20. ️Tentang Semuanya

151 14 0
                                    

Selamat membaca!

***

"Sorry, Jheki siapa ya?" tanya Azam tiba-tiba. Membuat mata yang tadinya tertuju pada Nanday malah mengalihkan pandangannya pada Azam yang melontarkan pertanyaannya.

"Jheki itu man-" belum selesai Nanday menyelesaikan ucapannya. Namun tangan Aga sudah lebih dulu membekap mulutnya.

Nanday terus memberontak melepaskan tangan Aga dari mulutnya. Tetapi hasil yang didapatnya nihil. Aga tetap membekap mulutnya. Sampai akhirnya Nanday memilih diam, menerima keadaan.

Orang-orang yang ada di meja itu menatap selidik ke arah Nanday dan Aga. Terutama Azam yang masih penasaran dengan kelanjutan ucapan Nanday.

Aga tersenyum ke arah Azam, "Jheki itu abang gue. Emang lo nggak denger tadi yang pacar gue bilang?"

Azam berdecak, "Maksud gue ada hubungan apa Jheki sama Aletta?" tanya Azam seraya menatap ke arah Aletta.

"Sorry. Lebih baik, kalian nggak usah bahas siapa Jheki lagi. Biarin dia tenang di sana. Gue juga gak mau kalo sampe letta keingetan dia lagi," ucap Raihan lembut.

"Ma-maksudnya, Jheki ud-"

"Iya," ucapan Nisa terpotong oleh jawaban Raihan.

"Sorry, Ta. Gue nggak bermaksud," ucap Nisa seraya memeluk Aletta di sampingnya.

Aletta terdiam. Ia masih tidak menyangka, bahwa Jheki sudah pergi meninggalkannya.

"Sekali lagi sorry yah, Ta," ucap Nisa di sela-sela peluknya.

"Nggak apa-apa, kok. Semuanya udah berlalu."

Aletta dan Nisa melepaskan pelukannya.

"Ekhem, sorry ya. Kita itu reuni buat ketawa bareng dan membahas masa depan. Bukan malah membahas masalalu kaya gini," ucap Irene dengan nada sedikit menyindir.

"Bilang aja lo iri karena nggak dikangenin sama kita," celetuk Nisa yang membuat Irene mendelik.

"Tau," celetuk Khira.

Irene bangkit dari duduknya.

Brak!

Ia menggebrak meja membuat seluruh pasang mata menatap ke arahnya. Salah satunya Aletta yang sedang mengobrol ria bersama Ninda dan Raihan.

"Lo apa-apaan sih?" tanya Nanday.

"Apa lo bilang apa? APA KALIAN NGAK PERNAH MIKIR KALO SELAMA INI ALETTA NGGAK PERNAH IKUT NGUMPUL SAMA KITA. SEOLAH-OLAH DIA LUPA SAMA KITA," emosi Irene. Ripa yang di sampingnya berusaha menyabarkannya.

"Ren, udah dong!" ucap Ripa.

"Lo? DIAM!"

"Kenapa di sini kalian begitu peduli sama Aletta. Apa kalian nggak capek bersabar terus ngadepin sikap dia yang nggak pernah peduli sama kita?!"

"Huh, sorry sih, ya. Kalo gue sih udah muak sama tingkah lakunya dia," ucap Irene seraya menunjuk ke arah Aletta. Aletta yang sama sekali tidak mengertipun hanya menunduk.

"Lebih baik gue pergi!" ucap Irene seraya mengambil tas dan berlalu.

"Tunggu!" ucap Aletta menghentikan langkah Irene yang hampir sampai di ambang pintu.

Tapi sebelum Irene melanjutkan langkahnya, Letta sudah berbicara lebih dulu. "Biar gue aja yang pergi. Jangan lo. Lo udah terbiasa ada di samping mereka. Jadi, gue seharusnya tau diri. Mereka akan ngerasa kehilangan lo. Pasti. Itu pasti. Kalo gue? Gue udah lama ngilang tapi gue malah datang lagi. Jadi, sebaiknya lo tetap di sini. Biarin gue yang pergi. Awalnya... Gue pergi ke sini cuma mau pamit. Karena besok, gue udah harus balik ke bandung. Dan lusa gue udah harus take off ke bandara. Sekali lagi gue minta maaf. Tujuan gue kesini cuma tiga. Pertama gue cuma mau ketemu kalian. Kedua gue mau pamit. Dan terakhir, gue mau ngasih berkas ke Dinda. Gue harap kalian maafin gue. Sorry kalo ini agak mendadak. Gue pamit..." ucap letta bangkit dan mengajak Aga dan Raihan. "Ayo Han, Ga!" ucap Aletta berlalu pergi seraya menggenggam tangan Raihan.

The Loves Haven't Faded [SELESAI] Where stories live. Discover now