23. I can't hate on you

1K 130 7
                                    

"Harry?" Harry dengan cepat berbalik melihat siapa yang memanggilnya, Matanya memicing "Saree?" Ucap Harry, gadis itu memutar bola matanya "Sara. Aku sara. Kau tak mengingat aku?"

Mata Harry melebar, "astaga! Lama tak berjumpa. Bagaimana kabarmu?"

"Baik, sangat baik. Kudengar kau sudah menikah?" Harry mengatupkan bibirnya rapat dan mengangguk pelan, "congrats. Aku ingin bertemu istrimu!" ucapnya heboh "Kenapa kau disini? Kau tak mengajak istrimu?"

"Kau tak banyak berubah. Kau sangat cerewet" Harry terkekeh hambar tak ingin membahas tentang Carol, karena itu membuat dirinya frustasi.

"Masa bodoh dengan aku yang cerewet! Ayolah Harry, antar aku ke istrimu. Kuharap dia tidak menendang bokongku karena dituduh menjadi orang ketiga" Sara terkekeh, Harry hanya tersenyum tipis.

Bahkan sekarang ia sendiri tak tahu dimana keberadaan Carol "Aku sedang tidak bersama istriku" Cerocosnya "hah? Mak-maksudmu?"

"Aku membuat kesalahan, dan itu pantas untuk aku dapatkan, Ia pergi entah kemana. Aku khawatir, ia sedang hamil" Harry menunduk dan Sara hanya menatapnya kasihan. Sara, dia adalah mantan kekasih Harry sejak SMA sebenarnya, namun mereka berpisah karena Harry menyelingkuhinya dulu. Dan akhirnya mereka memutuskan mengakhiri hubungan mereka tapi, mereka menjadi teman baik.

"Kesalahan apa? Kau menyelingkuhinya? Kau? Astaga! Kenapa kau menjadi sangat kejam seperti ini? Okay okay.... Aku memaklumi kau yang menyelingkuhiku dulu karena itu masih sebatas pacaran. Tapi ini... Pl---"

"Ini berbeda! Aku tak menyelingkuhinya!" Harry menghembuskan nafasnya berat "Ikut aku kerumahku"

***

"Carol, please. Kau harus makan, jangan melamun terus seperti itu. Bila perlu aku hajar bajingan itu sampai mati agar kau tak sedih seperti ini" Ujar Gail yang sudah mulai frustasi karena Carol yang terus melamun.

"Aku ingin pulang kerumah orang tuaku Gail. Bisakah kau antar aku?" pinta Carol. Gail menatuh semangkuk bubur itu dan mengangguk "apapun bisa untukmu" Ujar Gail.

***

"Thank you. Bye..." Carol dengan cepat masuk tubuhnya mematung saat ia sedang memasuki rumah, Ia melihat jelas pria yang selama ini ia jauhi,duduk disofa bersama ibu dan adiknya, dengan seorang wanita yang sama sekali ia tak kenali.

Ia ingin keluar lagi namun seseorang menangkap keberadaannya "Carol!" Carol hanya bersumpah serapah.

"Oh astaga! Carol, aku mencarimu" Carol hanya menatap datar pria yang mendekat kearahnya "Sudah aku bilang jika aku tak ingin dicari! Aku ingin kita cerai" Perkataan itu lolos begitu saja dari mulutnya membuat semuanya terkejut, Harry akhirnya berterus terang kepada keluarga Carol atas bujukan Sara.

"What the fu---!!Carol katakan itu bercanda!" Carolsudah muak dengan diri pria ini, Ia merasa bosan dan sakit hati jika berada di dekatnya.

"Carol sayang, apa yang kau katakan nak?" Momnya mendekat kearahnya, dan menangis melihat Carol "Mom... Mom kumohon, jangan keluarkan air matamu. Aku memang sudah ingin bercerai. Jika saja ia tidak berselingkuh dan menghamili jalang itu! Aku tak akan melakukan semua ini!" Ia merasa tercekik, dan hampir menangis.

Kemudian, ia berjalan cepat kearah kamarnya "Carol!" suara Abby.

Carol mengunci kamarnya dan menangis "Aku bisa menghidupi anakku sendiri nantinya dan aku tidak butuh Harry! Biarlah anakku tak mengetahui ayahnya nanti" Carol berbicara sendiri sambil terus menangis.

"Carol! Kumohon buka. Kau harus dengar dulu penjelasanku, Carol!!"

"CAROL CAITHY STYLES! BUKALAH,AKU HANYA BUTUH 5 MENIT UNTUK BERBICARA!"

