HARI-HARI MEMBAYAR HARGA

1.8K 32 5
                                    

HARI-HARI MEMBAYAR HARGA

            Mira dan kedua anaknya sudah tiba di rumah sejak lusa kemarin. Sekarang Mira meneruskan kembali untuk merapikan setiap sudut rumah yang hampir hancur lebur sejak sepeninggalannya ke Sukabumi… Antonius begitu menikmati pemandangan yang bertabur di hadapannya dengan senyum sumringah yang tidak juga tertarik menutup. Ia melihat Adelle dan Beno berlarian seperti biasanya. Melihat Mira mondar-mandir juga seperti biasanya. Antonius merasa lebih kuat untuk memulai hidup barunya. Meski hari ini… ia tak tahu harus mendapatkan uang dari mana. Semuanya kembali ke titik nol. Tapi ia mendapatkan keluarganya kembali…

Antonius mengambil alih sapu yang sedang di pegang oleh Mira. “Aku bantu, ya…”, katanya. Ia mendadak menjadi bapak rumah tangga yang baik.

Tanpa menoleh, Mira membiarkan Antonius membuat sapu berpindah tangan dari tangannya ke tangan Antonius. “Ma kasih”, jawab Mira datar dan pendek. Mira langsung bergegas merapikan mainan Adelle dan Beno yang bertebaran di lantai. “Adeellll, Beeeen… “, panggil Mira, “Ayo bantu’in…”

Adelle dan Beno tampak acuh tak acuh dan terus saja berlarian, berkejaran.

Mira mengulangi dengan nada membentak. “Adelle!!! Beno!!! Denger mama, gak?!!!”

Antonius terdiam sejenak dalam keresahannya. Ia melihat Mira lebih temperamental sejak kepulangannya. Dan sampai hari ini, Mira tak mau disentuh olehnya. Tidak mau tidur dalam dekapannya. Bahkan tidak mau untuk sekedar menoleh dan melihat kepadanya…

Antonius mulai menyapu lantai dengan perlahan dan seksama. Adelle dan Beno sudah mulai membereskan mainan mereka yang bertebaran di lantai. Mira mulai membungkuk dengan satu kaki setengah berlutut. Terus merunduk, terus tanpa senyum, merapikan mainan bersama Adelle dan Beno.

            “Ma… makan siangnya… kita bikin telor dadar aja, ya…”, kata Antonius pelan dan hati-hati.

            “Gak usah”, sahut Mira pendek, “Aku dah pesen ke Sembilan Sembilan…”

Antonius memundurkan wajahnya dengan raut terhenyak. “Ma… aku gak ada uang untuk bayar itu…”

Mira mengibaskan tangan, sekali lagi tanpa menoleh pada Antonius. “Gak apa-apa… aku ada.”

Antonius terdiam sejenak. Merasa sangsi kalau Mira sungguhan punya uang. “Uang darimana, ma?”, tanya Antonius akhirnya, “Dari si mama, ya?”

            “Iya”, jawab Mira pendek. Masih tidak mau menatap Antonius.

            “Kamu bilang apa sama mama?”, tanya Antonius lagi. Dengan hati berharap agar Mira mau sedikit saja menoleh padanya.

            “Gak bilang apa-apa”, sahut Mira. Pendek.

Antonius kembali melarikan matanya ke lantai. Mengarahkan sapu ke arah pintu ruang tamu. Tapi kemudian Antonius menghentikan sapunya lagi. Menatap lagi ke arah Mira. Masih berharap Mira mau membalas tatapannya. “Ma… besok, aku bakal coba-coba nemuin kenalan aku di showroom mobil second… aku maen mobil second aja… gimana?”, tanya Antonius.

            “Itu bagus”, jawab Mira pendek. Tidak juga mau menatap balik kepada Antonius.

Aku tau kamu akan membenci aku untuk jangka waktu yang cukup panjang, ma, Antonius membatin. Tapi gak apa-apa… asal kamu dan anak-anak tetep ada di sini… Antonius mulai tersenyum sendiri. Senyum bahagia,,, meski pedih…

Telepon Antonius berbunyi. Antonius mendengarnya samar-samar dari arah di dalam kamar. Ia mulai merasa khawatir kalau-kalau Hega yang menghubunginya. Tahu-tahu Mira bergerak untuk bangkit berdiri dan masuk ke dalam kamar. Lalu keluar lagi membawakan telepon genggam Antonius. Dengan tenang Mira menyodorkan telepon itu. “Hape kamu bunyi, nih…”, kata Mira tenang. Ia kembali ke tengah-tengah Adelle dan Beno. Antonius terhenyak saat mendapati nama yang tertera di layar adalah Hega. Ia langsung saja mematikan telepon genggamnya.

NURANIWhere stories live. Discover now