"Siapa yang nyuruh lo jalan?" ujar cewek yang di tengah. Rambutnya dibiarkan terurai,dan memakai make up yang lumayan tebal untuk anak SMA seusianya.

Fariska memperhatikan ketiganya,tak ada yang ia kenal. Bahkan seragam mereka pun berbeda. Ketiga cewek itu dari sekolah lain,tapi apa hubungannya dengannya? Mengapa mereka menghalagi jalan Fariska?

"Gue mau lewat,permisi," Fariska lagi – lagi mencoba namun mereka menahannya. Fariska yang sudah mulai kesal mencoba lebih keras,namun dengan kekuatan yang berasal dari tiga orang,Fariska tidak mampu dan ia sempat terdorong karena mereka.

Fariska mengembuskan nafasnya kasar "Ada masalah apa kalian sama gue sampai gue ga boleh lewat di sekolah gue sendiri?"

Cewek yang di tengah memutar matanya malas "Hello..lo itu ngaca dong! Salah lo itu apa."

"Gue ga pernah ketemu kalian sebelumnya. Dan gue ngerasa ga punya masalah sama kalian." Fariska sudah kesal. Ketiga cewek itu sudah menghancurkan moodnya yang sudah baik karena pertandingan basket tadi.

Cewek tadi berjalan satu langkah mendekat Fariska. Ia menatap Fariska dengan tajam,namun Fariska tak kalah menatapnya.

"Emang lo pikir,kalo ga pernah ketemu berarti lo ga punya masalah sama orang itu? Hello.. sekarang 2017. Apapun bisa terjadi. Apalagi sekarang zaman udah canggih,banyak yang namanya media sosial."

"Gue juga tahu. Gue tahu sekarang zaman udah maju,gue juga tahu media sosial. Apa lo punya masalah sama gue di media sosial?"

"Tuh,lo pinter!"

Fariska mengembuskan nafasnya kasar. Satu anak alay lagi korban medsos yang harus gue urus.

Tanpa mau mengambil pusing lagi,Fariska membalikkan badannya dengan cepat mencoba menghindari masalah yang akan membuatnya pusing tujuh keliling. Namun sayang,yang ia lakukan kurang cepat dengan cekalan tangan salah satu cewek di depannya untuk menahan Fariska.

Fariska meringis,karena jujur saja cekalan itu menyakitkan. Mungkin jika cekalan itu terlepas,pasti akan menimbulkan kemerahan pada tangannya.

"Lo itu maunya apa sih?!" teriak Fariska. Suaranya menggema di sepanjang koridor. Meski sekolah ini sedang ramai,namun koridor ini tidak menampakkan kehadiran insan satupun yang dapat menolongnya.

Cewek itu melepaskan tangannya, "Sorry deh kalo gue nyakitin lo," ujarnya sambil melihat – lihat tangannya. "Tapi,gue sengaja. Hahaha" dan terdengarlah gelak tawa yang keluar dari mulut mereka.

Fariska berdecak kesal,sampai kapan ia harus berdiri mendengarkan cewek – cewek alay di depannya ini ber'bacot' tidak berguna.

"Oke ya,Fariska. Lo mau tahu salah lo?" tanya si cewek tadi.

"Ga!" jawab Fariska dengan cepat. Dia terlalu malas menanggapinya.

Belum sempat menghindar,tangan seseorang sudah menarik rambut Fariska sampai kepalanya tertarik ke belakang. Fariska meringis dan mencoba melepaskan tarikan itu. Tetapi belum sempat ia berhasil,tangannya sudah dicekal dan saat ini ia hanya bisa melihat mereka dengan sudut pandang yang membenci dan menahan sakit.

"Siapa sih yang bilang Fariska baik,ramah? Hello! Liat sekarang! Lo itu jauh dari kata ramah. Lo jutek,lo kasar!" teriak cewek yang tadi menarik rambutnya.

Fariska tersenyum miring,dia bukannya ingin meremehkan tetapi dia ingin tertawa kenapa ketiga cewek di depannya ini berpikiran sangat pendek.

"Coba liat perlakuan lo sama gue kaya gimana? Kalo lo sopan,ya gue juga bakal sopan. Hidup ini cerminan diri. Kalo lo baik,orang bakal mencerminkan kebaikan lo. Sebaliknya,kalo lo buruk,mana mau sih orang memperlakukan lo dengan baik?" jelas Fariska.

MY TWINWhere stories live. Discover now