DIRTY BABY-07

Depuis le début
                                    

"Ya sudah. Aku duluan kalau begitu. Aku memberimu waktu lima menit berada disini. Jika aku melihatmu masih disini lebih dari itu, aku akan datang dan menggendongmu. Paham?" papar Rex.

"Kenapa kau jadi mengaturku?" Litzi mengernyit.

"Demi kesehatanmu, cantik. Lagipula... aku kan pengurusmu. Kau tanggung jawabku. Ingat itu!" tegas Rex.

Rex melenggang pergi meninggalkan Litzi yang menatapnya sinis. Tiba-tiba saja Litzi tertawa kecil saat ingat kejadian di pagi hari ini, bercanda dengan trillionaire itu. Ternyata Rex orang yang menyenangkan. Senyum Litzi perlahan menghilang begitu ingatannya pada malam kemarin, mimpi buruk itu datang lagi.. lagi dan lagi. Mimpi itu selalu mengusiknya, semakin membuka lukanya. Ketika Litzi menatap genangan air di bawahnya, ia melihat pantulan Ayah, Ibu dan adiknya disana. Keluarganya itu tampak tersenyum dan melambai-lambaikan tangannya.

"Ayah! Ibu! Ana!" kata Litzi dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.

Dengan cepat Litzi menoleh dan senyumnya lantas menghilang. Tak ada siapa-siapa disana, tak ada seorang pun di belakangnya. Litzi melihat genangan air itu, pantulan keluarganya menghilang. Seketika air mata Litzi melolos begitu saja, suara tangisnya tak tertahan, ia menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya. Menepikan kesadaran dimana dia sekarang. Rex yang melihatnya dari balik jendela langsung berlari kesana, pria itu duduk disisi Litzi dan menariknya ke dalam pelukan. Rex membiarkan gadis itu menumpahkan air matanya, sampai-sampai air mata Litzi mengalir di dada bidangnya. Rex bisa merasakan rasa sakit itu, rasanya sangatlah perih! Tak terasa, air mata trillionaire itu ikut terjatuh.

Litzi berdiri dibalkon kamarnya, menatap banyaknya pepohonan-pepohonan hijau yang jaraknya tak jauh dari kawasan mansion. Ia sendirian, dengan pikiran yang dipenuhi ribuan rekaman dalam memori. Litzi menatap langit cerah kebiruan di siang hari ini, angin sejuk yang menerpanya membuat rambut panjangnya menari-nari. Sejak dari kolam renang, Litzi berdiam diri di dalam kamarnya. Lagi-lagi Litzi menelan rasa malu dan tidak enak saat ia menumpahkan air mata dalam dekapan Rex. Litzi menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa mengontrol diri, ia memang orang yang perasa. Bahkan sarapan saja dia tak mau bergabung dengan Allcia dan Kharel, ia hanya mau makan di dalam kamar. Rex dengan hati lembutnya menuruti kemauan Litzi, ia membawa sarapan itu sendiri ke kamar Litzi. Akan tetapi ada hal yang Litzi tidak tahu, Rex juga yang menyiapkan sarapan khusus Litzi tanpa campur tangan orang lain.

Ngomong-ngomong soal Rex, pria berkharisma tinggi itu tidak ada di mansion sejak dua jam yang lalu. Putera dari sang billionaire nomor satu di dunia tersebut tengah mengurus urusan perihal sekolah baru untuk Litzi. Gadis berusia 17 tahun itu masuk ke dalam kamar, ia membiarkan pintu balkonnya terbuka. Litzi menghempaskan tubuhnya ke kasur yang berukuran king size itu. Selang beberapa menit tanpa berbuat apa-apa, rasa kantuk mengelayutinya. Ia memejamkan mata dan terlelap. Saking nyenyaknya, ia sampai tak mendengar suara deringan ponsel yang tergeletak diatas nakas. Jeremy menelfonnya. Oh, ya ampun! Seharusnya Litzi ke sekolah lamanya atas permintaan Jeremy.

"Nona! Nona, Litzi!"

Samar-samar Litzi mendengar seseorang memanggilnya. Litzi membuka matanya, ia menyipitkan matanya untuk melihat siapa orang yang telah menggangu tidurnya. Oh ternyata Alejo. Ya, sejak tadi si kepala pelayan mansion itu berusaha membangunkannya dengan sabar. Alejo bernafas lega, akhirnya majika termudanya bangun juga.

"Paman...," ucap Litzi dengan suara sedikit serak.

"Maaf, Nona. Saya telah mengganggu tidur nyenyakmu," ucap Alejo.

Litzi tersenyum, "Tidak apa-apa, paman."

"Tuan Rex yang menyuruhku," kata Alejo.

Litzi yang tadinya setengah duduk, kembali menghempaskan tubuhnya dengan menghela nafas.

DIRTY BABY [Rexford Mackenzie]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant