Ketika Berdua

178 12 2
                                    

Mahasiswi yang pakai kerudung ungu menggerak-gerakkan tangganya. Tempat duduknya yang langsung menghadap persis ke Putra.

Seolah-olah memberikan isyarat bahwa perempuan itu sedang memanggil dan memberikan kode ke Putra.

Putra membisu dan tidak memberitahu Roy, Halib dan Cahyani yang duduk di depan dan sampingnya. Pandangan lembut Putra pun tertuju lurus ke perempuan itu.

Sementara perempuan itu masih tetap melambai-lambaikan tangannya sambil tersenyum.

Putra pun segera mendekat ke arah datangnya senyuman.

"Ada apa, mbak?

Mahasiswi itu menoleh, "Ahhh, apa ada apa, mas?"

"Bukannya mbak manggil saya?"

"Nggak ada, mas. Itu pacar saya di belakang, mas. Saya lagi manggil dia. Minta tolong, kasih tahu dong, mas!"

Roy, Halib dan Cahyani berusaha untuk tidak tertawa. Tapi meraka saling lihat sambil menahan senyuman.

"Kenapa kalian ketawa, senang, ya?" Putra kembali dari tempat mahasiswi yang sedang sama pacarnya.

Langsung disambar sama Halib. "Iya senang kali kami lihat kau seperti itu. Itu anaknya ibu dosen. Cantik kali, kan?"

Ketawa pun pecah seketika. Sedangkan mahasiswi itu pergi perlahan meninggalkan kantin.

"Bodoh, amat! Mau anak dosen atau bukan. Itu bukan urusanku," timpalnya kesal.

"Tapi kamu hebat, Putra. Aku saja nggak berani mendekati cewek secantik itu. Apalagi ada pacarnya. Wah, kamu itu pokoknya hebat banget deh. Salut!!" sambung Roy, menyinyir yang diikuti ketawa.

Cahyani menyejuki, "Biasa itu, Putra. Namanya juga salah paham. Saling mengerti saja. Ayo, kalian mau makan apa ini?"

Belum sempat pergi membeli jajan. Ada seorang lelaki tinggi yang mirip seperti atlet menghampiri meja mereka. Lelaki itu langsung memeluk Cahyani di depan Roy, Halib dan Putra. Bukan hanya di depan mereka, tapi di depan orang banyak yang bersantai di kantin.

"Dir, aku mohon maaf atas perlakuanku sama kamu. Tolong, berikan aku kesempatan!" lelaki itu memohon sambil berlutut pada Cahyani.

Orang-orang melihat ke arahnya yang mirip dengan cerita film-film di sinetron. Di mana seorang lelaki berusaha merayu untuk meminta belas kasihan perempuan dengan imbalan cinta.

"Iya, aku memaafkan. Tapi tidak untuk melupakannya. Sekarang kamu pergi jauh, sejauh-jauhnya dari hidupku. Pulanglah, kamu tidak memiliki beban apa pun lagi. Hidupmu sudah bebas tanpaku," Cahyani melepaskan tangannya dari genggaman lelaki itu.

"Sekarang kamu pergi, pergi! Aku bilang, pergi!" Cahyani mulai marah dengan suara seraknya.

Cahyani pun lari menuju kelas sambil menyucurkan air mata. Roy, Halib dan Putra tak berani berbuat apa-apa. Apalagi mencegah mantannya untuk meminta maaf pada Cahyani. Mereka hanya bisa diam. Mulut mereka terkunci dari ganasnya permainan cinta Cahyani dan lelaki itu.

Roy kemudian menyusul Cahyani ke kelas. Dia membujuknya untuk tidak bersedih lagi. Memberikan tisu untuk menghapus air matanya. Sedangkan Putra dan Halib menungggu di meja kantin.

Tak sampai sepuluh menit. Roy kembali membawa Cahyani ke kantin. Lelaki yang bersujud sama Cahyani sudah pergi meninggalkan jejak.

"Aku juga dikacangin sama cewek tadi biasa aja, nggak nangis. Iya nggak, bro?" Putra menyindir dengan menyenggol Halib.

Halib yang tidak mengerti dikodein Putra. "Ihh, kau ini main senggol-senggol aja. Itu sudah nasib kau. Karena kau ditakdirkan untuk sendiri."

Cahyani tersenyum melihat Putra dan Halib yang tak pernah akur.

"Makan kita gimana ini? Mau diem-dieman aja ya kita?" tanya Roy.

Halib dan Putra bangkit dari duduk santainya. "Oke, kita berdua yang beli. Kalian berdua di sini saja. Jangan kemana-mana. Cahyani jangan kau kasih nangis lagi itu." Halib menunjuk Roy, disambut senyum Cahyani.

Sekarang, Roy hanya berdua dengan Cahyani. Saatnya Roy menyatakan harapannya sama Cahyani. Roy juga minta maaf tidak bisa berbuat apa-apa ketika didatangi mantannya. Dia merasa tidak wajar jika harus ikut ke dalam masalahnya Cahyani.

"Tapi kalian tega. Kok tak ada yang ingin mengusir dia dari hidupku. Aku sudah lelah sama dia. Padahal sudah lama kami putus. Tapi, iya sudahlah. Lupakan saja hal tidak penting itu," ujar Cahyani.

"Oh iya, Cahyani. Kebetulan kita berdua di sini. Aku mau ngomong boleh, nggak? Siapa tahu kamu juga,....?"

Cahyani mulai deg-degan. Menerka-nerka apa yang akan diceritakan Roy sama dirinya. Apakah Roy akan mulai menyukai dirinya? Atau, Roy akan memberikan saran tentang masalahnya sama mantan pancarnya.

Ikuti terus kelanjutannya.

Please komen dan kasih bintanya! Terima kasih.

Malang Menyisakan CintaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt