Terusir

35 4 0
                                    

Seminggu berlalu. Roy belum ada tanda-tanda dibebaskan oleh polisi. Komunitas disegel dan dipasang garis polisi. Tidak boleh ada aktivitas selama proses berlangsung.

Penutupan aktivitas komunitas menjadi tranding topic di media sosial dan media massa. Semua orang membicarakan komunitas. Tapi tak ada lagi yang membicarakan kebaikannya. Semua menggiring isu tak sedap.

Berbagai fitnah bermunculan. Orang tua kaum difabel tuli semakin ragu terhadap keberadaan komunitas. Tak sedikit dari mereka yang menganggap bahwa komunitas hanya sebagai wadah pencarian nafkah. Mencari hidup dan kehidupan dengan mengatasnamakan orang tuli.

Ada yang sampai melakukan demo supaya Roy dan volunteer lainnya segera dihukum seberat- beratnya. Mereka meminta polisi segera melimpahkan mereka pada pengadilan. Komunitas ini hanya lembaga untuk memanfaatkan orang berkebutuhan khusus.

Kondisi komunitas kini sudah sepi. Hanya garis polisi yang melingkar di pagar besi. Halib dan Putra tak pernah menampakkan diri sejak ditangkapnya Roy. Tak pernah menjenguk Roy di tahanan.

Entah apa yang menyebabkan mereka begitu tega pada sahabatnya sendiri. Kini Roy mendekam di penjara. Sahabatnya kini pergi entah kemana. Tak ada yang menolong selain Cahyani.

Posisi Arum serba salah. Terkadang dia ingin menjenguk Roy di penjara. Tapi takut Cahyani kecewa. Padahal Cahyani hanya sahabat dari Roy. Sedangkan Arum adalah pacarnya.

"Arum di mana, Cahyani?" tanya Roy dari dalam penjara berbatas besi ketika Cahyani menjenguk.

Dijawab sinis, "Jangan pikirkan orang lain dulu. Pikirkan dirimu sendiri untuk bisa bebas dari penjara ini."

Roy tidak melannjutkan bicaranya, dia takut salah bicara jika dirinya sudah pacaran sama Arum. Padahal, Cahyani sudah tahu mereka pacaran diam-diam. Posisi mereka sungguh berbeda dalam cinta. Cahyani memendam rasa pada Roy. Sedangkan Roy menabur cinta pada Arum.

Setiap detik, Cahyani digerogoti virus cinta yang menyerang tak berkesudahan. Sedangkan Roy setiap detik menyambut kejutan cinta dari Arum.

"Nah, itu Arum datang," Roy menunjuk dari batas jeruji besi. Sontak Cahyani menoleh ke samping tempat Arum berjalan menuju ruang tahanan Roy.

Cahyani langsung mendekatinya. Roy mengira Cahyani akan menyambut baik kedatangan Arum. Dia menyaksikan Cahyani berjalan cepat menuju Arum yang sedang menuju arahnya. Cahyani langsung menjegatnya untuk bertemu sama Roy.

"Kamu mau kemana? Jenguk Roy? Nggak usah kamu jenguk lagi. Pacar macam apa kamu baru sekarang menjenguknya?"

"Ah, Cahyani tahu aku pacaran sama Arum?" Roy berkata sendiri mendengar kata-kata Cahyani dari dalam tahanan. Memang tak jauh, hanya 20 meter tempat Cahyani menjegat Arum. Jadi setiap ucapan mereka terdengar jelas di telinga Roy.

"Sekarang kamu pulang! Semua sudah hancur. Tidak perlu kamu mendekati Roy lagi. Dia tidak pantas jadi milikmu. Kamu itu pembawa sial."

Arum menjawab, "Aku tahu kamu di sini. Aku tahu kamu ada untuk Roy. Aku tahu kamu akan kecewa jika aku datang. Itu sebabnya aku tidak datang menemui pacarku sendiri. Aku tahu bagaimana caranya menjaga hati. Termasuk menjaga hati kamu yang mencintai pacarku."

"Lepaskan aku. Aku datang ke sini bukan untuk kamu. Tapi aku datang untuk pacarku." Arum menyenggol Cahyani dan langsung menuju ruangan Roy.

Cahyani kini makan hati berulam jantung menyaksikan Roy berdua bersama Arum. Dia menyandarkan diri lemah di dinding gedung sambil menangis. Arum membiarkan dia menangis histeris menyaksikan pelepasan rindu mereka.

Tak lama kemudian. Petugas sipir datang mengusir Cahyani yang melihat menangis di gedung tahanan. Sipir itu menyeretnya keluar gedung dengan paksa. Perlawanan terus digulirkan Cahyani. Dia meminta tetap di sana menemani Roy.

Di luar gedung hujan mulai deras. Tapi dia dipaksa keluar dari gedung karena membuat keributan. Dia tidak diperbolehkan masuk ke dalam gedung tahanan. Sedangkan Arum masih berduaan yang dipisahkan oleh pembatas pagar besi di dalam ruang tahanan.

Dalam hujan, Cahyani akhirnya memilih pulang meninggalkan gedung tahanan. Hujan pun menjadi bagian dari saksi cinta. Setiap tetes akan menjadikan sebuah kenangan pahit yang pernah di alami Cahyani.

Sambil berjalan dia berkata sendiri, "Selama aku masih bisa bernafas. Aku akan selalu mencintaimu. Selama aku masih bisa bergerak. Aku akan terus bergerak menyelamatkan masa depan kita berdua. Keyakinan itu sudah kutanamkan dengan dalam di jiwaku."

Vote dan komen, ya. Terima kasih

Malang Menyisakan CintaWhere stories live. Discover now