BAB 14 (Apa benar?)

1.8K 85 0
                                    

"Rasanya kaget melihat semuanya, tidak percaya. Aku rasa ini semua mimpi. Tapi ternyata ini nyata. Nyata di hadapanku. Terlihat jelas di mataku"

-Devandra Sinatriya"

~ ~ ~

Jangan lupa untuk vote dan komentarnya sebelum membaca yaa :)

~ ~ ~

Happy Reading...

Adrian, Maura, Deva dan Artha berjalan-jalan disekitaran Gunung Pancar yang dipenuhi pohon pinus itu. Maura pikir, jika malam pasti suasananya sangat seram. Adrian sedaritadi sibuk menyingkirkan firasatnya bahwa cewek yang sedang bersama Deva itu adalah Agnes. Ia yakin sekali. Yang tidak sama sekali berubah hanya warna pada rambutnya dan warna bola mata cokelat indah. Tentu ia tak lupa.

Pukul tiga, menjelang sore. Mereka duduk di batu besar setelah sekitar satu jam mereka berjalan-jalan mengelilingi hutan pinus ini.

"Ke cafe deket sini aja yuk" Ajak Artha.

"Gue gak tau jalan daerah sini" Adrian membalasnya dan mendapat anggukan dari Deva dan Maura.

"Gue tau lagian kan kalau nyasar ada GPS" Artha berjalan didepan bersama Deva dan disusul Adrian dan Maura dibelakang mereka.

Cafe Serbia namanya mungkin cafe itu pemiliknya orang Serbia. Adrian duduk berhadapan dengan Maura dan disampingnya ada Deva.

"Mau pesan apa?" Artha memperkenankan Adrian, Maura, dan Deva untuk pesan apa yang akan mereka makan atau minum pada sore hari ini.

"Gue jus alpukat sama tiramisu" Sahut Maura. Ia sangat suka dengan kedua makanan dan minuman yang ia pesan.

"Gue es jeruk sama pudding aja" Sahut Deva.

"Gue jus sirsak sama es krim tiga rasa, cokelat, vanila, strawberry" Sahut Adrian lalu menutup buku menu dan memberikannya kepada pelayan yang berada di sebelah Artha.

"Kalian pacaran udah berapa lama?" Kali ini Artha yang membuka suaranya terlebih dahulu.

"Hari ini ke-dua bulan" Adrian menjawabnya dengan santai sambil mengotak-ngatik handphonenya.

"Wah selamat ya" Artha mengucapkannya dengan senyuman yang membuat Adrian terpanah kembali hatinya. Itulah senyum yang ia tunggu-tunggu selama belakangan ini.

"Makasih" Maura menjawab.

Depan gue itu target gue, sebelah target gue itu mantan gue. Sakit ya pas gue kira mantan gue itu masih suka sama gue, ternyata? Enggak. Dia dekat sama orang lain. Gue juga.

Pelayan menaruh pesanan mereka di atas meja dan mereka memakannya dengan lahap. Mereka lapar.

"Kata Bang Deva kamu sekolah di Jerman ya?" Tanya Maura.

"Iya"

"Udah berapa lama?"

"Masih satu tahunan kira-kira"

Gaya berbicaranya saja beda jauh. Ini bukan Kak Agnes. Ini logat-logat ke bahasa Jerman. Pikir Maura.

Mereka mengobrol bersama mulai dari kedekatan Deva dan Artha yang tidak sengaja bertemu di acara bazar di daerah Jakarta, dan hanya sampai hal apa saja yang dilakukan Artha di Jerman.

Dering telpon membuat semua kaget. Bunyi nya dari handphone Deva. Deva izin untuk keluar cafe untuk menjawab telpon dari mama nya.

"Hallo?" Sahut Deva.

MAURAKA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang