Part 21 Happy Birthday Kailash

6.9K 960 19
                                    

Aku mengaduk-aduk isi satchel bag-ku untuk mencari notes, tapi tidak kutemukan. Akhirnya, tas itu kutaruh di atas lemari kecil yang terletak di bawah meja. Lalu, kusandarkan punggungku ke kursi.

Di mana sih?

Sudah kucari di rumah dan di kost, tapi tidak ada. Padahal, aku yakin banget kalau notes itu tidak pernah kukeluarkan dari dalam tas, kecuali waktu membutuhkannya. Apa tanpa sengaja jatuh di suatu tempat? Aku mencoba mengingat-ingat kapan terakhir kali membacanya.

Ah! Sekarang aku ingat. Sebelum makan malam bareng Kai habis kondangan di tempat Calista, aku sempat membacanya di mobil Kai. Mungkin ketinggalan di sana, pikirku.

"La, Kai datang jam berapa?" tanya Melanie, yang berjalan sambil membawa kardus bertuliskan nama bakery terkenal.

"Enggak tahu," jawabku.

Dia menaruh kardus di atas mejanya. "Tapi, dia datang, kan?" tanya cewek berambut lurus sebahu itu.

"Aku enggak tahu."

"Yah, kalau dia enggak datang gimana dong?" tanya Melanie.

"Emang kenapa?"

"Hari ini dia ulang tahun. Ini kuenya sudah datang, tapi yang ulang tahun malah belum nongol," balas Melanie. Telepon yang terletak di meja Melanie berdering. Dia langsung mengangkatnya, "Halo."

Di kantor memang ada tradisi memberikan kue kepada pegawai yang ulang tahun. Acara tiup lilin biasanya dilakukan sebelum makan siang. Dari tadi aku belum melihat Kai di kantor, meskipun sekarang sudah hampir pukul dua belas. Entah dia ada di mana. Sudah seminggu lebih, aku berangkat ke kantor dan pulang sendiri. Sejak kejadian malam itu, aku merasa aneh kalau ada di dekatnya. Kai sih masih bersikap normal, tapi aku yang menjadi abnormal. Dia tetap mengajakku berangkat dan pulang bareng yang selalu kutolak.

Aku memang memiliki kebiasaan aneh, yaitu menghindari teman cowok yang menunjukkan ketertarikan khusus padaku. Penghindaran tidak hanya berlaku pada cowok yang masuk kategori serangga pengganggu saja, tapi juga teman dekat. Ini pernah terjadi pada teman sekelasku waktu SMP.

Balik ke soal Kai selama ini paling telat dia datang ke kantor pukul sepuluh lebih. Apalagi akhir-akhir ini dia kembali ke kebiasaannya datang siang. Meskipun dia tidak pernah datang mendekati jam makan siang. Mungkin hari ini dia tidak datang.

Aku memutuskan untuk mengirim pesan ke Kai.

Kamu di mana?

Dia membalas pesanku beberapa menit kemudian.

Di parkiran.

Kubalas pesannya.

Parkiran mana?

Kali ini dia langsung membalas pesanku.

Kantor. Kenapa?

Oh, dia sudah sampai di kantor. Aku langsung melesat ke parkiran dan mendekati mobilnya. Dia turun dari mobil, lalu berjalan ke arahku. Aku mengamati dandanannya hari ini yang sangat santai. Dia memakai kaos oblong warna abu-abu, celana jins yang sudah usang dimakan usia dan sandal jepit.

Seulas senyum mengembang di bibirnya saat dia berhenti di depanku.

"Kenapa? Kamu kangen aku?" tanyanya.

"Kamu lihat notes kecil warna biru ada gambar rumah, enggak?" tanyaku tanpa mengacuhkan perkataannya.

Dia membuka pintu mobil bagian penumpang, lalu mengambil sesuatu dari dalam laci mobil.

"Ini, kan?" kata Kai sambil menyerahkan notes yang kucari.

Aku mengambil notes dari tangannya. "Kamu enggak baca, kan?" tanyaku panik.

Love Me If You DareWhere stories live. Discover now