Part 10 It's Showtime

7.7K 947 5
                                    

Aku berdiri di depan gerbang rumah Kai dan mengintip keadaan rumahnya. Suasana sepi, tidak ada orang di halaman. Tidak terdengar suara Oliver menggonggong. Tapi, mobil Kai di parkir di halaman. Aku masih menimbang-nimbang apakah aku harus masuk atau balik ke kost dan melupakan niatku.

Kaki kiriku terasa basah karena dijilat. Aku melihat ke bawah dan menemukan Oliver sedang asyik menjilati kakiku. Aku membalikkan badan dan menepuk kepala Oliver. Kai berdiri di depanku sambil tersenyum.

"Kamu ngapain? Kayak mau nyuri aja," goda Kai.

"Mm........ Aku cuma mau ngasih ini ke Manuel. Titip ya," kataku sambil menyerahkan undangan wisuda kursus fashion design dengan ragu-ragu.

"Surat cinta ya?" goda Kai.

"Surat cerai," balasku.

Kai tertawa.

Sebenarnya undangan itu untuk Mas Gentala, kakakku, tapi dia tidak mau datang. Mas Gentala ini orangnya tidak suka bersosialisasi. Kalau enggak kerja dia lebih senang jadi couch potato alias seharian nonton TV. Daripada undangannya tidak kepakai, padahal udah dibeli mending dikasih ke Manuel. Sayangnya, dia tidak membalas pesanku, meskipun kata Cesta dia sedang di kost. Cesta sendiri baru balik kost besok malam, setelah nonton fashion show.

"Oke. Aku balik dulu ya," kataku sambil melambaikan tangan. "Makasih. Dadah Oliver."

"Dadah," Kai membalas lambaian tanganku. Aku berjalan cepat ke kost.

Bruk. Aku bertabrakan dengan Michelle di dekat tangga. Michelle berjalan menuju tangga sambil sibuk dengan ponselnya,  sementara aku baru mencapai lantai dua. Untungnya sih, ponsel Michelle tidak jatuh.

"Dari mana, Mbak?" tanya Michelle.

"Habis dari gladi resik buat fashion show besok. Kamu mau ke mana?" tanyaku.

"SASA," jawab Michelle. Orang tua Michelle tinggal di Jogja, jadi tiap akhir pekan Michelle menyibukkan diri dengan kegiatan gereja. Belakangan ini dia juga aktif menjadi relawan di SASA. SASA singkatan dari Stray Animals Shelter and Adoption, lembaga penampungan binatang terlantar.

"Eh, iya lupa," kata Michelle sambil membuka tasnya dan mengambil dua lembar kertas. Dia memberikan kertas itu kepadaku. "Ini Mbak tolong kasihin ke Mas Kai. Siapa tahu dia mau ikut."

Aku membaca brosur yang diberikan Michelle. Acara penggalangan dana untuk SASA. Yang berminat bisa memberikan bantuan berupa uang tunai atau barang bekas yang kondisinya masih bagus untuk dilelang.

"Berangkat dulu ya," pamit Michelle.

"Oke."

***

Suara musik yang berasal dari speaker memekakkan telingaku. Orang-orang mondar mandir di dekatku.

"Mama, kakiku sakit," teriak seorang anak yang kira-kira berusia sepuluh tahun. Dengan wajah full make-up, dia terlihat lebih tua dari umurnya. Anak itu adalah salah seorang model cilik yang hari ini di wisuda.

"Iya, Sayang, sepatunya dilepas aja," usul ibunya.

"Enggak mau, nanti kakiku kotor," teriak anak itu kasar.

Ih, kalau punya anak kayak gitu udah kuomelin. Sama orang tua enggak sopan banget. Aku menjauh dari mereka untuk mencari ketenangan.

Acara diadakan di salah satu gedung pertemuan yang terletak di Kuningan. Tadinya mau di hotel, tapi biayanya terlalu mahal, sedangkan sponsor yang berhasil digandeng hanya sedikit.

Seluruh ototku tegang, perutku terasa kencang. Sebentar lagi giliranku naik ke atas panggung. Aku menghela napas dalam-dalam. Semoga semua berjalan lancar, doaku dalam hati. Baju rancanganku sedang diperagakan oleh model di atas panggung. Dua setelan celana panjang dan blus dan tiga gaun, semuanya mengadopsi gaya tahun 50-an dan 60-an. Di akhir peragaan perancang diminta untuk naik ke atas panggung bersama model.

Love Me If You DareWo Geschichten leben. Entdecke jetzt