Part 40 Are You Strong Enough to be My Man?

Start from the beginning
                                    

Kai berdiri di depanku dan menguap.

"Kemarin pulang jam berapa?" tanyaku.

"Setengah satu," balasnya, lalu kembali menguap. "Ngapain si Bule ke sini?"

"Si Bule punya nama. Tristan datang ke sini buat mandiin anjing. Kalau Larissa, ngapain ke sini?"

"Dia mau mandiin anjingnya."

"Ponselmu rusak?" tanyaku.

"Enggak. Kenapa?" balasnya santai.

Pakai nanya! Dari kemarin aku nungguin pesan atau telepon dari kamu! Kupikir aku sudah berusaha untuk tidak mengharapkan apa pun dari siapa pun. Expect nothing then everything is a bonus.

Aku terus menatapnya, sedangkan mulutku tertutup rapat. Sementara bibir Kai membentuk senyum lebar.

"Makasih atas surat cintanya," ujarnya.

"Itu bukan surat cinta, tapi ungkapan perasaanku."

"Kamu punya perasaan?"

Aku menghela napas, lalu bersedekap. "Kamu harus tahu kapan waktunya serius dan kapan boleh bercanda."

"Kamu juga harus tahu kapan waktunya bercanda dan kapan boleh serius," balasnya sambil melipat kedua tangan.

"Oke. Lupakan surat kemarin karena kutulis di bawah pengaruh alkohol," ujarku kesal.

"Ah, lebay. Kamu cuma makan satu cup gelato Baileys, bukan minum sebotol Baileys," protesnya.

"Kai pinjem power bank dong." Suara Larissa membuatku menoleh ke kiri.

"Ambil sendiri di kamar," balas Kai.

"Makasih, Sayang," kata Larissa manja.

Kutarik pandangan mataku kembali ke Kai. "Kenapa dia manggil kamu sayang?"

Bibirnya membentuk senyum jahil. "Kamu juga boleh manggil aku sayang."

Aku memutar bola mata.

"Mbak La! Bantuin dong!" teriak Cesta.

Kutinggalkan Kai tanpa mengucapkan sepatah kata pun, lalu kuhampiri adikku. Cesta menyalakan blower, sedangkan aku menyibak bulu Oliver agar badannya benar-benar kering.

Anjing Larissa kembali menggonggong. Aku menoleh ke kanan dan melihat Michelle berdiri di depan Larissa dengan ragu-ragu. Sementara anjing kecil berbulu cokelat itu memamerkan giginya.

"Namanya siapa?" tanya Michelle.

"Miu Miu," jawab Larissa.

"Ayo Miu Miu kita mandi," ujar Michelle sambil mengulurkan kedua tangan. Beberapa detik kemudian, anjing itu menggeram. Michelle langsung mundur dan berlari mendekati aku dan Cesta.

"Kalau takut, enggak usah dimandiin," usul Cesta.

"I'll do it," ujar Tristan. Dia berjalan mendekati Larissa dan anjingnya.

"No!" seruku sambil melempar sikat yang kugunakan untuk menyisir bulu Oliver, lalu aku berlari mendekati Tristan. "I don't want you to get hurt. Aku merasa bertanggung jawab karena aku yang menyeretmu ke sini."

Bibir Tristan membentuk senyum. "Aw, that so sweet. You have a good heart."

"Of course I have. But, people only see me as a cold heartless bitch," balasku.

"Don't worry. I'll be fine. I promise."

"Jangan membuat janji kalau enggak bisa menepati."

Love Me If You DareWhere stories live. Discover now