"Go away Styles! Aku bukan bagian dari STYLES lagi!"

Harry's POV

OH fuck! Apa yang harus aku.lakukan sekarang? Aku tak mau bercerai darinya "Harry, aku kecewa padamu, kau menyakiti anakku. Aku angkat tangan, selesaikan masalahmu" Aku mendesah kasar dan mengacak rambutku frustasi "Aku harus pulang Harry, semoga urusanmu cepat selesai" Aku terdiam didepan pintu kamar Carol.

Menyadarkan punggungku dipintu "Carol, kumohon buka. Maafkan aku, percayalah itu semua bukan kemauanku, janinnya mati, dan aku tak perduli. Ia menjebakku. Kumohon, bukalah. Kita bicarakan ini baik - baik, Aku tak mau jika nanti anakku sendiri tak mengenaliku, jangan bertindak egois, minimal ini untuk anak kita. Kita bertahan untuk anak kita, aku tak perduli jika kau sudah membenciku, tapi kumohon bertahanlah untuk anak kita" suara pintu terbuka, aku dengan cepat berbalik.

Matanya sembab dan bahkan tubuhnya mengurus, bibirnya kering, ya Tuhan.

Ia menatapku datar namun tak jarang air matanya keluar "maksudmu janinnya mati?" Ia bertanya secara tiba - tiba dan aku terkejut, jika aku berkata bahwa aku yang melakukan semua itu, ia akan menganggapmu pembunuh, tapi aku juga belum tahu jika janinnya masih hidup atau tidak, semoga saja tidak.

"a--aku tak sengaja mendorongnya, sayang, kembalilah denganku. Walaupun aku tahu, kau kurang nyaman tinggal disebuah apartemen."

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu, itu makin menyakitiku..." ia terisak menutupi wajahnya, aku menatapnya lirih dan tanpa sadar air mataku juga ikut jatuh "Mau sejahat apapun kau, aku benci mengetahui diriku yang tak pernah membencimu, aku benci kenyataan jika aku masih mencintaimu, aku benci setiap saat aku selalu mengingat wajahmu walau aku mencoba seberapa jauh aku membencimu, aku benci ketika kau membuatku tertawa bahkan lebih buruk ketika kau membuatku menangis. Kau berhasil membuatku jatuh kepadamu, dan kau berhasil menghancurkan hatiku." kata - katanya membuatku terharu.

Suaranya makin mengecil, aku ikut menangis karenanya, jujur aku baru menangis karena seorang wanita. Tak pernah aku mau mengeluarkan air mata hanya untuk seorang wanita, itu hal yang tak wajar untuk aku lakukan. Tapi kali ini, ia berhasil membuatku menangis.

"Aku membencimu" Katanya, dan ia memelukku erat "Kau mencintaiku" gumamku, ia terisak dipundakku, menangis sesegukan.

"Shh... Jangan menangisi pria bajingan sepertiku" Ia semakin memelukku erat "Jangan lakukan itu semua lagi, atau aku benar - benar ingin berpisah" gumamnya.

"aku tak sungguh - sungguh untuk berpisah" Gumamnya lagi, dan aku terkekeh lega "Aku mencintaimu" Aku mengecup kepalanya lama.

"Gendong aku" Ia mendongak menatapku dengan matanya yang bengkak dan raut wajah seperti anak - anak,membuatku gemas "Apapun yang kau inginkan,sayang" Aku mengecup bibirnya sebelum menggendongnya kekamar, menutup pintu dengan kakiku dan membaringkannya diranjang.

"Nyanyikan aku lagu"

Aku mendesah pelan, ingat Harry ia sedang hamil "Lagu apa yang kau mau?"

"Entahlah, yang enak didengar" ia menenggelamkan wajahnya didadaku "Lagu apapun akan terasa enak jika aku yang nyanyikan" Candaku, dan ia terkekeh renyah "Too Good at Goodbyes bagaimana?" tawarku.

"jangan lagu itu, perfect-ed sheeran" pintanya "Okay"

We were just kids when we fell in love
Not knowing what it was
I see my future in your life.

Baby, i'm dancing in the dark, with you between my arms, barefoat on a grass, listening to ours favourite songs.

Aku memberhentikan nyanyianku saat mendengar dengkuran kecil dari mulut mungilnya, aku mengusap perutnya yang sudah terasa mulai membuncit "I love you" Aku ikut memejamkan mataku.

Ada yang baper?

Ga ada yaudah 😂
Kenapa yaa gue gk bisa bikin yang bikin orang nangis:(

Vomments

40+ votes
Next

Sweet Creature [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang