BAB 3 (Iya atau tidak?)

4.7K 205 0
                                    

"Gue gak percaya kalo gue iyain tuh taruhan, hati ini menolak tapi mulut malah berkata sebaliknya"

-Adrian Fransly-

~ ~ ~

Jangan lupa untuk vote dan komentarnya sebelum membaca yaa :)

~ ~ ~

Happy Reading...

Adrian bersama Dalvin berada di lapangan, mereka sedang mengikuti pelajaran olahraga. Adrian mempunyai empat sahabat yang setia menemaninya, hanya saja mereka tidak sekelas yang dengan Adrian. Yang sekelas hanya Dalvin.

Adrian melihat rombongan anak kelas X IPA 2 berjalan menuju gedung belakang sekolah, satu hal yang dia cari adalah cewek itu, iya cewek cantik bernama Maura. Adrian merasa dia normal memiliki rasa suka sesama lawan jenis.

Tapi Adrian tidak mau rasa sukamya itu berubah jadi cinta karena suka dan cinta itu hanya beda tipis sekali, begitu juga rasa cinta dan sayang tipis sekali setipis benang kata Arsen, salah satu sahabatnya.

Ia mencari Maura, terus mencari. Akhirnya di barisan paling belakang,
ia berhasil menemukan Maura sedang bercanda dengan adiknya, Adriana, dan kedua temannya. Mata mereka beradu pandang, akhirnya Adrian senyum ke arah Maura dan Maura juga membalas senyum manisnya itu.

Dehaman seseorang di sebelah Adrian itu membuat Adrian memalingkan wajahnya.

"Tadi siapa? Gebetan baru? Ohh lo udah move on dari Agnes?" Tanya Dalvin.

Agnes Artha Megita adalah mantan pacar Adrian, Agnes dan Adrian berpacaran selama dua tahun, mereka berpacaran dari kelas delapan SMP. Tidak ada yang mengetahui kalau mereka mempunyai hubungan, Adriana saja tidak tau. Tapi sekarang mereka sudah memulai hidup baru mereka masing-masing. Mereka tak lagi bersama karena hubungan mereka hanya mantan.

Saat itu Adrian kelas tujuh SMP dan dia duduk sebangku dengan cewek bernama Agnes itu. Adrian ingin menolak nya, tapi dia harap dia akan pintar dengan duduk sebangku dengan Agnes. Semakin hari dia semakin dekat dengan Agnes, setelah berteman cukup lama, dan di kelas delapan SMP dia menyatakan cinta nya dengan Agnes, Agnes menerima Adrian menjadi pacarnya.

Dua tahun mereka telah bersama merakit kisah cinta, tapi Agnes memberitahu Adrian jika lusa dia akan pindah ke Jerman. Adrian ingin terus bersama Agnes, tapi mau bagaimana lagi? Takdir nya Adrian mungkin tidak bersama Agnes.

Akhirnya Adrian putus dengan Agnes karena dia tidak sanggup dengan Long Distance Relationship. Tapi jujur, Adrian masih sayang dengan Agnes. Hari-hari tanpa Agnes membuat hidup dia menjadi kacau, hidupnya jadi serba berantakan. Mulutnya berkata dia ingin putus dengan Agnes, tapi dihatinya dia masih menyayangi Agnes. Beberapa bulan dan tahun telah berlalu, dia sekarang di Jakarta, bukan di Bandung lagi. Dia harap Jakarta akan membuat kisah cintanya indah, tidak seperti di Bandung yang amat menyiksa.

Dehaman itu membuat Adrian tersadar dari lamunan nya.

"Cie kangen Agnes" Ejek Dalvin.

"Dih" Jawab Adrian.

"Tadi siapa?"

"Adek kelas"

"Kok gue gak pernah liat"

"Iya, dia anak baru"

"Lo suka?" Tanya Dalvin dengan curiga.

"Hmmm...gak tau" Jawab Adrian ragu-ragu.

Sebenernya Adrian hanya kagum akan kecantikan Maura, ia tetap masih sayang Agnes tanpa tau perasaan Agnes kepadanya.

"Berani gak lo taruhan ama gue, kalau tu cewek beneran suka ama lo, yaudah, lo pacarin dan setelah beberapa bulan kalian pacaran, lo putusin dia" Ajak Dalvin.

