Litzi mengernyit, "Sungguh, itu terdengar ambigu. Gaun tak ada kaitannya dengan dia dan dirimu."

Allcia masih tertawa pelan. "Oh ya, jadi kau pernah ke Indonesia?" tanya Litzi.

Allcia mengangguk dengan semangat, "Pernah! Itu sudah lama sekali. Waktu itu Mom and Dad mengajakku ke kota Jakarta untuk urusan bisnisnya dan.. sebuah kota bernama.. emm... sebentar biar ku ingat-ingat. Ah, ya! Bogor!"

Litzi mengerutkan dahi, "Apa? Bwo.. bo.. guour."

Allcia yang mendengarnya lantas terkekeh. Tawanya bahkan memenuhi seisi walk in closet. Siapa yang tidak tertawa? Siapapun pastu tertawa ketika mendengar gadis berlogat Spanyol menyebut kota Bogor dengan sebutan bwo-guour.

"Kenapa kau tertawa? Apa aku salah menyebutnya?" tanya Litzi kebingungan.

"Litzi, Litzi! Jika Rex mendengarnya, dia juga pasti menertawaimu! Hahahah! Aduh! Perutku sampai sakit," kata Allcia di tengah tawanya.

Litzi menahan rasa malunya, "Em.. aku.. aku susah mengucapnya."

"Itu mudah. Biasakan saja. Dengarkan dan ikuti aku! Seperti ini, Bo. Tanpa haruf W ya. Bo. B and O. Bo!"

"Bo."

"Nah, itu bisa! Ayo lanjut! Gor. Cukup huruf G, O dan R. Gor!"

"G.. go.. gor!"

"Nah! Sambungkan! Bogor! Bo and gor, Bogor!"

Litzi menarik nafas dan menghembuskannya pelan, "Bo.. bogor!"

Tiba-tiba saja Allcia bertepuk tangan dengan senangnya. Ia memuji Litzi yang akhirnya bisa mengucapkan kata Bogor dengan benar. Yahhh, meski hanya terdengar satu kali saja. Allcia juga mengatakan bila lucu mendengar orang menyebut nama kota itu dalam logat Spanyol. Padahal sederhananya, pengucapannya biasa. Namun itu hal yang dimaklumi karena Allcia dulunya juga begitu, tapi lama kelamaan juga terbiasa. Allcia menceritakan pada Litzi bila waktu itu mereka ke kota Bogor, Indonesia, untuk memenuhi undangan pernikahan anak rekan bisnisnya.

"Eh, sudah! Kenapa jadi bahas kota Bogor? Ayo! Pilih gaunnya dan aku akan mendandanimu," kata Allcia.

Litzi tetap jatuh pada pilihan pertamanya yakni gaun berwarna putih itu. Gadis itu pun menyalin bajunya dengan gaunnya. Allcia terkesima, tanpa make up saja Litzi terlihat menakjubkan bagaimana di tambah riasan? Luar biasa! Allcia menyuruh gadis itu duduk dengan tenang. Ia akan mengikuti permintaan Litzi untuk meriasnya tidak terlalu berlebihan. Allcia juga sebenarnya atas suruhan kakak tertuanya, Rex. Tapi Allcia tidak keberatan, justru merasa senang. Untuk urusan make over ataupun make up Allcia Mackenzie juaranya, kedua hal itu adalah hal yang kecil untuknya. Ia suka mendandani orang, tapi jarang merias dirinya sendiri. Allcia hanya berdandan untuk urusan tertentu saja, salah satunya ketika dia ada sesi pemotretan atau fashion show.

Beberapa menit kemudian, Allcia pun selesai. Ia gemas melihat pantulan Litzi di cermin rias, Litzi sangat cantik. Litzi pun mengenakan sepasang sepatu ber-heels yang dipilih oleh Allcia. Lalu gadis remaja itu pun mematut seluruh tubuhnya di depan cermin yang berukuran besar itu. Litzi tersenyum, dia baru sadar kalau dirinya cantik. Selama ini ia tak perduli dengan dirinya sendiri. Sering berdandan ketika masih menjadi sexy dancer, jangankan untuk mengaca, mengetahui fakta dia adalah sexy dancer saja ia sudah muak dengan dirinya sendiri.

"Eres muy hermosa!" ucap Allcia dengan decak kagum.

"Gracias. Tapi aku tak secantik dirimu. Aku sendiri kagum dengan kecantikanmu," kata Litzi.

Allcia merangkul Litzi, "Tidak. Muy bien. Kita sama-sama cantik."

*(Eres muy hermosa : kau sangat cantik, Gracias : terimakasih, Muy bien : baiklah).

DIRTY BABY [Rexford Mackenzie]Where stories live. Discover now