12. ️I Miss You, Mom

154 24 2
                                    

Selamat membaca!

***

Selesai melakukan ritual mandi sore. Aletta langsung turun untuk melihat kondisi Ibunya. Tak lupa ia membawa surat kelulusan. Niatnya setelah mandi, ia akan tidur kembali. Tapi setelah menerima telpon dari Nanday membuat Aletta bangkit. Dan malas untuk santai-santai.

Sudah beberapa hari Aletta belum melihat kondisi Ibunya lagi. Hingga akhirnya Aletta memilih untuk melihat kondisi Ibunya. Aletta menuruni tangga dan langsung menuju ke kamar sang Ibu. Suara knop pintu kamar Ibu pun terbuka. Aletta melihat Bi Ismi yang sedang mengelap telapak tangan Ibunya dengan tisu basah.

"Eh, Non," ucap Bi Ismi seraya tersenyum ke arah Aletta. "Non mau ngobrol ya? Kalo gitu, biar Bibi keluar dulu," kata Bi Ismi seraya memasukkan tisu basah yang sudah dipakai ke kantong plastik berwarna hitam.

"Ah, nggak Bi. Bibi selesai'in aja dulu," jawab Aletta merasa tak enak hati pada Bi Ismi.

"Ih henteu naon-naon atuh, Non. Lagian Bibi teh udah selesai. Ari kitu mah, Bibi teh hapunten heula muhun," ucap Bi Ismi seraya meninggalkan Aletta di kamar Ibunya. Tentu bersama Ibunya yang masih terbaring. Ini sudah hari ke lima Ibunya belum sadarkan diri. Belum ada reaksi apapun yang ditimbulkannya.

"Ibu..." lirih Aletta, getir sambil memegang tangan sang Ibu. Yang tadi telah dibersihkan Bi Ismi.

"Letta lulus." lanjutnya berbicara. Tak terasa air mata muncul seketika tak dapat Aletta tahan lagi.

"Kalo Ibu liat aku. Ibu pasti bangga. Letta mau ibu sembuh. Letta juga mau nurutin kata-kata ayah supaya kuliah di London dan ngejaga Ibu di sana."

"Oh iya, bu, besok Letta mau ke Kampung. Letta mau ke acara reuni sekolah. Letta masih takut Bu. Tapi untungnya, ada Aga sama Raihan yang bersedia ngejaga Letta."

"Kalo gitu, Letta mau nemuin Ayah dulu. Letta sayang Ibu, Letta rindu Ibu," Aletta memeluk Ibunya.

Air mata itu jatuh, Aletta tidak kuat untuk membendungnya dan segera menghapusnya. Tapi setiap melihat sang Ibu, air matanya kembali mengalir.

Akhirnya Aletta memilih keluar dari kamar sang Ibu. Ia tak kuat jika harus melihat Ibunya terbaring lemah. Aletta pun kembali menghapus air matanya, lalu berjalan menuju ruang tengah. Dan disana ada Rony, yang sedang membaca koran.

"Eh, Ayah udah pulang?" tanya Aletta dengan suara khas orang selesai menangis.

Rony mendongakan kepalanya menatap Aletta, "iya sayang. Sini duduk," ucap Rony seraya menepuk tempat di sebelahnya yang masih kosong. Lalu Rony melipat koran yang tadi dibacanya. Dan melepaskan kacamata yang bertengger di hidungnya.

Aletta duduk di samping Ayahnya dan langsung memeluknya.

"Ayah..." ucap Aletta bermanja ria.

"Iya sayang," jawab Rony sambil balas memeluk anaknya dan mengelus puncak kepalanya. Sesekali ia menciumnya. "Kamu habis curhat sama Ibu, ya?"

"He'em. Kalo Ibu tau hasil yang aku capai. Pasti Ibu seneng," ucap Aletta sambil terus memeluk Rony.

"Sure. Soal kepindahan kita ke London? Apa kamu sudah memikirkannya matang-matang?" pertanyaan yang dilontarkan Rony membuat Aletta bungkam.

Jika Aletta pindah ke negeri orang maka Ibunya akan sembuh, tapi ia tak yakin bisa beradaptasi di sana. Walau Aletta akan tinggal cukup lama nantinya. Di sisi lain, Aletta tak tau apa yang akan terjadi jika dirinya pindah ke negeri orang. Akankah ia kehilangan sahabat, dan orang-orang terdekatnya?

The Loves Haven't Faded [SELESAI] Where stories live. Discover now