DIRTY BABY-07

Mulai dari awal
                                    

Argh! Jadi Rex penyebabnya, batin Litzi.

"Tuan memintaku untuk menyampaikan pesannya padamu," gumam Alejo.

Litzi bangun dan duduk di tepi ranjang, "Apa dia sudah pulang, paman?"

"Sudah. Sejak satu jam yang lalu," jawab Alejo.

Litzi meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas, hendak melihat jam tetapi ponselnya mati.

"Ya, ampun! Aku lupa mengecasnya," ucap pelan Litzi. Ia pun melirik jam dinding, ternyata dia sudah tidur selama 2 jam setengah.

Sudah jam setengah dua siang, batin Litzi.

"Tuan bilang padaku kalau kau harus bersiap-siap. Pakailah pakaian yang sudah Tuan siapkan di walk in closet. Pakaian itu ada di dalam tas," jelas Alejo.

Litzi mengernyit, "Untuk apa? Apa dia ingin membawaku pergi?"

"Saya tidak tahu, Nona. Tuan hanya memerintahkanku menyampaikan hal itu padamu."

Litzi mengangguk.

"Setelah selesai. Cepatlah ke kamarnya, Nona. Dia menunggumu disana," kata Alejo.

Litzi mengerutkan dahinya, "Ke.. kamarnya? Sungguh?"

Alejo mengangguk. Kemudian permisi untuk pergi. Saat Alejo pergi dari kamarnya. Litzi masih terduduk dalam kebingungan. Litzi mengangkat bahunya heran, lalu beranjak untuk mengecas ponselnya. Setelah itu bergegas ke walk in closet. Benar kata Alejo, ada sebuah tas belanja dengan nama terkenal berdiri rapih di atas meja. Rex meletakan tas itu ketika Litzi tidur. Litzi merogohnya dan mengambil isi yang ada di dalam tas itu, ternyata sebuah gaun santai yang indah. Baru melihatnya saja, Litzi sudah menyukai gaun itu. Tapi mengapa Rex membelikannya lagi sedangkan di dalam lemari penuh dengan pakaian-pakaian yang masih baru.

Orang kaya memang bebas ya? ucap Litzi dalam hati.

Litzi melangkahkan kakinya menuju kamar sang trillionaire. Di sepanjang lorong yang terhubung dengan kamar Rex, Litzi mengedarkan penglihatannya untuk melihat bagaimana mewahnya interior dan barang-barang pada lorong itu. Terkesan elegan. Litzi meremas jari jemarinya ketika sudah berhadapan dengan pintu kamar itu. Litzi menetralisir rasa gugupnya lalu menekan belnya. Tak butuh waktu lama, pintu kamar semacam lift itu terbuka secara otomatis.

Pandangan Litzi langsung tertuju pada sesosok makhluk bertelanjang dada itu. Rex tampak berbaring diatas ranjang dengan seekor kucing kecil. Rex menoleh, melihat Litzi yang masih berdiri di luar kamarnya, padahal pintu sudah terbuka sejak tadi.

"Sedang apa kau disana?" tanya Rex, "Kemarilah!" suruhnya.

Litzi masuk ke dalam kamar dan pintu itu langsung tertutup rapat. Untuk pertama kalinya gadis itu mempijakan kakinya di kamar Rex. Litzi kira kamar seorang trillionaire penuh dengan kemewahan, tetapi ini tidak begitu. Kamar Rex dominan warna putih, hitam dan abu-abu. Terkesan kuat maskulinnya. Terpajang beberapa foto Rex dan keluarganya. Rex menyuruhnya duduk di sofa tak jauh dari ranjang tidurnya.

"Bagaimana tidurmu, nyenyak?" tanya Rex.

Litzi mengangguk, "Lebih nyenyak jika kau tidak mengangguku."

"Aku? Apa salahku? Alejo yang membangunkanmu."

"Tapi kan atas perintahmu."

"Tadinya aku ingin membangunkanmu dengan marching band. Tapi.. ah, buang-buang waktu."

Litzi tertawa, "Lagipula itu juga berlebihan! Kau ini ada-ada saja."

"Kau semakin cantik jika tertawa," gumam Rex.

DIRTY BABY [Rexford Mackenzie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang