Ada apa? Kau tampak kacau" katanya "diam! Jangan sok perduli! Kau brengsek" kata Carol mendorong pria itu untuk menjauhinya "itu dulu! Sekarang tidak, aku hanya ingin berteman kembali denganmu"  menggenggam tangan Carol "lepas! Aku tak ingin menjadi temanmu, Gail Avan!" bentak Carol "maafkan aku"

Tanpa diduga Gail memeluk Carol erat membuat Carol terkejut, orang - orang memperhatikan mereka berdua "maafkan aku Carol, aku mengaku aku sangat salah. Kumohon maafkan aku, kita mulai dari awal" Carol segera mendorong tubuh Gail "apa maksudmu dari awal?!" pekik Carol.

"Bukankah kau menyukaiku Carol?" Carol mengernyit dan tertawa paksa "duh, apa kau sedang mengkhayal? Aku rasa tidak, aku tak menyukai" jawab Carol santai, membuat Gail hampir marah "bohong! Kau bohong!"

"aku tidak bohong sialan! Persetan dengan ucapanmu yang tidak penting itu!" bentak Carol lalu segera menaiki bus yang kebetulan lewat. Carol tak lupa mengacungkan jari tengahnya membuat Gail sangat marah.

"Aku bahkan menyayangimu sekarang gadis gila! " geram Gail lalu tersenyum kecut dan membuang ludahnya ke jalan.

•••

"Apa aku bilang, aku sudah mencurigainya dari dulu" kata Louis "Jangan ada pelangi diantara kita" sela Niall membuat ketiga temannya memberi tatapan mematikan pada Niall "aku bercanda"

"Pantas saja aku mendengar keributan diruanganmu tadi" kata Liam "aku punya ide! Agar bedebah itu menyesal!" kata Niall lalu duduk dilantai, apa yang dilakukan bedebah satu ini "Kau dekati saja seorang perempuan, dan itu akan membuatnya menyesal. Atau bahkan gila" kata Niall acuh tak acuh, Harry terdiam memikirkan ucapan Niall barusan "kau gila Niall!" pekik Liam.

"tidak! Aku tidak akan melakukan hal bodoh itu Niall. Kau gila? Dia terlalu baik" Harry menggelengkan kepalanya sambil memejamkan matanya "baiklah, sudah sudah! Jangan sedih terus. Bagaimana jika kita ke Club?" tanya Niall, semua temannya memberi tatapan tak percaya pada Niall.

Pasalnya, dia sama sekali tidak pernah ke club, dan baru saja ia mengeluarkan ide menakjubkannya "whoaa. Sejak kapan kau bermain di club?" Louis memainkan kedua alisnya ke atas dan ke bawah "sejak kapan - kapan" kata Niall asal "ayo!" seru Niall.

***

Carol menenggelamkan wajahnya di atas bantal dan terus merutuki dirinya. Sumpah serapah selalu keluar disetiap ucapannya, tangisnya pun sudah keluar sedari tadi. Bukan karena ia kehilangan pekerjaanya. Tapi karena ia merasa terhina di depan William karena menerima pekerjaan konyol yang dibuat oleh anaknya itu.

"demi apapun! Aku membenci diriku sendiri! Sialan! Seharusnya aku bekerja dengan benar, bukan dengan cara sampah seperti itu!" geramnya sambil mengeratkan kepalan pada sprai ranjangnya.

Carol bangkit dari tidurnya dan berditi di atas ranjang lalu meloncat - loncat dan melempari bantalnya ke lantai "persetan! Keparat! ARRGGHH!!!"

"Carol! Kenapa kau ini? Kau seperti orang kesetanan! Carol!" pekik Abby dan Carol melirik ke arah Abby dan langsung terduduk di atas ranjang dengan kepala yang tertunduk "ada apa denganmu Carol?" tanya Abby duduk disebelah Carol "kau anak kecil, tidak perlu tahu urusanku" jawab Carol ketus lalu meninggalkan Abby sendirian. Abby hanya menatap Carol bingung "dasar aneh" gumam Abby.

***

"ah! Shit Harold! Kau minum terlalu banyak! Cukup!" geram Louis menahan tangan Harry yang hampir menyentuh gelas vodka "brengsek! Lepaskan!" pekik Harry, Louis akhirnya mundur menjauhi Harry, dia tau apa resikonya jika meladeni Harry yang sedang mabuk. Louis neninggalkan Harry dan memilih menemui teman - temannya yang sedang bermain wanita diarah sana.

"argh" geram Harry tiba - tiba lalu menghubungi seseorang. "ada apa? Kenapa kau menghubungiku?"

"dimana kau?!" pekik Harry, "Bedebah! Buat apa kau menanyakan keberadaanku? Urusan kita sudah selesai!"

"Jangan buat aku tambah marah, Carol!" geram Harry, ya! Yang dia hubungi adalah Carol. Sedari tadi pikirannya terus dipenuhi oleh Carol, biasanya yang ia lakukan hanyalah bermain dengan wanita lain ataupun Alexa tapi kali ini ia tak melakukannya.

"Tidak! Aku tak ingin menemuimu lagi, aku malu pada keluargamu" kata Carol dengan suara ketusnya "shit! Jawab sekarang! Kau akan tahu akibatnya jika kau tidak memberitahuku!" gertak Harry, ia kembali meminum vodkanya. Ia sudah mabuk berat sekarang. "fine! Aku dirumah!" geram Carol kesal.

"Tunggu dijalan tempat aku menurunkanmu!" bentak Harry "seenaknya kau memerintahku! Dasar keparat! Aku tidak mau!" bentak Carol dari sebrang sana "sialan! Aku akan mencarimu!"

"kau ini kenapa sih?!"

Harry segera memasukan ponselnya ke saku celananya, dan tiba - tiba...

Gue punya cerita baru judulnya BABY SITTER. castnya Harry sama Lily Collins, dibaca yaa :') jangan lupa vomments. Itu hanya hasil kegabutan aja sih, tiba - tiba punya ide gitu. Kalau suka dan pengen lanjut tinggal comments, tapi jangan lupa vote.


Gue gantung ea hehe =))

Vomments!

All the love, xx

Sweet Creature [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang