Part 45 Don't Mess with My Heart

3.1K 532 23
                                    

Kuguyur pohon bunga matahariku dengan segayung air. Tanah di dalam pot langsung basah. Begitu juga dengan daun dan batang pohon. Kuperhatikan tetesan air yang jatuh dari batang pohon ke tanah.

"Pohonnya kapan berbunga?" tanya Cesta yang sedang menjemur pakaian dalam di belakangku.

"Menurut Mbah Google bulan depan. Tapi, harus dipupuk dulu," balasku sambil berjalan ke area mencuci pakaian untuk mengembalikan gayung ke tempatnya. Lalu, aku kembali ke tempat semula.

Tiba-tiba, muncul seorang cewek mungil berambut sebahu. Dia memakai gaun berlengan setali warna hitam. Beginilah gaya Michelle saat kondangan. Meskipun kadang dia suka mengeluh masuk angin akibat kebanyakan kena AC atau angin.

Michelle berdiri di depan kami dengan wajah ditekuk. "Aku dijebak dalam kencan buta," ujarnya kesal.

"Kok bisa?" tanya Cesta.

"Habis kondangan, temanku ngajak ke kafe buat mbahas cokelat pesanannya. Sampai di sana ada cowok datang. Terus temanku pamit pulang alasannya anaknya sakit. Aku baru sadar kalau dijebak dalam kencan buta," ungkap Michelle kesal.

"Cowoknya dangdut?" tanya Cesta.

Michelle mengangguk.

"Ngapain ngurusin jodoh orang. Orang jaman sekarang itu hidup cuma sekali, tapi nikah bisa lima kali. Terus jodohnya yang mana?" timpalku sambil merogoh ponsel dari dalam saku.

"Kalau akhirnya sendiri, berarti enggak punya jodoh dong," sahut Michelle.

Cesta dan Michelle sibuk membahas orang-orang menyebalkan di sekitar mereka, sedangkan aku fokus ke ponsel. Aku membalas pertanyaan dari calon pembeli. Setelah itu, aku kembali ke home. Di sana kulihat ada dua foto Kai yang diunggah dua jam lalu. Kai memang sudah ada di Bali untuk menghadiri pernikahan sepupunya dari Jerman. Dalam foto pertama, Kai diapit dua orang bule cewek yang memakai strapless dress. Kai terlihat berbeda karena memakai setelan jas tanpa dasi. Kuperhatikan jidatnya yang sudah tidak diperban, tapi menyisakan bekas luka berwarna cokelat kehitaman.

Kubaca judul foto itu, "With my cousins from Germany, Hildegard and Gretchen."

Kugulir home ke bawah untuk melihat foto kedua Kai. Fotonya bersama seorang cewek berkulit gelap yang memakai gaun hijau tanpa lengan dan cowok berambut cepak. Foto itu diberi judul "We've been friends since we were in diapers." Dan, ditautkan dengan akun milik dua temannya.

Kuklik akun cewek bernama Lakshmi itu. Biodata yang tertulis di sana menunjukkan kalau dia berprofesi sebagai desainer perhiasan. Akunnya dipenuhi dengan fotonya dalam balutan bikini warna hijau yang memamerkan perutnya yang rata dan tindikan di pusar.

"Seksi," kata Cesta.

Aku menengok ke adikku yang mengintip dari balik bahuku. "Ih, kepo."

Mata Cesta masih terpaku pada akun Instagram Lakshmi. "Lagi ngepoin siapa? Katanya mau bikin bikini batik?" tanyanya.

"Harus nge-print kain dulu," jawabku.

"Eh, bikini yang dibeli Mbak waktu di Phuket diapain?" tanya Michelle yang tahu-tahu sudah ada di belakangku.

"Dipakai buat daleman kalau lagi kehabisan stok," balasku.

"Dipakai di pantai dong, Mbak," kata Cesta.

"Nanti dipakai di pantai nudis," kataku.

"Di pantai nudis harus bugil dong," kata Cesta.

"Khusus buatku enggak harus bugil," ujarku. Kutinggalkan akun Lakshmi dan kembali ke akun Kai.

Love Me If You DareWhere stories live. Discover now