PERMATA YANG DI TUKAR

1.9K 35 0
                                    

PERMATA YANG DI TUKAR

Mira menggeliat sejadinya… Senyuman masih terlukis di wajahnya… “Papa…” Ia melenguh pelan,,, meraba-raba ke sebelahnya… Ia mendapati bantal kepala dan bantal guling… Tapi ia tidak merasakan rambut Antonius yang tebal dan kaku… Ia juga tak mengendus wewangian kenzo ozo daun yang biasanya akan hinggap di hidungnya... Ia memiringkan badan ke arah Antonius biasanya berbaring… di sisi kanannya… Semua masih terlihat samar saat Mira membuka mata… ia juga masih merasa samar untuk mengingat antara fakta dengan mimpinya semalam… Ia mengingat-ingat… perjalanan menuju puncak-Bogor… sedang bermalam yang romantis bersama Antonius… atau sedang menunggu Antonius yang tak kunjung pulang? Mira terhenyak…

Papa gak pulang???, ia membatin. Keresahannya mendadak tinggi. Jangan-jangan,,, ada apa-apa di jalan??? Mira terus membatin sambil langsung bangkit berdiri… Ia berlari keluar kamar. “Paaaa!” Ia memanggil-manggil. Hening… Mira berlari ke luar, ke garasi… Mobil Antonius tidak ada… Ia langsung mengangkat handle telepon di meja berpelitur gading yang berhadap-hadapan dengan kamar tidur utama. Ia menekan keempat nomor telepon genggam milik Antonius secara berganti-gantian, terus dan terus… Empat-empatnya tak ada yang aktif. Mira mulai dikuasai kecemasan. Matanya mulai berkaca-kaca. Ya, Tuhan…, berkali-kali ia memohon di dalam hatinya, Tolong suami aku, Tuhan… Bawa dia pulang dengan selamat… Mira teringat,,, terakhir kali, Antonius mengatakan kalau ia akan menghadiri acara ulang tahun Victor. Mira mencari telepon genggamnya. Dan ia mendapatinya tergeletak di atas buffet di samping ranjangnya. Saat itulah, ia menemukan pesan singkat yang di kirim ke telepon genggamnya sekitar pukul empat subuh tadi…

            “Ma… ini papa… maap, acaranya sudah kelewat batas… Aku sekarang mabuk, ma… gak bisa pulang… tolong jemput aku, ma… maapin aku… aku sangat mencintai kamu dan sangat rindu sama kamu…”

Mabok? Lagi??? Ya, ampuuun… kamu kenapa sih, paaaa…, Mira terus membatin sambil berkali-kali melenguh panjang. Mira berusaha menghubungi keempat nomor telepon genggam milik Antonius lagi. Semuanya masih mati. Mira mondar-mandir kebingungan. Apakah ia menunggu di rumah saja? atau ia menyusul ke sana? Tapi kalau memang Antonius sudah menuju perjalanan ke rumah, Mira berpikir… bahwa Antonius pasti sudah mengabarinya… Sementara sejauh ini tak ada kabar… Semua telepon genggamnya pun tak bisa dihubungi…

Mira pun bergegas menghampiri cermin besar di lemari baju, di kamarnya… Ia membenarkan riasannya dengan cepat… hanya pulasan bedak tabur bayi dan lipstick bernuansa peach yang belum lama dibelikan Antonius… Mira langsung menyambar tas ransel kecilnya yang berwarna hijau lumut. Setengah berlari, ia langsung menyisipkan sepasang kakinya ke sandal hitam bergaya casual dan simple.

Astaga, pa… dari jam empat, kamu nunggu aku… duh, Tuhan… tolong jaga suami aku, Tuhan… Aku sangat mencintainya…, Mira terus memanjatkan doa di sepanjang jalan. Menyusuri jalan keluar perumahan menuju jalan raya Pekayon… Ia berlari dengan kencang… dan langsung memberhentikan taksi berlabel apapun yang lewat di depan matanya…

Mira begitu panik… Ia tak bisa membayangkan, membuat Antonius menunggu selama itu… Ia bahkan tak ingat untuk mengunci pintu-pintu rumahnya satu pun…

Dan selang lima belas menit kemudian… Fortuner hitam sudah berhenti di depan rumah. Antonius merangsek keluar dari mobil, masih dengan kepalanya yang pusing. Ia sudah muntah beberapa kali di pub, tadi pagi. Hega, Rizal, Bimo, Hamdani dan tiga teman perempuannya pun sudah tak ada. Sementara Stanley dan Victor masih tergeletak di atas sofa panjang… Saat itulah Antonius membangunkan Stanley dan Victor untuk pulang…

Antonius masih merasa tak percaya… Hega yang biasanya selalu perduli padanya, mendadak menghilang… meninggalkannya begitu saja… Dan sekarang, Antonius bersiap-siap untuk menghadapi Mira… Ia bisa pastikan,,, seperti apa kira-kira wajah Mira kalau mengamuk… Ia menapak masuk dengan langkah sangat perlahan… bersiap-siap kalau-kalau Mira menunggu di balik pintu bagian dalam… Ternyata Mira tidak menunggu di situ…

NURANIWhere stories live. Discover now