"Gila lo! Gue gak mau nyakitin hati cewek. Kan gue punya adik cewek, dua malahan"

"Terserah lo deh, entar kalau udah gitu, gue akan jajanin lo sampe kita lulus SMA ini dan lo gue pinjemin kaset film-film"

"Hmmm..." Adrian berpikir keras.

"Lo pikir lama banget"

Karena tergiur oleh sodaan setan, Adrian setuju.

"Boleh tuh" Jawab Adrian ragu-ragu karena dia kurang yakin dengan jawabannya.

"Mulai hari ini, lo harus PDKT sama dia. Deketin atau anterin pulang, cowok kan punya banyak cara" Kata Dalvin sambil menepuk pundak sahabatnya.

"Entar gue pikirin lagi"

"Anak-anak waktu pelajaran olahraga sudah habis, silahkan balik ke ruangan kelas" Kata Pak Niko sambil meninggalkan lapangan.

Setelah semua teman-temannya berjalan terlebih dahulu, Adrian lagi-lagi di barisan paling akhir. Adrian tidak mau menyakiti hati cewek, tapi kenapa dia setuju akan taruhan Dalvin itu?

Gue bego banget, kenapa coba tuh taruhan gue iyain. Pikir Adrian sambil menjambak rambutnya sendiri.

Arghhhh.... Adrian frustasi.

Adrian takut Maura akan kenapa-kenapa jika ia tau maksud dari mengapa ia mendekati Maura, Adrian bukan tipe cowok yang seenaknya nyakitin hati cewek. Adrian takut Maura nangis, ia tidak ingin membuat cewek menangis.

"Vin, taruhan nya boleh dibatalin gak?" Bisik Adrian sangat kecil kepada Dalvin yang duduk di sebelahnya.

"Apaan" Ucap Dalvin karena dia tidak mendengar apa ucapan Adrian.

"Taruhan nya boleh di batalin kaga?" Bisik Adrian, lagi.

"GAK BOLEH LAH, POKOKNYA GAK BOLEH!" Bentak Dalvin dengan membentak meja yang berada di depannya. Sontak membuat teman-teman sekelas Dalvin kaget dengan suara keras dari bentakan mejanya.

Guru yang berada di depan kelasnya pun meminta agar Adrian dan Dalvin berdiri di luar kelas dengan satu kaki diangkat dengan tangan menjewer telinga, sampai pelajaran guru itu selesai.

"IBU HUKUM KALIAN KARENA KALIAN MENGOBROL DI JAM PELAJARAN IBU" Kata Bu Desi, guru matematika dengan suara meninggi.

Adrian dan Dalvin berdiri dengan satu kaki yang diangkat dan tangan menjewer telinga.

"Lo sih, nanya-nanya taruhan" Kata Dalvin.

"Yeh, siapa suruh bikin meja jadi bunyi terus masang muka marah" Bela Adrian.

"KALIAN DIAM, JANGAN BERISIK. SAYA HERAN. KENAPA SETIAP SAYA MENGAJAR, SAYA SELALU BERTEMU ANAK MURID SEPERTI KALIAN" Bentak Bu Desi

Setengah jam Adrian dan Dalvin di hukum oleh Bu Desi. Akhirnya hukuman mereka berakhir.

"Kalian silahkan turunkan kakinya dan lepas jeweran di telinga kalian masing-masing" Kata Bu Desi lalu dia meninggalkan mereka.

"Gara-gara gue, kalo gue gak ngebentak ya gak bakalan kayak gini" Ucap Dalvin.

"Kalo lo yang salah kenapa kita di hukum berdua? Kan harusnya kalau lo salah yang lo sendiri dihukum disini, kalo yang dihukum kita berdua berarti kita berdua yang salah" Kata Adrian.

"Weseh...Adrian tegar" Ejek Dalvin dan Adrian hanya terkekeh.

Mulut dan hati beda pemikiran, mulut berkata tidak dan hati berkata iya. Itu hal yang dialami Adrian, ia sayang Agnes tanpa tau perasaan Agnes dan dia hanya kagum dengan Maura.

Apa kagum itu bisa tumbuh menjadi cinta?

~ ~ ~

MAURAKA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang