Part 18 Arrgh!

Mulai dari awal
                                    

"Gantiin ban mobil."

"Aku enggak tahu kalau kamu bisa nyetir."

"Aku enggak bisa nyetir. Mobil temanku bocor. Dia enggak bisa ganti sendiri."

"Teman kamu cowok atau cewek?"

"Emang kenapa?"

"Enggak apa-apa."

"Kalau jawabannya transgender?"

"Tanyain sama teman kamu yang transgender itu, dia bawa dongkrak atau enggak," usul Kai.

Aku menjauhkan ponsel dari wajahku, lalu bertanya ke Nandini, "Bawa dongkrak, enggak?"

"Enggak," jawab Nandini.

Aku menempelkan ponsel ke telingaku. "Enggak bawa," kataku.

"Oke. Kamu di depan kost, kan? Tunggu ya!"

"Oke. Makasih."

Beberapa menit kemudian, Kai muncul sambil membawa dongkrak diikuti oleh Mahessa.

"Itu Mahessa," bisikku.

"Masih ganteng," balas Nandini.

Mereka berdua sudah berdiri di hadapan kami.

"Mana ban serepnya?" tanya Kai.

"Di bagasi," jawab Nandini sambil berjalan ke belakang mobil untuk membuka bagasi, diikuti oleh Mahessa. Ternyata, Mahessa masih memiliki kekuatan yang sama, membuat Nandini jadi salah tingkah. Sahabatku itu tiba-tiba kesulitan berjalan dengan high heels. Dia berkali-kali kehilangan keseimbangan sehingga hampir jatuh.

Mahessa mengambil ban serep itu, sedangkan Kai memasang dongkrak, lalu melepas ban mobil. Kemudian, dia memasang ban baru. Setelah itu, Mahessa memasukkan ban bocor ke dalam bagasi.

"Makasih ya," kata Nandini.

"Kamu pasti temannya Lalitya yang transgender," kata Kai.

Nandini melirikku seakan-akan bertanya, 'dia ngomong apa sih?'

"Enggak usah didengerin," timpalku.

Kai mengulurkan tangannya. "Kai, tetangga sekaligus teman kantornya Lalitya."

Aku baru ingat kalau mereka belum pernah berkenalan. Meskipun keduanya pernah bertemu waktu aku ikut fashion show.

"Nandini," kata Nandini sambil menyambut uluran tangannya.

"Masih ingat aku, kan?" tanya Mahessa.

Nandini menatap Mahessa dengan ekspresi tidak percaya, lalu mengangguk. Dulu Nandini tidak memiliki nyali untuk menatap Mahessa. Setiap berpapasan dia selalu menundukkan kepala. Sepertinya sekarang sudah ada kemajuan. Itu karena seiring pertambahan usia, kita menjadi lebih percaya diri atau sekarang perasaan Nandini sudah berubah?

"Kalian habis dari mana?" tanya Mahessa lagi.

"Nikahan Calista. Masih ingat dia, kan?" tanyaku.

"Anaknya agak tomboi, kulitnya putih, pakai kacamata?"

"Iya," balasku.

"Teman kita banyak yang datang?"

"Enggak, cuma dikit," jawabku.

Mahessa menatap langit, yang semakin lama semakin gelap.

"Mm... aku balik dulu ya sebelum hujan," pamit Mahessa.

"Hati-hati, ya!" balasku.

"Yuk!" pamit Mahessa sambil menatap Nandini.

"Iya," balas Nandini. Matanya terus mengikuti punggung Mahessa yang semakin jauh hingga dia masuk ke halaman rumah Kai.

Love Me If You DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang