BAB 17 (Telah pudar)

2K 82 1
                                    

"Maaf untuk ini semua, maaf untuk kesalahpahamanku kepadamu"

-Agnes Artha Megita-

~ ~ ~

Jangan lupa untuk vote dan komentarnya sebelum membaca yaa :)

~ ~ ~

Happy Reading...

Deva mengernyitkan dahinya setalah mendapatkan pesan dari seseorang yang ia tak tau dari siapa karena tidak ada nama di unsernamenya.

Unknown:
Ketemuan yuk di Taman Bougenvil nanti pagi jam 9. Tepat waktu

"Ini siapa ya" Batin Deva.

Maura turun dari kamarnya menuju ruang keluarga.

"Eh Maura udah bangun" Ucap Dhea dan Ferdi bersamaan. Maura hanya menunjukkan cengiran khasnya sembari duduk di sofa ikut menonton tv.

"Hari ini pada mau pergi?" Tanya Ferdi.

"Emang kenapa pa?" Maura bertanya balik.

"Mama sama Papa mau pergi reunian, kalau kalian gak pergi nanti jaga rumah ya" Balas Dhea.

"Aku mau pergi ma, ketemuan sama seseorang" Ujar Deva yang sedang turun menuju lantai bawah.

"Asikk ama siapa lo ketemuan" Ejek Maura.

"Kepo deh"

"Yah, berarti nanti aku sendirian dong" Maura menghela napasnya dengan berat hati.

"Nanti gue pulang cepat kok, santai. Abis gue dari situ kita capcus ketemuan dimana dan otw jalan-jalan, gimana?"

Deva selalu saja mempunyai cara agar Maura tidak merasa sendirian. Kakak terbaik.

"Oke"

Kini Deva pun berangkat menuju Taman Bougenvil, tempatnya bertemu dengan seseorang. Hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit dan Deva sudah sampai di tempat yang ia tuju.

Ia melihat seorang perempuan memakai dress putih selutut tanpa lengan. Rambutnya panjang tergerai bebas tanpa ada halangan. Deva seperti mengenalnya, dia adalah Agnes. Agnes mengenalkan dirinya ke Deva sebagai Artha.

"Eh Tha kenapa?" Dan tiba-tiba saja tangan halus Artha menampar pipi Deva. Deva kebingungan sambil meringis kesakitan.

"Lo kenapa bunuh abang gue hah"

"Ma-maksud lo itu apa?"

"Gak usah pura-pura gak tau" Mulut Artha terhenti sebentar lalu melanjutkannya lagi "Lo itu Deva yang bunuh abang gue kan? Lo ngebacok abang gue dan abang gue mati gara-gara lo. Gue mau kita sudahi semuanya" Ucap Artha.

Deva sungguh tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Artha saat ini, ia hanya memandang bingung.

"Maksud lo apa?" Deva kebingungan apa yang Artha katakan. Artha pergi meninggalkan Deva yang diam mematung.

Deva berlari mengejar Artha yang semakin menjauh lalu ia mencoba memegang pergelangan tangan Artha dan langsung ditepis oleh Artha sendiri.

"Mulai sekarang kita sudahi ini semua, maaf" Artha lagi-lagi meninggalkan Deva. Bunyi tanda telpon masuk mengalihkan pandangan Deva ternyata yang menelpon nya adalah Maura.

"Bang jadikan?"

"Iya iya, gue otw"

Adrian memutuskan sambungan telponnya.

MAURAKA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang