Anak Kost Kudu Strong #part2

1K 165 6
                                    

Hidup sebagai anak kostan, gue juga harus merubah pola pikir gue dari anak rumahan menjadi anak kostan. Bukan hanya pola pikir aja sih, tapi juga kebiasaan. Sebagai anak kostan gue dituntut untuk lebih mandiri dan melakukan apapun sendiri. Misalnya, masak sendiri, nyuci sendiri, bahkan hingga cebok pun sendiri. Selain itu, gue juga harus membiasakan diri untuk hidup dengan orang-orang baru di sekeliling gue. Orang-orang dari berbagai daerah yang memiliki karakter dan sifat berbeda satu sama lain.

"Sini kenalan, gak usah malu-malu. Kalau gak kenal, nanti gak sayang." Kata si Mbak, menemani gue untuk berkenalan dengan anak kostan lainnya.

"Iya Mbak, tapi saya masih normal, gak disayang juga gapapa." Ujar gue berusaha menjelaskan.

"Kenalan aja, mereka baik kok, dulu juga pada kuliah di kampus Budi Luhur," terang si Mbak coba meyakinkan gue.

"Oh, sekarang udah pada lulus ya, Mbak?" tanya gue lagi.

"Iya dulu, tapi sekarang wes kerja semua." Jawab si Mbak seadanya.

Dengan ditemani si Mbak, gue pun berkenalan dengan anak kostan lainnya. Gaya gue saat mondar-mandir ke setiap kamar, begitu kaku dan formal banget, mirip kayak sales Madu Organik. Datang mengetuk pintu, lalu salaman, nyengir sok akrab, dan bilang, "Salam kenal, ya. Semoga di lain kesempatan kita bisa ketemu lagi."

Setelah berkenalan, gue pun jadi tahu, kalau yang kost di sini asalnya dari berbagai daerah. Ada yang dari Subang, Semarang, Palembang, bahkan ada juga yang cuma numpang.

Seperti yang dibilang sama si Mbak, memang benar, di kostan ini rata-rata mereka ngekost sejak dari kuliah hingga sekarang sudah kerja. Mendadak, gue jadi membayangkan diri gue di masa depan. Apakah gue bisa seperti mereka, lulus kuliah tepat waktu? Apa gue bisa dapat kerja setelah lulus nanti? Apa gue akan tetap jadi jomblo seumur hidup dan tinggal di kostan ini seorang diri, sampai jadi kakek-kakek? Hmm, entalah. Terkadang, memang gue suka berkhayal terlalu jauh, saking jauhnya, kadang gue harus naik Go-Jek dulu untuk berkhayal.

"Kamu asalnya dari mana, Le?" tanya seorang pria dengan kaos biru dan mengenakan clemek merah menghampiri gue.

"Aku dari Surabaya, Mas. Tapi maaf, nama aku Dono, bukan Tole, Mas." Ujar gue coba meluruskan.

"Oalah, wong Surobyo toh. Iya tau, 'Le' itu kalo orang Jawa artinya anak laki-laki, gitu," jawabnya lagi coba menjelaskan.

"Mas, orang Jawa juga toh?" tanya gue penasaran.

"Iya, aku juga Jawa, tapi Jawanya dari Solo," ujarnya lagi.

"Terus, Mas di sini, kerja atau gimana?" tanya gue lagi, semakin penasaran.

"Lah, kamu gak kenal aku? Aku kan koki di kantin kampus mu. Ketauan, kalo kuliah gak pernah jajan pasti ini,"

"Iya sih, Mas. Soalnya, aku kalo jajan di tempat mahal, kadang suka langsung kejang-kejang, gitu, hehe,"

"....." Dia hanya diam masang muka kesal, sambil gigitin clemeknya sendiri.

***

Memilih kostan itu kayak memilih jodoh, harus banyak pertimbangannya dan gak boleh asal pilih. Kalau salah pilih bisa repot, karena bagi anak rantau, tempat kost itu merupakan sebagian dari nyawa mereka. Agak lebay sih, tapi memang begitu kenyataannya. Maka dari itu, sebagai anak kost yang baik, gue akan berbagi mengenai tips-tips memilih tempat kost ala gue. Tips dari gue ini sebenarnya sangat mahal sekali, karena tidak akan bisa ditemukan di buku mana pun, termasuk di buku nikah.

Carilah Kost Yang Sesuai Budget

Langkah awal untuk menjadi anak kost adalah mencari tempat kost yang sesuai dengan budget. Alangkah baiknya, lihat dulu berapa budget yang kita punya. Kalau budgetnya pas-pasan, usahakan cari tempat kost yang murah. Bagi gue, kost yang murah itu biasanya antara 250 sampai 500 ribu, sedangkan yang mahal itu di atas 500 ribu per bulan. Buat yang punya budget pas-pasan, gak usah berharap dapat kostan yang ada AC, TV LED, atau kamar mandi di dalam kamar.

Mahasiswa 1/2 Abadi (KOMEDI - PELIT)Where stories live. Discover now