SENANDUNG VICTOR

2.1K 36 3
                                    

SENANDUNG VICTOR

            Antonius berusaha menghindari sekumpulan orang-orang itu. Terakhir kali ia berurusan dengan mereka, Mira ngambek selama seminggu. Dan Ia malu bukan main terhadap Hega. Tapi yang tersulit adalah menghindari Victor… Antonius mulai merasa terintimidasi dengan dilema runyam yang dialaminya kini… Victor mengirimkan pesan lagi lewat  BBM…

            “Bro… nanti malam, kita kumpul lagi, ya… Tenang aja, stock buat kau pasti aku prioritaskan…” Antonius membacanya di dalam hati sembari bersedekap letih. Ia sudah tidak mau minum-minuman beralkohol lagi… Mira pun sudah memperingatkannya akan keadaan fungsi ginjalnya yang mulai tidak baik… Antonius sering sekali merasakan nyeri di pinggang dengan teramat sangat… Dan ia juga tidak teratur meminum air putih minimal satu liter sehari…

Antonius bingung harus membalas pesan itu atau diacuhkannya saja. Ia tahu Victor mudah tersinggung. Secara gamblangnya, Victor juga tidak professional… Saat itulah, Stanley si supervisor yang baru sekitar sebulan bergabung di cabangnya itu mengetuk pintunya…

            “Masuk, Stan…” Antonius memberi anggukan kepala.

Stanley yang berperawakan cukup tinggi, meski tidak lebih tinggi dari Antonius, berjalan tegap memasuki ruangan. Bahunya bidang, memperlihatkan hasil kegiatan rutinnya bermain basket di sela-sela waktu luangnya.

            “Pak… unit yang silver gak dapet-dapet, pak… Bisa tolong bantu, Pak… berkali-kali saya minta sama Pak Victor, belum ada tanggapan…”

Antonius merenung sejenak. “Mungkin karna kamu baru, kali ya…” Ia menggumam pelan.

            “Apa, Pak?”, tanya Stanley, menyendengkan telinganya mendekat.

Antonius menggeleng. Lalu katanya kemudian, “Coba saya telpon Pak Victor dulu ya…” Antonius mengangkat handle telepon di mejanya. Terdengar bunyi sambung beberapa kali tapi tak di angkat-angkat. Akhirnya Antonius mengeluarkan telepon genggam dari saku celananya dan menekan dial disaat matanya menumpu nomor telepon genggam Victor… “Halo…” Tak menunggu lama, telepon langsung di angkat.

            “Halo, bro… jadi nanti malam, kau ikutan ya…” Victor langsung saja membuka percakapan ke arah acara kongkow-kongkow

Antonius menghela nafas panjang… “Okelah, Pak… tapi saya mo tanya, unit warna silver yang pernah di minta Stanley udah ada, Pak?”

            “Oh, adaa… adaaa… tenanglah, bro… yang penting, nanti malam kau datang, ya… sepi kalau kau tak ikut…”

Antonius melenguh. “Oke, Pak… Oke…” Antonius tampak mengangguk-angguk sebelum akhirnya menyudahi percakapan. Stanley masih menunggu… dengan senyumnya yang terlepas mengembang… “Ada ya, Pak…”, katanya.

Antonius mengangguk lagi… “Ntar malem…” Antonius terputus kalimatnya. Ia tampak berpikir. Lalu meneruskan, “…ada acara gak, Stan?”

Stanley menggeleng cepat. “Gak ada, Pak… paling-paling cuma nonton TV di kontrakan…”

            “Ikut saya, ya…”

            “Kemana, Pak?”

            “Acara… silahturahmi…” Antonius kembali melenguh di akhir kalimatnya.

Stanley mengangguk sambil menjawab, “Siap, Pak…”

            Mira sedang asik merajut sweater dengan sepasang tongkat kayu panjang khusus knitting. Saat Beno berlarian sambil membawa-bawa album foto seukuran buku tulis. Album foto itu cukup tebal. Sampulnya bernuansa coklat hangat. Adelle sedang berusaha merebut album foto itu dari tangan Beno. Mereka saling berteriak satu sama lain…

NURANIWhere stories live. Discover now