Pamit

62 6 0
                                    

Kita tak bisa menyalahkan waktu. Kita juga tak bisa menyalahkan pertemuan. Yang kita bisa adalah, memaafkan segala kesalahan di antara kita.

____________________________________

"HAPPY GRADUATION, Roy-ku," Arum memeluk Roy yang sedang mengenakan toga hitam bercorak kuning. Keringat masih dingin di kuningnya. Dia baru saja keluar dari ruang wisuda.

Hebat! Roy, Halib, Putra dan Cahyani akhirnya bisa wisuda bersama. Roy lebih dulu keluar khusus menemui Arum. Sedangkan yang lain masih menjumpai orang tua mereka.

"Congrulation ya, sayang," ucap Arum sambil mengusap tisu di kening Roy. Mesra sekali, siapa pun yang melihat pasti iri.

"Terima kasih, ya, Arum. Bela-belain datang ke acara wisudaku ini."

"Yang lain di mana?" Arum menanyakan Halib, Cahyani dan Putra.

"Masih nemuin orang tuanya."

"Orang tua kamu di mana? Kok dia nggak kamu temui. Masak aku duluan?"

"Nah, itu datang orang tuaku," Roy menunjuk ke arah orang tuanya.

Orang tua Roy ramah. Langsung menyapa Arum di tengah keramaian itu. Mereka saling tanya hingga lupa mengucapkan selamat kepada Roy. Mungkin karena sudah saling cocok di antara mereka.

"Giliran ketemu sama Arum. Langsung aku dicuekin!" sindir Roy yang disambut senyum orang tuanya.

"Itu bocah-bocah lain datang," Roy memeberitahu Arum kedatangan Halib, Putra dan Cahyani. Mereka pun saling peluk. Saling memberikan ucapan.

"Kau lulus juga ternyata, Roy? Kukira kau akan tetap sama Cahyani di penjara," Halib menggodanya.

"Selama masih ada kamu. Aku tak mungkin dibiarkan hidup di penjara."

"Selamat ya, Cahyani. Terima kasih untuk perjuanganmu selama ini. Aku bangga sama kamu. Volunteer sejati yang tak pernah kenal lelah," puji Roy di depan Arum dan semua sahabatanya.

Sedangkan Cahyani hanya tersenyum melihat ke arahnya. Sementara Arum langsung memalingkan muka. Begitu juga dengan Halib dan Putra. Tak kuasa melihat orang yang disayangnya sama Roy.

"Kau ini serakah kali, Roy. Cahyani itu biarkan sama aku. Kau kan sudah punya Arum," protes Halib blak-blakan. Roy hanya tersenyum dan tak menghiraukan diprotes Halib

"Kau ambil saja yang cantik ini," ucap ibunya Halib sambil menunjuk Arum. Wajah Arum langsung merah padam.

"Dia milikku, tante," jawab Roy pelan sambil mendekati Arum kembali.

***

Acara wisuda telah usai. Kini mereka siap-siap mengantar Ifa menuju undangan resmi Presiden. Mereka semua ikut mengantarkan. Tak terkecuali Arum.

Malang Menyisakan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang